Holahai.. di part ini bakal terungkap sebenarnya apa sih yg terjadi 6 bulan lalu? Kenapa Melodi sampe trauma banget gitu? Yuks check this out..
.
.
.“Good morning honey,”
Kalimat itu resmi menjadi kalimat sakral, tepat satu tingkat di bawah kalimat ijab qabul menurutku sejak pagi ini. KYAAAA..!!! Dia menyapaku saat pertama kali aku membuka mata!!
Dia sudah tampan necis abis, masih dengan kaos oblongnya semalam, tapi wajahnya suuuegerrr banget. Cuci muka dimana sih suami tampanku ini, kenapa wajahnya jadi kaya ABG baru puber, imut banget, pengen di uyel-uyel sampe pagi lagi. Ugh..
Aku menyembunyikan wajahku yang sepertinya sudah semerah kepiting rebus dengan selimut. Aku tertawa nista dalam hati. Akhirnya.. penantianku selama dua tahun tidak sia-sia. Dia kembali, jadi suami yang ku temui seusai ijab qabul. Bukan suami yang ku temui selepas pernikahan mantannya, errr..
Ku rasakan beban di tubuhku bertambah, dan ada hembusan napas hangat di balik selimut ini. Tubuhnya bergerak-gerak kecil diatas tubuhku. Agak sesak tapi aku tetap mempertahankan posisi seintim ini. Kapan lagi coba. Mumpung siluman singa di tubuhnya lagi jalan-jalan. Hahaha..
“Engh..” lenguhku kecil, karena pergerakan tubuhnya yang tepat menyentuh puncak payudaraku. Gini-gini aku masih perempuan tulen yang sangat peka terhadap rangsang.
Dia bergeming di tempatnya. Waduh, kalau begini terus aku yang gila sendiri. Ku naikkan sebelah kakiku, dan upss.. aku tidak sengaja menyentuh titik vitalnya. Membuatnya mengerang panjang dan berpindah posisi. Garis bawahi ya, aku tidak sengaja. Lalalala..
“Melodi, apa yang kamu lakukan?” geramnya dengan suara tertahan.
Aku menyibakkan selimut yang menutup wajahku tadi, dan mendapati dia tengah meringkuk. Di matanya aku melihat kabut. Gawat, ini masih pagi, hormonnya lagi tinggi. Aku harus kabur.
Sial, selimut ini kaya jaring laba-laba, susah banget keluar dari sini. Saat satu kakiku sudah menapak lantai, satu kakiku ditindihnya dengan kedua kaki. Bah.. aku mau mandi, dia tuh sudah keren abis pagi begini. Nah aku, dasarnya memang tidak cantik, kalau pagi-pagi buta begini ya, kayak gembel.
“Rayhan minggir, aku mau mandi,” ucapku pelan.
Dia mengeluarkan smirk. Aku takut dia akan macam-macam. Tapi kalaupun dia macam-macam, aku kan sudah sah jadi istrinya, dimacam-macamin sama suami sendiri juga tidak apa-apa kali. Ah, entahlah, aku mau mandi.
Aku melangkahkan kaki keluar dari kandang singa yang entah pakai sihir apa, semalam berubah seimut kelinci. Ku tutup kembali pintu kayu berpelitur itu, dan tiba-tiba napasku tersengal, mengingat kejadian enam bulan lalu. Dimana aku harus berbaring di ranjang rumah sakit karena koma delapan hari.
***
*Flashback ON*
Ku mantapkan hatiku sambil sesekali meremas map berisi surat cerai yang tentu sudah ku tanda tangani. Aku berdiri di dalam kamar suamiku yang sudah setahun ini tidak ku tempati bersamanya, ya, karena dia lebih suka disini bersama pelacur-pelacur itu. Cih..
Aku mengusap sudut bibir yang belum sembuh sempurna dari luka sobek yang pergi datang lagi. Bagaimana tidak, tamparan, tendangan, jambakan terus saja ku terima.
Aku mengikut saran orang-orang sekitarku. Terutama tante Reina, dia langsung memaksaku ketika tahu kondisiku seperti ini. Dia pula yang membantuku mengurus surat cerai ini. Terimakasih tante Reina, mantan calon mama mertua.
Ku lirik jam di nakas samping tempat tidur, jarum disana menunjukkan pukul 20.58, tepat dua menit lagi aku akan menyambut kedatangannya.
Sesekali ku hembuskan napas dan merapalkan beberapa surat-surat pendek yang ku hapal. Tepat setelahnya, ku dengar pintu kamar diungkit dan samar-samar ku dengar suara tawa pelacur yang dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]
Mystery / Thriller#1 thriller 27 September 2018 #1 regret 13 Desember 2018 #1 agen 5 Februari 2019 #1 lust 25 Februari 2019 #1 lose 14 April 2019 #1 marriage 30 April 2019 #1 angst 10 Mei 2019 Semua bermula dari suamiku yang memperlakukanku bak pembantu. Aku tidak b...