Ada kehangatan yang Ayana rasakan malam ini. Dia merasa disayangi, sangat. Namun juga rindu di waktu yang sama. Ayana tidak lagi berharap sang ayah ada dan menemaninya kini, dirinya telah ikhlas. Takdir adalah takdir yang garisnya tidak mungkin diubah lagi.
Namun tentu saja Ayana masih berharap dengan sosok wanita yang sudah cukup lama ini entah pergi kemana. Tanpa kabar sedikitpun, bahkan tentang hidupnya sekalipun. Lengkap sudah rasa kehilangannya.Bersyukur, masih ada banyak orang yang menganggapnya keluarga. Menyayanginya dan mempedulikannya. Orang yang kini berada mengelilingi sebuah meja. Abian, Baskara, Helli, Rian, laskar, dan Lucas. Semuanya rapih berjajar, mengisi hari jadi Ayana. Dan sosok yang menjadi ibu dan ayah Ayana belakangan ini, bunda Ica dan om Pranjasa. Mereka ikut serta menyalurkan aura hangat dan kebahagiaan untuk Ayana. Meskipun Ayana sebenarnya sangat sadar, mereka hanya ingin mengalihkan rasa rindu yang dialaminya. Mereka semua hanya berniat untuk menghiburnya.
Suasananya sama sekali tidak canggung, semua merasa dalam hubungan keluarga. Ada banyak sekali canda tawa yang tentu menyetrum kepada Ayana yang tidak bisa mengunci mulutnya untuk tidak ikut tertawa. Satu paket dengan hal jahil dan kenakalan Laskar dan Rian.
"Em, Ay ini gue kasih kado buat Lo, sekali lagi happy birthday ya!" Helli secara tiba-tiba memberikan kotak berukuran sedang lengkap dengan pita oranye.
"Makasih banyak yaa." Senyum Ayana merekah.
"Tante sih udah bikin kue, itu buat kadonya ya sayang. Selamat ulang tahun."
"Iya Tante makasih banyak."
"Selamat ulang tahun ya Ayana, semoga sih kamu sukses kedepannya, jadi cewek yang tegar. Om bakal dukung semua langkah kamu kedepannya kok." kali ini pria jakung yang tidak nampak tua sama sekali ini yang bersuara.
"Iya om makasih banyak." Ayana tersenyum sopan.
"Kalo kita sih gak kado, doain aja hehe!" ucap Baskara dengan cengirannya. Mereka memang sangat dekat dengan orang tua Abian. Jadi mereka tidak akan sungkan bercanda atau mengatakan suatu hal.
Perkataan baskara sukses menjadi bahan ketawa ringan semuanya.
"Ci, si kokoh kado apa?" Laskar bertanya kepada Ayana. Dari caranya jelas sekali rasa ingin tahu dan penasaran yang tidak bisa ditutupi.
"Ngapain Lo tanya tanya?" Merasa namanya disebut-sebut, Abian angkat bicara.
"Yeuu! Si kokoh, orang gue nanya cici wlee."
Ayana hanya bisa melirik Abian yang duduk di samping kirinya, bingung juga harus menjawab apa. Karena memang Abian juga belum memberi kado. Walupun sudah membelikannya tiket nonton. Namun haruskah Aya menjawab itu?
"Wah parah sih, masa sahabatnya ulang tahun gak ngasih kado koh." Rian heboh sendiri menanggapi reaksi Ayana yang melirik Abian.
"Kamu serius belum kado? Atau kamu udah ngasih yang sepesial, jangan macem-macem loh Bian. Kamu masih sekolah masih di pengawasan bunda!" Sinis wanita bernama Ica. Ia sangat berharap putranya ini tidak macam-macam diluar kendalinya, meskipun dia sendiri percaya semua itu tidak mungkin Abian lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Down
Teen Fiction"Lihat, aku butuh tempat untuk bersandar, bahu yang menerima tangisku, dan pelukan yang mendengarkan keluhku. Tapi dimana kamu?" . . . . . . Boleh follow dulu lah sebelum baca, biar lebih akrab sisss (◍•ᴗ•◍)❤ Boleh komentar tapi gak jahat. Dilarang...