Janji

8.4K 663 86
                                    

Setelah Shizui dan JinLing pergi, suasana di dalam rumah itu menjadi sunyi, Wuxian masih duduk di tempatnya tanpa bergerak, sedangkan WangJi merapikan benda-benda yang ada di atas meja. Tidak ada yang  bersuara di antara mereka hingga beberapa menit kemudian, hanya terdengar suara kicauan burung dan deru angin dari luar. Namun itu bukanlah diam yang dingin, karena Wuxian dengan sangat jelas terus menatap gerak gerik Wangji dengan pandangan lembut yang penuh perasaan sayang.

Dan seperti biasanya, Wuxian tidak pernah tahan dengan keheningan yang terlalu lama “Lan Zhan, apa kau sadar? bahwa kau baru saja menghukum mereka tanpa kesalahan yang jelas” perlahan bibir merah itu tertarik dan memamerkan senyuman jail “kau tau mereka hanya menyampaikan amanah, dan Shizui pasti melakukannya atas desakan pamanmu”

Tuk. Suara ketukan terdengar di atas meja kayu ketika Wangji menghentikan semua kegiatannya dan meletakkan kembali cawan yang baru saja dia angkat “Hn” jawabnya sembari memandang Wuxian dengan raut wajah yang tidak berubah.

Wuxian balas menatap tanpa melepaskan senyuman jahilnya  “apa kau cemburu?” kali ini senyuman nakal itu semakin lebar, memperlihatkan deretan rapi gigi-giginya.

Lan Wangji terdiam sejenak sebelum kemudian mengeluarkan jawaban yang membuat Wuxian hampir terjatuh dari kursinya.

“Hn, aku cemburu” jawabnya singkat.

Mata Wuxian melebar, dia mendongak dengan mulut setengah terbuka. sebuah reaksi yang cukup berlebihan untuk seseorang yang telah menjadi kekasih dan tinggal bersama selama 5 tahun. namun bagi Wuxian, responnya saat ini adalah respon paling wajar, bagaimanapun, pria yang berdiri di hadapannya ini tidak pernah mengungkapkan perasaannya secara gamblang, terkadang dia hanya akan menatap Wuxian dengan datar dan Selebihnya, Wuxian harus mencari tahu sendiri apa yang salah dan apa yang sedang pria itu pikirkan.

Tatapan Wangji masih tertuju pada Wuxian, dia menatap lama wajah yang selalu dia lihat setiap hari, Wajah yang selalu berhasil membuatnya berdebar, entah itu saat mereka masih remaja ataupun saat ini. Meski kini, wajah yang ada di hadapannya berbeda dari saat pertama kali mereka bertemu, namun bagi WangJi mereka sama, karena di dalam, dia adalah orang yang sama, dia adalah Weiyingnya, miliknya, sesuatu yang tidak akan dia lepaskan bahkan untuk kematian.

Senyuman tipis kemudian terpatri di bibir tipisnya, sebelum kemudian dia bergerak mendekat dan menunduk, memberikan kecupan ringan di bibir pria itu “ikut aku” ucapnya, kemudian menautkan jari mereka dan melangkah keluar.

Sementara itu, Wuxian yang masih kebingungan terus mendongak menatap Wangji, dalam hati bertanya-tanya apakah kemungkinan teh yang baru saja WangJi minum memiliki kandungan alkohol?

“kita mau kemana?” pada akhirnya, kata itulah yang pertama kali bisa dia keluarkan “Lan zhan, hey—
Sebelum dia bisa melanjutkan ucapannya, suara desingan pedang melintas di sisinya dan Bichen kini melayang di hadapan mereka.

Lagi-lagi, sebelum dia bahkan bisa membuka mulut, Wangji telah meraih pinggangnya dan membawanya terbang bersama Bichen dan turun gunung.

*-*-*-*-*-*

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di desa yang terletak di kaki gunung, sebuah desa yang ramai dan memiliki banyak orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Wuxian masih bingung dengan alasan mengapa Wangji membawanya ke tempat ini, biasanya mereka hanya akan meninggalkan rumah jika ada masalah atau ada urusan yang mendesak, namun Wuxian sama sekali tidak medapatkan informasi seperti itu.

Wuxian masih memikirkan banyak hal di dalam kepalanya ketika suara dengungan orang-orang di sekitar mereka terdengar nyaring. seperti segerombolan lebah yang mengelilingi madu, Wuxian menyadari bahwa mereka adalah objek utama mereka. Dia mengeryit dan menatap pada WangJi “apakah ada sesuatu di Wajahku?” dia bertanya pada Lan wangji dan hanya di respon dengan remasan lembut di tangannya serta gelengan pelan.

OUR HAPPY LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang