Renjun

96 12 12
                                    

"sini sini" aku menarik leher Haechan untuk bersembunyi ke balik dinding. Dari tadi, dia memang yang paling ngebet pengin lihat anak yang aku ceritain ke mereka berdua.

"Mana?" Tanya Haechan tidak sabaran, dibalas dengan tawa cekikikan dari Mark yang berada disebelah kiri ku.

"Itu tuh" aku menunjuk seorang anak lelaki yang baru keluar dari masjid sekolah. Sepertinya dia baru selesai shalat dzuhur.

"Astaga, putih mulus cuy, bibir tipis, pundak tegap, dada bidang, kaki panjang, hidung mancung, matanya Ya Tuhan. Merusak pemandangan banget. Lihat tuh, ada ya orang kayak begituan. Lagian kamu sukanya kira kira dong, susah ogeb. Banyak saingan" katanya kesal. Aku memutar bola mataku, dasar upil kebo.

Aku tahu dia sebenarnya enggak suka sama orang ganteng, rasa rasanya Haechan jadi tersaingi, begitu katanya.

Satu hal yang nggak aku paham dari Haechan, kenapa dia punya banyak banget kepercayaan diri sampai tumbuh ke ubun-ubun, bahaya banget itu tingkat ke-pdannya si Haechan kalau sudah mode on bisa bikin dia diluar kontrol gak tahu malunya.

"Mana sih aku gak lihat" Mark mencoba melihat lagi kearah aku menunjuk anak itu, ia sedang menggunakan sepatu.

"Loh loh loh loh, Renjun?!" Pekiknya ditelinga ku. What! Tunggu dulu, Mark kenal dia? Aku aja nggak tahu namanya, cuma kenal sama muka aja.

"Kamu kenal Mark?" Tanyaku penasaran. Ia mengangguk.

"Satu ekskul Na, wah gila, aku setuju deh sama Echan, berat gila" katanya cekikikan sambil berjalan meninggalkan tempat kami sebelumnya bersembunyi.

Aku dan Haechan mengikutinya, aku ngintil dibelakangnya lebih karena penasaran dengan apa yang dia bilang tadi.

Harusnya kalau punya teman itu ya didukung lah, ini kenapa malah dibilang berat, kan belum dicoba. Aku menghentakkan kaki, kesal banget deh sama dua orang di depanku ini, sebenernya mereka temanku bukan sih.

"Kenapa emangnya? Kan kita enggak tahu dia suka sama aku atau enggak" kataku sarkas, mensejajari langkah Mark dan Haechan yang sudah mendahului. Pokoknya kesal banget deh sama dua kutil gajah ini, bisa bisanya mereka ngeledek aku.

"Emangnya dia kenal kamu?" jawab Haechan enteng sambil tertawa, ia merangkul Mark sambil berjalan santai. Iya juga sih, tapi kan harusnya mereka itu ngasih kata kata menghibur, jangan dikasih kenyataan pahit begini dong, bohong sedikit juga enggak papa, ini aku juga jadi ngerasa ditampar sama realita kan.

"Renjun itu anaknya kyai, enggak bakal lah mau pacaran." Kata kata Mark sungguh mengejutkanku.

Pupus sudah harapanku selama ini. Enggak tidur tiap malam gara gara selalu terbayang sama senyumnya, siang malam menatap langit langit kamar membayangkan wajahnya kemudian senyum senyum sendiri seperti orang yang tidak waras.

Tragis banget deh cinta pertamaku ini, baru aja menyemai bibit harapan malah layu sebelum berkecambah.

Tragis! Tragis! Tragis!

Tau ah aku kesal banget deh sama Mark dan Haechan, aku akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua sambil menghentakkan kaki, mereka berdua malah cekikikan enggak jelas kaya kuda liar ngebet kawin.

Merasa terganggu dengan kikikan mereka, aku berbalik badan ke arah Mark dan Haechan sebelum mengangkat jari tengahku pada mereka.

Bukannya kesal, mereka malah tertawa terbahak bahak. Enggak tau deh kenapa aku bisa temenan sama orang model lontong sayur kayak mereka. Bikin dosa aja gara gara nge-batin setiap hari. Astagfirullah. Sabar.. sabar..

-Tbc

-∞0∞-

Wkwk kesel kan sama markhyuck. 😂 Sama,aku juga kesel banget dah waktu nulis ini, lagian jadi temen kok sukanya ngeledek mulu. Wkkw tapi bukan sahabat namanya kalo temen susah nggak diketawain.

Sahabat itu selalu ngetawain dulu baru nolongin.

Ya gitu deh😂

endlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang