Jungkook tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Ia tak pernah menyukai lampu temaram yang dipasang di ruang tamunya, suara-suara jangkrik di halaman belakang ataupun acara televisi saat ini yang menampilkan film horor—bukannya ia tak mau, tetapi ia tak bisa mengganti salurannya. Kata ayah, menonton televisi terlalu banyak bisa merusak mata. Jungkook tak ingin itu, maka ia tak pernah sekalipun menyalakan televisi sendiri.
Selama lima tahun hidupnya, ia selalu bergantung pada ayahnya yang setiap malam selalu pulang terlambat, meninggalkan Jungkook bersama pengasuh yang terkadang mengisi separuh waktunya untuk menelpon seseorang yang tidak Jungkook pedulikan. Namun faktanya malam ini, tidak ada siapa-siapa di rumah yang berarti Jungkook sendirian.
Ia menghela napas pelan. Kapan ayah akan datang? Mengapa lama sekali? Seharusnya ini menjadi malam yang penuh sukacita—ia berdua bersama ayahnya sambil menyanyikan lagu ulang tahun dan meniup lilin—rasanya Jungkook ingin menangis sebab jam sudah menunjukkan pukul 11.25, yang artinya ia harus meniup lilin sendirian jika tak ingin melewatkan ulang tahunnya.
Sedetik kemudian, harapan anak itu terkabul, sebab pintu depan tiba-tiba terbuka lebar, menunjukkan sosok pria tegap yang segera berlari ke arahnya dengan panik—bahkan masih dengan kemeja putih dan dasi hitam yang tadi pagi ia lihat saat diantar ke sekolah.
"A-ayah,"
Tangan raksasanya itu kemudian menarik Jungkook kecil kedalam rengkuhannya dan membisikkan kata-kata penenang seperti jangan menangis dan semuanya akan baik-baik saja.
"Selamat ulang tahun, Jungkookie. Ini, ayah mempunyai hadiah untukmu."
"Ayah, aku tidak suka boneka kelinci."
"Tapi yang ini spesial, Kookie. Ayah yang membuatnya dan ia mempunyai daging sungguhan, loh!"[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow
FanfictionPria yang selalu dikaguminya, menjadi sosok berbeda dengan sorot mata sekelam serendibite dimana malam itu hujan mengguyur jalanan kota Seoul. Because he never walks alone. "Aku menginginkanmu, anakku-" "Seharusnya aku membunuhmu saja, membuat dirim...