15. Bandana

66 33 4
                                    

Ayana sama sekali tidak fokus dengan instruksi guru olahraga. Dari tempatnya berbaris, matanya terus saja mencuri kesempatan melirik kelas MIPA A yang juga sedang melaksanakan olahraga. Kebetulan jadwal kelas olahraga IPS B sama dengan MIPA A, kelas dimana sahabatnya berada. Ayana bisa melihat bagaimana Abian tertawa. Matanya menyipit dengan mulutnya yang terbuka lebar, Ayana bahkan seperti tidak rela melewatkan itu semua.

Instruksi dari guru olahraga IPS B telah selesai. Pertandingan bulutangkis akan dimulai oleh anak putra terlebih dahulu, yang berarti anak putri termasuk Aya harus menunggu. Mereka diperbolehkan melakukan apapun asalkan masih dalam area GOR.

Dari pada berkeliaran, Ayana lebih memilih duduk di bangku penonton bersama Helli. Mengobrol singkat untuk menunggu giliran mereka bermain. Namun belum cukup lama mereka duduk, Abian tiba-tiba saja ikut bergabung.

"Ya udah deh gue Lucas sama dulu, Bye!" Helli jelas peka jika keadaan sudah seperti ini. Helli adalah orang yang sangat mengerti sahabatnya.

"Cicak, gue minta minum gih." Abian mendudukkan dirinya di samping Ayana.

Ayana bahkan sampai menelan saliva melihat betapa aura tampan sahabatnya I menguar bersama keringatnya. Tunggu-- sejak kapan Ayana menganggap Abian tampan?

"Beli sebelum ke GOR harusnya!" Ayana memberikan Abianan botol air mineral miliknya yang langsung diminum dengan serampangan oleh cowok itu. Seperti satu bulan tidak bertemu air saja.

"Tapi, Bian Lo pake bandana? Haha lucu tau." Ayana terkikik melihat bandana putih yang melingkar di kepala dan dibalik rambut depan Abian yang cukup panjang. Baginya Abian terlihat seperti bayi yang menggemaskan dengan bandana itu, terlebih wajah inosen itu. Ingin rasanya Aya memberikan dot susu agar lebih lengkap.

"Ya jangan lucu jugq kali, orang gue manly gini dibilang lucu. minimal ganteng kek, sexy kalo perlu mah."

"Dasar gila, pede banget sih lo!"

Ayana tidak dapat menutupi senyumannya lagi, Abian memang tampan lengkap dengan bonus imutnya. Baiklah, Ayana akui itu.

Kenangan kecil kembali terlintas, tentang bandana putih itu. Dulu sewaktu Aya dan Abian masih SMP ketika, mereka bermain di rumah Aya. Papah dari Ayana baru pulang kerja dan membawakan kaos kaki yang sudah Ayana pesan tempo hari sebelumnya. Namun bukannya kaos kaki tapi justru sepasang bandana berwarna putih yang ayahnya belikan. Karena hanya ada Abian, Ayana memberikan satu untuknya. Bandana yang kini nampak Lucu dikenakan pria disampingnya itu.

"By the way, Bian itu dibelakang bandana ada bordirannya kan? Huruf A"

"Hooh ada, dulu ketuker ya sama lo harusnya gue yang B. Punya lo masih?"

"Masih, ada di loker kelas."

"Nih lo pake punya lo, besok-besok lo balikin yang punya gue." Abian melepas bandana yang ia kenakan. Memakaikannya sendiri di kepala gadis dengan ikatan Cepol tinggi itu.

Ayana yang cukup kaget dengan aksi sahabatnya itu hanya bergeming, sama sekali tidak menolak. Hanya saja butuh waktu untuk memahami apa yang sedang terjadi.

Lagi dan lagi ada hal yang membuatnya gusar dan tidak tenang, namun membahagiakan disaat yang bersamaan. Jantungnya berpacu lebih cepat dan darahnya serasa berdesir hebat. Entah perasaan macam apa ini.

Let Me DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang