“Puan, aku cemburu.”
Aku lupa—bukan siapa-siapa
kutarik ucapan itu.“Puan, aku rindu.”
Untuk apa Tuan, apa ia akan membalasnya? Aku ragu.
“Biar,
aku tak mengharap balas.”“Puan, di mana kamu?”
Yang kupeluk saat ini hanya ragamu,
bukan hatimu.“Puan, jangan pergi!”
Untuk apa Tuan, biarkan saja ia lari!
Nanti pun ia akan mengerti
bahwa Tuan tetap di sini.Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Puisi "Menunggu Puan"
PoetryAntologi Puisi-sebuah kumpulan perasaan dan sekelumit cerita yang lahir dengan nama puisi.