Bag. 29

3.8K 139 1
                                    


Sambil menunggu Kak Julian, aku mengeluarkan hp yang selama ini kusimpan di tas kecil dan memeriksa Line ataupun WhatsApp. Aku membaca dan membalasi beberapa chat yang sekiranya penting. Selain chat ada juga email masuk. Entah kenapa sepertinya aku lebih tertarik memeriksa pekerjaan saat ini. Mungkin efek capek membuatku mulai tidak peduli dengan acara ini. Selesai memeriksa hp, aku kembali memasukkannya kedalam tas dan melihat ke sekeliling lagi. Aku menemukan beberapa scene menarik. Salah satu adalah scene dimana Riko memelototi salah satu tamu yang sepertinya teman Mas Kiki yang sedang mengobrol dengan Arini. Lalu ada juga scene seorang ibu muda yang sedang panik karena anak balitanya yang kuterka masih berumur 2,5 tahun menumpahkan sup ke rok batiknya. Wajah ibu muda itu seperti ingin marah tapi tidak bisa karena aku melihat wajah anaknya yang sepertinya merasa bersalah.

"Kali ini apa lagi yang kamu perhatikan sih? Kayaknya seru banget.." suara itu kembali menginterupsi pikiranku yang sedang lalu lalang.

"Kakak ini selalu menginterupsi pikiran Rin disaat-saat seru.." protesku pada Kak Julian yang sudah duduk di sebelahku. Kini dia menarik kursi tersebut mendekatiku sehingga kini posisinya menjadi lebih dekat denganku.

"Lagian kamu bengong terus kakak perhatiin.. emang ada yang seru?" tanyanya sambil menyerahkan gelas berisi air mineral tersebut.

"Makasih... ada aja kalau dicari kak.." jawabku sambil menerima gelas tersebut

"Jadi?? Apa yang menarik?" tanyanya dan dia mulai memakan makanan yang dibawanya tersebut

"Banyak.. tadi Rin nemu Riko lagi melototin temennya Mas Kiki pas dia lagi ngobrol sama Arini, terus ada juga ibu muda yang lagi kerepotan ngurusin anak balitanya.. lucu dehh.." jawabku dan mulai memfokuskan pikiran untuk mencari hal-hal menarik lainnya.

"Hmm.. gitu yaa.. buka mulutnyaa.. aaa.." ucapnya dan tiba-tiba saja sendok makannya sudah berada di depan mulutku. Reflex aku membuka mulutku dan sesuap nasi masuk kedalamnya.

"Kak Julian apa-apan sihh.." protesku namun mulutku tetap mengunyah makanan tersebut.

"Lagian kamu gak merhatiin kakak sih.. jadinya kakak suapin aja.. sekalian biar kamu makan.." ledeknya dan aku hanya bisa pasrah dengan sikapnya yang mendadak butuh perhatian tersebut.

"Kan aku udah nemenin kakak makan.." balasku yang langsung ditutupnya dengan suapan berikutnya.

"Mending kamu bantuin kakak ngabisin makanan ini.. kakak kebanyakan ngambil kayaknya.." ucapnya dan dimulailah acara suap-suapan yang mengesalkan tersebut.

Setiap aku menolak untuk memakan suapannya, Kak Julian mempunyai banyak cara untuk membuatku membuka mulutku. Mulai dari mengajakku ngobrol hingga membuatku tertawa. Di awal-awal kegiatan aneh itu aku merasa kesal karena dipaksa makan, namun semakin sering suapan itu masuk kedalam mulutku aku mulai merasa senang dan akhirnya aku dengan santainya membuka mulutku ketika dia memberikan suapan. Satu suapan untuknya dan satu suapan untukku, begitu terus hingga akhirnya makanan dipiring tersebut habis. Ketika menyadari makanan di piring tersebut telah habis aku tidak bisa menahan tawa pelanku. Kelakuan ku siang ini persis seperti anak kecil. Namun tak bisa kuelakkan, aku merasa bahagia dengan perhatiannya itu. Ku akui aku semakin suka dengan Kak Julian. Perhatian yang ditujukannya sejak dia muncul hingga sekarang membuatku merasa di lindungi dan diperhatikan. Aku seperti kembali ke masa kecil ketika Mas Kiki sering melakukan hal yang sama terhadapku. Aku merasa bahagia siang ini.

"Eheemm... yang lagi mesra-mesraan... sampe lupa sama sekeliling.." ledek sebuah suara yang sudah sangat kukenal.

"Arini.. gak usah ngeledek dehh.." balasku kesal

"Yaa.. abiss dari tadi di panggilin gak nyaut-nyaut, ternyataa lagi suap-suapan.. ini acara nikahannya siapa sihh??" lanjutnya dan aku hanya bisa tertawa kesal dengan ledekannya

Arin's Love Story (END)Where stories live. Discover now