Pagi itu Praja menyiapkan diri lebih awal, obat untuk bunda, juga sarapan untuk caca. Cuaca yang sedikit mendung ini membuatnya harus bersusah payah untuk bangun lebih pagi. Sepertinya gaya gravitasi pada kasur memang sangat kuat untuk menahan para pelajar agar tetap berbaring bersama selimut hangatnya.
"Ca!! makannya cepetan ya.." teriak Praja sembari merapikan tempat tidurnya.
"Ka eja kenhapha? Tumben banhet hih? Udah cahe kehiangan ya kha?" Mulut Caca sangat penuh, sehingga tidak jelas terdengar.
"Apasih Ca? Ayo buruan,"
"Iyaa ka, ini udah beres, beres nelen suapan terakhir."
"Yaudah yuk!!"
Langkahnya berhenti ketika keduanya melewati kamar bunda, Praja tersenyum kecil, membuka pintu dan membiarkan tubuhnya masuk dan memerhatikan bundanya yang sedang tertidur.
"Bun, Eja sekolah dulu. Bunda baik-baik kan ada tante disini, Eja yakin bunda bisa sembuh, perempuan kecil yang waktu itu bikin Eja sanggup untuk terus bertahan sampai saat ini sedang patah hati bun, ayahnya sudah tak ada. Maka dari itu Eja harus mengembalikan senyumnya, agar Eja bisa melihat senyum bunda dimanapun." Praja mengecup kening bundanya, disambung oleh caca yang memeluk erat bundanya.
"Ayo Ca!"
****
"WOI!!" Praja segera berlari menghampiri bangku Zaira saat baru sampai sekolah.
Jam 06.45 adalah rekor terbaik Praja selama ia bersekolah, baginya ini masih amat sangat terlalu pagi.
"Heh! Titisan wonderwomen jawab elah!" Praja berada tepat didepan bangku Zaira, namun Zaira tetap diam fokus membaca buku yang dipegangnya.
"Eh gue udah ke rumah lo buat jemput lo masa lo ga ada sih kampret!"
Zaira tetap diam.
"Jawab oy!! Diem diem bae, heran gue!!"
"Hm." Jawab Zaira asal.
"LO KEMANA? MAU BAIK BAIK DAHAL, TAPI MINTA DIGAS LO!"
"Hm."
"GUE AMPE GA SARAPAN LOH!!!"
"Hm."
"WOY LAMA LAMA GUE KUTUK LO JADI ZAIRA SABYAN!! HM HM-AN MULU!!" Praja berdecak kesal melihat reaksi Zaira yang tidak biasa.
"Emang ada yang nyuruh kamu jemput aku?"
"TAU AH KOK GUE YANG KESEL!" Praja memukul meja tempat Zaira menulis, "KARMA KALI YA GUE SERING KESELIN LO!!!"
Zaira masih bungkam, seakan tidak peduli. Dan menganggap bahwa Praja tidak ada disitu.
Pelajaran pertama berjalan lancar hingga menjelang pelajaran terakhir, tidak terlihat tanda-tanda kehidupan Praja di kelas.
Zaira tidak tahu harus berbuat apa, yang pasti sedari ia datang hingga pulang sekolah ia tak kemana-kemana, tetap diam dikelas. Tidak bercanda seperti biasanya, termasuk untuk mengobrol bersama Ameera pun tidak. Ameera semakin merasa canggung, tapi ia mengerti bahwa sahabatnya masih dikelilingi banyak duka.
****
Ka Ryan Tuyul
14.20
Kamu jadikan pulang bareng aku?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PROMISE OF A SOLDIER
Teen Fiction"Bilang sama teman laki-laki yang mau sama kamu, sebelum deketin adeknya deketin dulu abangnya! iyakan Yah?" Ucap lelaki yang disebut abang oleh Zaira. "Yah... kalau begitu mana ada lelaki yang mau sama Za, datang kerja kelompok ke rumah saja takut...