Sepanjang hari aku bekerja, aku masih memikirkan siapa pria pincang itu. Aku juga masih mempertanyakan keanehan perampokan kak Tara.
Jika itu perampokan biasa, mestinya tak akan serapi itu. Media yang biasanya berdiri di garda terdepan terhadap kasus kejahatan pun seolah bungkam. Tidak ada jejak dan bukti sehingga kematian kak Tara pun tak diselidiki pihak berwajib.
Sesekali aku kembali mengingat keluargaku dan keluarga kak Tara yang pincang. Aku bahkan menelpon tante Reina sekedar menanyakan hal itu. Tapi nihil. Aku tidak menemukan petunjuk apapun. Bertanya langsung ke Rayhan.. bah, namanya cari mati itu. Aku lebih memilih memendam penasaranku kali ini.
Aku berjalan dengan pelan memasuki kompleks ini setelah turun dari angkot. Dari jarak 50 meter aku melihat sebuah mobil asing terparkir di depan rumah Rayhan. Aku menerka-nerka, sejak dua tahun menikah dengan Rayhan belum ada satupun tamu menginjakkan kaki di rumahnya. Kalaupun ada yang berkunjung, itu hanya mamanya ataupun kakaknya.
Aku memasuki gerbang yang menjulang tinggi setelah dibukakan oleh pak Umar.
"Maksih pak” ucapku.
Aku melepas sepatuku, memasuki rumah. Baru beberapa langkah berjalan dari pintu utama, aku dikagetkan oleh seorang berjaket hitam. Kulitnya berwarna cokelat pekat. Dia berjalan bolak balik dengan satu kakinya pincang. Ah, apakah dia orang yang dimaksud Ina? Aku sepertinya harus berterima kasih dengan orang ini.
“Kamu Melodi ya?” tanyanya menatapku intens dari atas ke bawah dan sebaliknya.
Bibirnya menorehkan senyuman mesum. Oh, sepertinya aku akan meralat niatku tadi, dia seperti orang jahat.
“I..Iya..” aku menyesali lidahku yang mendadak kelu.
“Canggung dan amatir.. sangat pas dengan image-nya, hahaha” ku dengar tawanya yang menyeramkan. Aku mengkeret di tempatku.
“Winarno.. tapi anak-anak sering memanggilku om Win,” ucapnya mengulurkan tangan.
Om? Apa dia bercanda? Wajahnya lebih tepat dipanggil kakek atau simbah.
‘BRAK’
Kudengar suara pintu mobil ditutup dengan keras, disusul langkah kaki seperti sedang berlari memasuki rumah. Oh, Rayhan. Sesuai tebakan, dia bahkan tidak melepas sepatunya.
Dan hei, ini bahkan belum malam, tapi dia sudah pulang? Apa gara-gara orang ini, hebat juga pengaruhnya.
Aku masih mengamati tangannya yang terulur tanpa menyambutnya. Hingga bentakan keras seorang Rayhan menyapa telingaku.
“HENTIKAN MELODI..!” dia suka nyuruh-nyuruh seperti pak polisi lalu lintas yang sedang mengajari seseorang untuk tes SIM.
Aku mengalihkan pandangan ke Rayhan yang sekarang wajahnya merah padam, menahan amarah. Dih, mukanya horror banget.
“Melodi, pergi ke kamarku sekarang! Dan jangan keluar sebelum aku menyuruhmu.. paham?” perintahnya seolah tak peduli aku masih pakai pakaian kerja dan menenteng tas.
Bibirku baru akan mengeluarkan sepatah alasan tapi mendadak direm oleh pelototan Rayhan. Duh, dia makin kelihatan seperti polisi lalu lintas.. gas, rem, berhenti, dan perintah lainnya.
***
10 menit, 20 menit, 30 menit. Kakiku makin dilarang makin menjadi. Aku sudah tak sabar keluar dari kamar ini. Mau ganti baju lah, minum lah, pokoknya ada saja alasan untukku keluar dari kamar ini.
Aku gerah masa, lagian gitu amat sampai aku sendiri yang dikurung di sini. Toh, para asisten masih bebas kok. Hah, entahlah aku mau ke dapur mau minum.
Aku mendengar Ina dan Desi berduet nangis di koridor penghubung dapur dan kolam renang. Aku coba berpikir positif kalau mereka diputusin pacarnya, tapi aku baru ingat Ina baru putus tiga hari lalu, dan Desi, dia tidak punya pacar saat ini. Aku memutuskan mengambil segelas air untuk minum.
“Aku kasihan sama nyonya, hiks”
“Betul, padahal dia baik, apa salahnya, hiks,”
“Sudah sudah, kita tidak boleh ikut campur urusan tuan dan nyonya. Semoga Tuhan melindungi nyonya, ayo kita bantu berdoa saja,” ucap Bi Lisa.
Lah, aku memangnya mau kemana dan mau ngapain, kenapa harus dibantu dengan doa segala. Rasa penasaranku pun kian membuncah. Setelah meletakkan gelas di wastafel, aku berjalan menuju salah satu kamar tamu.
---TBC
Holahai man teman.. ini nih satu part sebelum ledakan.. maaf pendek aku ngetiknya di hape soalnya.. vote dan komen juseyo..
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]
Mystery / Thriller#1 thriller 27 September 2018 #1 regret 13 Desember 2018 #1 agen 5 Februari 2019 #1 lust 25 Februari 2019 #1 lose 14 April 2019 #1 marriage 30 April 2019 #1 angst 10 Mei 2019 Semua bermula dari suamiku yang memperlakukanku bak pembantu. Aku tidak b...