Pagi hari menuju sekolah

33 7 1
                                    

Katakan padaku siapa manusia didunia ini yang tak memiliki impian? Jika ada jangan jadi manusia, jadilah burung. Burung tak memiliki impian ia hanya menjalankan hidup tanpa memiliki visi dan misi, ayolah kau tak ingin disamakan dengan burung bukan ? Pagi itu Fatih mengayuh sepeda seperti biasa, ditengah perjalanan rantai sepedanya putus.

"Hey, ada apa dengan sepadamu?" Husain menepuk bahu sahabatnya itu. "Sial rantai sepedaku putus!" Jawabnya geram.

Kemudian Husain menemani Fatih untuk mendorong sepedanya, mereka bersahabat sudah lama dan nampaknya akan terus seperti itu hingga kake-kake (hehe). Mereka adalah dua orang yang berkarakter tak sama, terkadang tak sepemikiran, namun tetap bergenggaman erat tanpa memperdulikan ego.

"Fatih apa impianmu?" Tangannya merangkul fatih.
"Aku ingin menjadi diriku sendiri, kemudian menjadi penulis yang hebat". jawabnya dengan nada penuh harap.

"Mengapa kau ingin jadi penulis? Bukankah penulis tidak banyak di hargai?"
"Biarlah yang tak menghargaiku seperti itu saja, akan kuberi mereka popcorn dan menikmati film kemenanganku, mereka akan terbawa dengan alur ceritaku. Jadi aku tidak perduli suka atau tidak aku akan tetap menulis." Jawab Fatih dengan santai
"Ah kau ini membuatku terharu saja" dengan nada mengejek.

Dalam ejekannya sebenarnya husain bangga terhadap sahabatnya itu, ia kenal betul siapa fatih. Fatih memiliki semangat yang tinggi dalam menggapai impiannya, bahkan dia tak pernah menghiraukan orang yang menyakitinya.

"Husain ? Apakah orang sepertimu punya impian?" lontaran ejekan dari fatih.
"Kau meragukanku? Aku ini manusia, bukan burung." jawabnya sambil tertawa.
"Ayolah sahabatmu ini tidak bego, aku tau kau manusia dan bukan burung. Lalu apa impianmu?" mulai serius.
"Jangan pingsan ya ketika kau tau impianku" nada mengejek.
"Halah alay banget" jawab fatih.
"Aku ingin menjadi manusia yang bermanfaat, setelah itu aku ingin kuliah di luar negeri, untuk menuntut ilmu dan ingin mendalami tentang Sejarah Peradaban Islami" jawabnya dengan penuh harap.
"Aaahhhhh, tidakkkkkk ! Tahan saya husain !" dengan histeris.
"Kau ini kenapa fatih?" sambil menahan tubuh fatih yang hampir jatuh.
"Setelah mendengar ceritamu, rasanya aku ingin pingsan". fatih tertawa terbahak-bahak
"Kurang ajar kau" jawab husain kesal dan akhirnya ikut tertawa.
Ya, begitulah mereka berbeda namun tetap saling bergenggam tangan. Mereka sadar bahwa impian mereka dapat membuat orang disekitarnya tertawa, namun itu hal yang tak pernah dihiraukan Fatih maupun Husain. Biarlah mereka menikmati proses, dan jangan menjadi penghalang untuk jalan Fatih dan Husain. Mereka tak mengenal rasa sakit, mereka tak mengadukan harapan pada manusia, yang mereka inginkan hanya menjalani hidup sebagai manusia yang memiliki visi dan misi, bukan seperti burung yang menikmati hidup tanpa memiliki visi dan misi.

Get up, you're a winner !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang