It's We

Aku Mencintaimu

"Kwon Mina, kau harus menikah dengan Lee Jaejin supaya perusahaan ayahmu berjalan dengan baik. Hanya kau satu-satunya harapan kami untuk saat ini". Apa perasaan kalian ketika kalian diminta untuk menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak terpikir oleh kalian?

Namaku Kwon Mina, aku lahir dari sepasang suami istri yang memiliki bisinis multimedia yang cukup terkenal di Korea Selatan, bernama Cloud Intern Multimedia Corp. Umurku masih 23 tahun, lulus kuliah juga baru seumur biji jagung, dan aku sendiri sudah memiliki kekasih. Namun, karena kondisi keuangan keluargaku yang semakin memburuk karena beberapa bulan terakhir desain smartphone yang baru saja diluncurkan appa kurang bisa bersaing dengan merek lain, sehingga keluarga besar Lee menawarkan investasi dalam jumlah yang banyak asalkan diriku menyetujui perjodohan yang sudah direncanakan oleh orang tua ku jauh sebelum aku lahir.

Menjadi anak bungsu satu-satunya dalam keluarga ini membuat aku sendiri merasa dipojokkan, hanya oppa yang selalu menggerti diriku, dan kapan dia harus membawaku dari sangkar yang sesak dan tidak bisa kubuka dengan sendirinya.

"Kudengar kau mau menikah", kalimat utama setelah kami menginjakkan kaki di Hangang

"Eo"

"Perlu kuminta abeoji untuk membatalkan pernikahanmu?"

"Tidak perlu, kurasa kali ini aku--", "Kwon Mina! Kapan kau memiliki kebebasan untuk memilih? Kapan kau memiliki kebebasan untuk merasakan indahnya masa mudamu? Kau pikir denagn mudahnya kau menikah kemudian perusahaan abeoji kembali berjaya seperti dulu?"

Kwon Kwangjin, satu-satunya siblings yang kumiliki saat ini. Dia—tipikal yang selalu menyela suatu kalimat, jika menurutnya kalimat tersebut bukan kalimat logis yang ingin dia dengar. Kami hanya terpaut setahun, oppa sendiri sedang menyelesaikan S2nya di Kyunghee University demi mengejar impiannya menjadi seorang maestro yang terkenal. Jujur saja kami berdua tidak tertarik dengan dunia multimedia, kami lebih tertarik ke dunia seni. Darah seni mengalir dari keluarga besar ibu kami. Halmeoni adalah seorang pemain teater dimasanya, sedangkan almarhum harabeoji adalah seorang musisi ternama yang juga pernah menjabat sebagai rektor di Kyunghee. Pada awalnya abeoji tidak ingin kami menuntut ilmu di Kyunghee, hanya kemudian halmeoni meyakinkannya. Namun pada akhirnya kami tidak bisa berkarir dalam bidang yang kami pilih saat kuliah.

"Oppa, apa oppa merasa bahwa pernikahan ini--"

"Aku akan tetap melarang abeoji menikahkanmu. Kau ini bukan barang yang seenaknya dijual hanya karena uang. Aku tetap akan meminta abeoji membatalkan pernikahanmu", mata tajamnya tidak mengelabui emosinya saat ini.

Hari demi hari kulalui. Aku masih menyandang status calon istri Lee Jaejin, putra dari Kyosan Group yang bergerak di bidang multimedia dan juga dunia fashion. Bisa dibayangkan mereka pasti kaya raya, beberapa kali Lee Jaejin sendiri berusaha untuk menemuiku, hanya saja waktunya yang memang tidak tepat, entah aku yang harus menemui teman-teman, atau mungkin aku harus membujuk Kwangjin oppa agar kali ini aku membantu usaha appa. Setelah hampir 2bulan setelah pernyataan appa untuk diriku yang harus segera menikah dengan Lee Jaejin, aku baru bisa menemui pemuda ini. Pemuda dengan wajah yang cukup dibilang tengil dan tipikal playboy ini, memilih untuk bertemu di sebuah kafe di daerah Hongdae, tempat biasa aku menghabiskan waktu senggang ku dengan melihat busking musisi indie dan musisi jalanan Korea

"Jadi, kau menerima tawaran keluargaku?", ucapnya dengan meneguk kopi panas yang masih mengebul

"Aku hanya ingin membantu appa, hanya itu tujuanku menerima tawaran keluarga sunbae"

Eo, sunbae. Dia adalah seniorku semasa aku SMA, dirinya bahkan dijuluki sebagai don juan, hampir setiap gadis yang menarik hatinya ia pacari, mulai dari kutu buku, beauty vlogger, atlet kejuaraan sekolah, sampai anak kepala sekolah. Mulai yang badan mungil, berkaca mata, rambut panjang, rambut pendek. Yah seperti itulah Lee Jaejin yang sebenarnya.