Quot of the day
Percayalah, Tuhan memiliki rencana indah untukmu.
Windy tiba dirumah menjelang adzan Magrib berkumandang. Setelah memasukkan motor ke tempat yang aman, Windy pun menuju ke kamarnya.Ternyata pintu kamar Windy terbuka. Buru - buru Windy masuk ke kamar. Dan kekhawatirannya terbukti. Si mpus kucing betina piaraan ayahnya tengah asyik tidur di ranjang sambil menyusui ketiga anaknya.
"Woi siapa yang nyuruh kamu leha - leha di kasurku. Minggir - minggir."
Dengan kalap, Windy meraih sapu seblak dan memukul tepian tempat tidur sambil berteriak - teriak heboh untuk mengusir si meong yang tengah keenakan memanjakan anaknya.
Windy gondok tau? Ia sudah hampir tiga tahun menikah tapi belum punya momongan juga. Sedangkan si mpus yang 7 bulan yang lalu masih unyu - unyu, ternyata sudah mendahului Windy bunting dan beranak.
Si mpus segera melompat turun dari kasur diikuti oleh anak - anaknya. Sedangkan Windy mulai mengomel.
"Kalau masuk ke kamar aku jangan lupa pintunya ditutup doooonggg...."
Tangan Windy dengan cekatan segera menarik seprai untuk ia ganti dengan yang baru. Padahal seingat Windy, ia baru mengganti seprai kamarnya kemarin lusa.
Windy itu memang orangnya risian. Mungkin juga efek stres yang ia derita. Entah mengapa rasa jijikan yang ia alami semakin parah saja. Alhasil, ia harus melakukan ritual beberes dan bebersih kamar dulu sebelum ia mandi.
"Namanya juga numpang tinggal. Ya maklum lah. Kalau pingin nyaman, sana pergi dari sini."
Celetukan sang ibu membuat Windy membanting pintu kamarnya.
Jika itu bukan ibunya, Windy sudah mengajak sengle (berantem). Beneran.
Windy menghempaskan tubuhnya di lantai dan menangis. Dulu siapa yang memaksa Windy buruan nikah. Padahal di otak Windy planningnya adalah ingin ambil kredit rumah.
Kalau sekarang semua tabungan Windy habis, salah siapa coba? Belum lagi usaha yang dirintis Windy nyaris gulung tikar. Andai Windy nggak punya rasa malu, ingin rasanya Windy menangis meraung dan tidak peduli dirinya ditertawakan para tetangga.
Windy segera mandi kemudian sholat Maghrib dengan terburu - buru. Gegara bebersih kamar dan emosi jiwa, ia jadi telat maghriban.
Selesai sholat maghrib, azdan Isya mulai berkumandang. Windy masih komat - kamit protes pada Tuhannya.
Kalau boleh, Windy ingin ayah ibunya ditukar tambah dan diganti dengan orang tua berhati malaikat, bukan orang tua macam orang tuanya sekarang yang membuat Windy tidak bisa bersyukur.
Kalau aku harus pergi, lalu kemana aku harus melangkahkan kakiku ya Allah.......
Protes Windy setiap kali ia selesai sembahyang.
Selesai sholat, Windy baru memasang seprai. Kemudian berbaring sambil menatap langit - langit kamarnya.
Seharusnya dengan berbaring di ranjangnya yang nyaman, rasa penat setelah seharian bekerja keras langsung hilang. Tapi yang dirasakan Windy justru sebaliknya.
Masa iya aku menginap di salon. Mesti beli tikar dong.
KAMU SEDANG MEMBACA
An Annoying Windy Diary's (End) 🌷
Short StoryCover by Samutrisam Menjadi janda adalah sebuah pilihan, tapi tak urung status single bersertifikat itu membuat Windy dirundung rasa takut dan cemas. Demi keamanan, Windy pun mengadopsi Paino. Ternyata anjing tidak hanya setia dan membuat hidup Wind...