Hari ini adalah hari minggu. Hari yang paling di tunggu Jennie. Dia berniat untuk keluar membeli makanan. Tetapi tubuhnya terasa malas sekali melakukannya.
"JENNIE!"
"Apaan sih astaga."
Gadis itu sudah terbiasa dengan sikap kakaknya yang hobi berteriak teriak itu. Sepertinya, gendang telinga gadis itu terlapisi 2 kali lipat.
"Kenapa?" Tanyanya saat turun dari tangga dan menuju ke kakaknya.
"Beliin gue makanan kek, laper gue."
Sial, jadi berteriak hanya karena ini. Ingin rasanya Jennie mengutuk kakaknya itu. Tapi mengingat dia juga lapar, kali ini kakaknya menang. "Iya, ganti baju dulu."
Gadis itu mencuci muka dan segera memakai hoodienya. Dia meminta uang kepada kakaknya dan bergegas untuk keluar.
Cuaca hari ini tidak mendung dan tidak panas. Setidaknya, tidak merugikan Jennie yang memilih berjalan kaki.
Brukk
Jennie terkejut saat tubuhnya terhantam cukup keras. "Bangsat! Siapa sih!"
Jennie melirik asal hantaman itu. Sepertinya seseorang telah menabrak tubuhnya itu. "Lo ngapain sih, bangsat!"
"Eh maaf, maaf. Tadi g-gue dikejar kejar orang. Eh itu orangnya, sini," Pria itu menarik lengan Jennie dan bersembunyi di balik tiang sebuah ruko yang tutup.
"Ngapain, sih! Udah ah gue ga ikutan petak umpet!"
"Yaudah tapi jangan ngasih tau gue disini ya."
"Siapa juga yang mau ngasih tau, mahmud!"
Selepas itu, Jennie segera pergi dari tempat itu. Sepertinya laki laki itu sudah gila.
Jennie segera menuju toko bungeoppang langganannya. Ya, gadis itu sangat menyukai bungeoppang. "Bungeoppang redbean 2, coklat 2."
Setelah membeli jajanan itu, gadis itu bergegas pulang ke rumahnya. Saat dia sampai di depan pagar rumahnya, ada seseorang pria yang memanggil namanya, membuat gadis itu menoleh ke sumber suara.
"Hai, hehe. Abis darimana?"
"Oh, tadi abis beli cemilan."
"Ada kak Jina di rumah?"
"Iya, mau nampir?"
"Emm engga, tadi aku kebetulan lewat sini. Ah, ini buat kamu," ucap pria itu memberi coklat.
"Random banget, sih. Makasih," jawab Jennie dengan senyuman tipisnya.
"Aku pulang dulu, ya" ucap pria itu sambil mengusap pucuk kepalanya.
Itu Kim Jongin. Kekasih Kim Jennie. Hubungan mereka memang tidak seperti pasangan pada umumnya, bukan pacaran yang suka bucin bucinan. Hm, Jennie tidak tahu pasti bagaimana pacaran asli pada umumnya. Toh, mereka menjalin hubungan juga atas dasar kemauan orang tua.
"Jennie pulang."
"Beli apa lo?"
"Bungeoppang."
"Ga beli 1 kan?"
"Engga, nih. Gue lanjut tidur dulu."
"Heh, gabisa gitu. Bantuin gue beres beres sini," ucap Jina sambil menarik pipi adiknya itu. Memang tidak berperi keadikkan.
"Sakit, please. Jina goblok sakit!"
"Iya iya, sorry. Sana beres beres."
"Heh! Sekarang itu hari minggu! Lagian ngapain sih beres beres, nanti juga kotor lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
With You ✔
Fanfiction"Dia hebat, ya. Bisa membuat hidupku kelabu, namun juga bisa membuat hidupku berwarna" ©innerale August 2018 May 2020 [Revisi]