2

169 28 0
                                    

Stalker...

Kalian bisa menyebutku seperti itu.
Aku membuat akun fake semua media sosial hanya untuk memantau Bian di dunia maya. Dari instagram, Twitter hingga Facebook. Aku mengikuti semuanya dengan akun fake. Dan sangat sulit mendapatkan nama akun media sosial milik Bian, karena nama Fabian tidak hanya satu bahkan ada ratusan. Parahnya Bian tidak menggunakan nama Bian sebagai ussernamenya tapi Alvabi. Butuh waktu dua hari untuk menemukannya dan memastikan bahwa akun itu milik Bian. Aku tau akun semua itu milik Bian dari foto profilnya Bian dengan hoodie coklat dan dengan masker putih. Aku pernah tak sengaja melihat Bian dengan hoodie coklat dan masker putih itu dan sama persis. Beruntung saja akun Instagram Bian tidak di private. Followernya tidak begitu banyak, hanya sekitar 750 dengan following 300.

Dari media sosial yang aku ikuti, Bian lebih sering update di Instagram. Dia paling sering mengunggah gambar foto yang ia-bian ambil dengan kameranya. Bahkan hanya sedikit saja foto dirinya di akun Instagram. Dan aku juga belum menemukan tanda-tanda jika Bian punya kekasih.

Aku memang cukup gila untuk tidak ketahuan

💠💠

Mendengar namaku di sebut oleh dosen bahwa aku sekelompok dengan Bian (lagi) adalah kebahagiaan tersendiri. Aku akan sekelompok dengan Bian sampai perkuliahan matakuliah Sistem Pakar berakhir. Karena tugas itu berbentuk final project yang harus di garap dan di presentasikan secara bertahap. Itu berarti aku akan lebih sering bertemu dan mengobrol dengan Bian.

Ini memang hari keberuntunganku

Saat ini di Cafe kopi dekat kampus. Aku dan Bian sedang membicarakan tema apa yang harus di ambil. Aku mencoba bertingkah senormal mungkin agar tidak terlihat salah tingkah. Padahal kenyataannya jantungku sedang berpesta pora.

Bian tiba-tiba menyodorkan secarik kertas dengan 12 digit nomor tertulis di sana.
"Ini nomorku, akan susah jika kita tidak saling tau nomor masing-masing." Ucapnya diakhiri dengan senyumnya.

"Eh iya" aku menerima kertas itu lalu menyimpannya dalam saku jaketku.

Akhirnya aku punya alasan untuk menghubunginya. Sejujurnya aku sangat hafal nomornya sebelum dia memberikan nomornya. Dulu diam diam aku mencurinya dari data mahasiswa yang di kumpulkan ke ketua kelas.

Haha cerdik sekali kamu Windy.

Terimakasih Ibu Dosen sudah membuatku sekelompok dengan Bian.

Selesai berdiskusi membahas tema final project Bian mengantarku pulang, garis bawahi 'mengantarku pulang ke rumah'. Untuk pertama kalinya Bian mengantarku pulang naik motor maticnya. Jangan pernah berfikir motor seorang Alvarel Fabian adalah Motor Sport yang lagi hits di kalangan remaja.

Sepanjang jalan dari depan Cafe hingga rumah jantungku tak henti hentinya berdebar debar. Jika nanti aku di diagnosis terkena serangan jantung, tolong salahkan lelaki yang bernama Alvarel Fabian.

💠💠

Hari demi hari berlalu. Semenjak tugas kelompok Sistem Pakar itu aku merasa aku semakin dekat dengan Bian, aku sering mengobrol dengannya bahkan makan siang bersama, bercanda, mengerjakan tugas bersama dan dia sering mengirimiku pesan meskipun semua itu tak jauh- jauh dari kata tugas. Ya, walaupun demikian cukup membuatku setiap hari tersenyum lebar. Jika saja mulutku terbuat dari kertas mungkin sudah robek karena terlalu sering tersenyum. Dan itu karena Fabian. Fabian yang katanya dingin dan cuek tapi nyatanya tidak sama sekali. Aku bahkan sering tertawa bersamanya.

Presentasi Final Project pertama sudah terlewati dengan lancar tanpa ada kesalahan. Bian sampai mentraktirku kopi di Cafe depan kampus seusai perkuliahan.

Apa hanya perasaanku saja atau memang Bian punya perhatian lebih denganku dan sikapnya berubah manis beberapa hari ini. Bian kemarin tiba tiba ke rumah membawakanku sekotak martabak , tadi pagi menjemputku kuliah dan ini dia mentraktirku. Entahlah. Aku tidak boleh terlalu GR.

"Kak Bian" panggilku

"Hmm"

"Terimakasih untuk traktirannya"

"Sama-sama" jawabnya

💠💠


Kali ini bukan tentang Bian, tapi ini tentang teman kuliahku yang bernama Alesha. Aku memang tidak terlalu dekat dengannya tapi entah kenapa aku merasa dia menjauhiku. Biasanya dia mengajakku bergosip di kelas sebelum dosen datang tapi dia seolah olah tidak menganggapku. Aku mengajaknya ke kantin tapi dia menolaknya dengan nada yang sedikit sarkatis.

"Al, mau ke kantin bareng ?" Ajakku

"Nggak" ucapnya lalu berlalu dari hadapanku

Aku cukup terkejut, pasalnya aku merasa nggak pernah ada salah sama dia. Toh kita juga tidak sedekat seperti seorang sahabat. Jujur saja selama kuliah aku tidak terlalu banyak memiliki teman hanya sedikit saja dan itu pun tidak terlalu akrab.

Aku mencoba berpositif thinking jika Alesha sedang dalam mood yang buruk hari ini atau sedang ada masalah.

Dua hari berlalu...

Alesha masih belum mau bicara denganku, dia selalu menghindariku. Entah kesalahan apa yang ku perbuat aku tidak tau ?

Tidak terlalu ku pikirkan toh aku merasa tidak melakukan kesalahan, dia sendiri yang menjauhku. Jadi kubiarkan saja. Aku juga masih teman selain dia

Searah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang