Perpisahan Kedua

14 0 0
                                    

Sore ini cuaca di kota Sukabumi mendung dan sebentar lagi awan akan segera menumpahkan persediaan airnya. Aku mempercepat langkah agar cepat sampai di kossan dan terhindar dari dinginnya guyuran air hujan.

Perkuliahanku hari ini bisa dibilang cukup melelahkan, dimulai sejak jam tujuh pagi dan baru selesai jam lima sore tadi. Belum lagi, ada tugas yang harus aku selesaikan malam ini karena besok pagi harus sudah aku serahkan kepada dosen. Sudah, tidak usah kau bayangkan bagaimana lelahnya aku.

Hujan gerimis mulai menyapa dan untungnya aku sudah sampai di kossan. Jarak antara kampus dan tempat tinggal sementaraku memang dekat, cukup butuh waktu tujuh menit sudah sampai. Sebelum mandi, aku memutuskan untuk makan terlebih dulu karena seingatku aku belum makan lagi setelah tadi sarapan. Saking sibuknya_-.

Ponselku berbunyi dan menampilkan ada pemberitahuan dari instagram, seseorang telah mengirimiku pesan.

@Baraaa : Hai, Saa.. aku lagi ada di Sukabumi nih. Ketemu yuk?

Untuk sejenak aku terdiam, mengapa setelah sekian lama dia kembali menyapaku? Mengapa dia kembali menghubungiku disaat aku sudah mengabaikan semua hal tentangnya? Mengapa dia kembali mengajakku bertemu disaat aku sudah berhasil melupakannya?

Sungguh, kalimat pesan yang dia kirim sore ini berhasil membangkitkan kembali kenangan yang telah ku kubur dalam.

Aku mulai mengetikkan balasan dan langsung ku tekan tanda kirim.

Maaf Bar, aku ga bisa.

Menolak. Ku harap itu adalah pilihan yang tepat. Aku tidak bisa bertemu dengan seseorang dari masa lalu yang selalu membuatku jatuh cinta setiap kali aku ditatapnya.

Belum satu menit, dia sudah kembali membalas pesanku.

@Baraaa : Kenapa? Kita kan udah lama banget ga ketemu, mumpung akunya lagi ada di sini. Sebentar juga nggak apa-apa kok. Mau ya?

Kalau boleh jujur, sebenarnya aku juga ingin sekali bertemu dengan dia. Aku ingin lihat apakah senyumnya yang sekarang masih semanis dengan senyumnya yang dulu. Aku juga ingin lihat apakah lelaki yang dulu sempat begitu aku kagumi sewaktu SMA tumbuh dengan baik. Aku juga ingin lihat apakah dia masih setampan Bara-ku yang dulu. Agrh, aku bingung.

Belum sempat ku balas, pesannya kembali masuk.

@Baraaa : Kalau tetep nggak mau juga gapapa kok, mungkin kamunya lagi sibuk ya? Padahal aku cuma mau ketemu doang, ga lebih. Yaudah lain kali aja deh. Semoga ada kesempatan ya,Sa.

Aku tidak ingin membohongi diriku sendiri, ku iya-kan saja ajakannya untuk bertemu. Semoga nanti, saat kita bertemu aku bisa menganggapnya sebagai lelaki asing yang hanya aku ketahui namanya. Semoga, rasa yang dulu pernah kami bina tidak kembali hadir menyapa.

Yaudah Bar, aku mau. Besok jam satu siang aku tunggu di kedai kopi sebelah kampus yaa, see u.

*

Sesuai janji, siang ini aku menunggunya di kedai kopi sebelah kampus. Aku sudah mempersiapkan diri untuk bertingkah biasa-biasa saja ketika dia datang. Percakapan apa yang nanti harus aku bahas agar pertemuan kita tidak berjalan canggung, apakah harus aku menanyakan tentang perasaanya? Ah tidak tidak. Sungguh, saat ini jantungku berdetak tidak seperti biasanya.

Mataku menangkap seseorang yang baru saja memasuki kedai, dia adalah orang yang aku tunggu. Ya, Bara. Aku rasa, sekarang dia sedikit lebih tinggi dari yang terakhir kali aku lihat. Tubuhnya yang dibalut dengan kaos hitam, denim jaket, celana jeans hitam panjang dan sepatu vans hitam tetap terlihat keren di mataku. Dia menghampiriku sambil tersenyum. Senyumnya masih terlihat sama, manis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TERDALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang