Weekend begini, biasanya aku lebih longgar, karena suamiku lebih sering di luar, bahkan biasanya tidak pulang. Yang ku tahu, dia adalah workaholic sejati. Bahkan dia sering memanfaatkan hari liburnya untuk berkunjung di masing-masing butik yang ada di luar kota.
Kami pun menyiapkan sarapan agak siang, karena pagi-pagi buta dia akan lari pagi keliling kompleks perumahan -ah ralat, kompleks istana mewah. Kompleks ini memang berdiri di kawasan ekslusif yang banyak ditinggali duta besar dan banyak pejabat dalam negeri.
Aku yang sedang menata buah, merasa terpanggil oleh Desi yang sepertinya habis kena semprot Rayhan.
"Nyonya.. tuan.. tuan memanggil anda di ruang teater.."
"Baik, aku akan ke sana, kamu, lanjutkan ini ya," tunjukku ke keranjang buah, dan melepas celemek.
Tuan besar akhir-akhir ini sering memanggilku dan menyuruhku ke tempat-tempat yang tidak biasanya. Contohnya kemarin malam. Sekarang ruang teater, huh? Ngomong-ngomong kapan dia selesai lari pagi?
Aku berhasil menjawab pertanyaanku tadi setelah membuka ruang teater pribadi bernuansa merah maroon itu. Disana, tampak sosok gagah yang masih memakai celana training dan kaus oblong hitam. Rambutnya basah oleh keringat. Di sebelahnya, berjajar tas karton berbagai motif.
"Kemarilah Melodi," panggilnya manja. Mungkin aku akan meleleh andai tidak tahu sifat aslinya.
Langkah kecilku tiba tepat di depannya. Hanya berdiri tidak berani melakukan apapun diluar perintahnya.
"Ayo, duduklah," perintahnya menepuk sisi sebelahnya yang kosong.
"Bukalah," aku membuka dan mendapati sebuah gaun berwarna biru donker yang sangat indah.
Di karton lainnya pun sama, isinya gaun-gaun banyak warna. Jangan percaya diri dulu Melodi, siapa tahu dia hanya meminta pendapatmu, dan gaun-gaun ini untuk pelacurnya.
"Bagaimana menurutmu?" tanyanya penuh selidik.
"Indah sekali tuan, pasti wanita-wanita tuan menyukainya," komentarku tak mau cari masalah.
"Hei.. kenapa masih memanggilku tuan? Panggil namaku saja.. oh iya, wanita-wanitaku? Kurasa aku hanya mengucap ijab qabul bersamamu saja, kaulah wanitaku," aku cengo.
Jantungku berpacu seperti kuda di pacuan kuda. Kupu-kupu terbang membuncah di perutku. Nah, mulut tuh dipakai buat berkata-kata yang indah begini, bukannya untuk memaki saja.
"Ambillah," perintahnya.
Aku langsung mengambilnya dan memboyong karton-karton itu keluar menuju kamarku.
Aku mematut beberapa gaun, lalu memutar-mutar tubuhku di depan cermin. Aku tersenyum bangga. Setidaknya aku tidak jelek-jelek amat. Jika dulu aku jelek banget, kali ini jelek saja bangetnya sudah tidak ada.
Agak kebesaran memang karena badanku yang terlalu kurus ceking. Mungkin mulai hari ini aku harus menggemukkan badan.
Aku menilik jam, dan kuyakini suamiku sudah selesai sarapan. Aku keluar kamar.
Membereskan buah-buahan, sesekali aku mencomot anggur, rasanya lebih enak kalau aku makan sembunyi-sembunyi begini. Saking semangatnya aku makan anggur, aku tidak menyadari tubuh suamiku yang duduk kembali di kursinya. Spontan aku tersedak.
"Uhuk..Uhuk.."
"Melodi.. kamu ke pesta pernikahan temenmu ya?" tanyanya polos.
Aku refleks mengangguk, kesusahan bicara karena tersedak. Bah, dia tidak lihat aku tersedak apa ya? Tidak ada romantis-romantisnya sama sekali. Minimal ambilkan minum atau tepuk-tepuk pundak lah, aish.
"Perempuan atau laki-laki?" tanyanya lagi. Dia tipe pencemburu juga ya.
"Perempuan, namanya Nadya," ucapku jutek setelah menghabiskan segelas air yang diulurkana Ina.
"Aku ikut. Bagaimana?" aku meletakkan gelas itu ke meja agak keras karena kaget dengan omongannya.
--
Holahaii.. vote dan komen jangan lupa teman-teman.. love you~~
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]
Mystery / Thriller#1 thriller 27 September 2018 #1 regret 13 Desember 2018 #1 agen 5 Februari 2019 #1 lust 25 Februari 2019 #1 lose 14 April 2019 #1 marriage 30 April 2019 #1 angst 10 Mei 2019 Semua bermula dari suamiku yang memperlakukanku bak pembantu. Aku tidak b...