Flashback

33 3 0
                                    

Di kehidupan SMA yang tenang.....

Awal pertemanan kami.......

SMA Tarumanegara,

Kelas 10 IPS 2.

Bangku paling belakang, tepat disamping jendela yang menghadap ke timur.

Jam istirahat dimana semua murid akhirnya bisa melepas penat dan kesumpekan sehabis pelajaran yang menguras otak.

Aku menghampirinya yang lagi-lagi masih menetap di bangkunya dengan 'majalah perbintangan' di tangannya.

"Erik!" panggilanku segera menyadarkannya yang masih berfantasi dengan majalahnya, "oh, Mia."

"Masih setia kamu ngebaca majalah bintang-bintang itu, ya...." aku melengos di sampingnya.

"Iyalah. Aku melakukan persiapkan untuk mimpiku sejak dini!" teriaknya semangat sembari mengangkat tangannya dan membuat pose memamerkan ototnya.

"Mimpi yang mustahil terwujud maksudmu?"

"Sembarangan!! kan' sudah berkali-kali kubilang mimpi itu kalau diusahakan dengan sungguh-sungguh pasti bisa jadi kenyataan!" cerocosnya tak mau kalah.

"Yah, aku nggak bermaksud menertawakanmu tapi, menjadi bintang? rasanya agak...."

"MIAAA!! Kamu ada niat ngedukung aku nggak, sih?! Gitu perlakuanmu ke teman, hah??"

"Eeeh, memangnya kita
teman, ya?" godaku.

"Jahat kamu!!!!" Aah,
dia ngambek, deh. Wajah marahnya yang sangat kekanak-kanakan, pipinya yang chubby menggembung kesal dan mata sipitnya yang dipaksa membuka membuatnya tampak sangat menawan. Hihi imutnya.....

"Bercanda~" menyenangkan sekali rasanya mempermainkan dia seperti ini. Tunjukkanlah padaku berbagai macam ekspresimu. Dengan begitu, rasa cintaku yang meluap-luap di dada ini bisa terpuaskan.

"Erik!! Pinjam PR geo, dong! aku belum ngerjain dan aku nggak pengen didamprat pak botak lagi!" Canda tawa kami terhenti karena suara cempreng yang cetar membahana mengudara dari belakangku.

Cowok dengan parka biru tua dan rambut hitam kecoklatan yang poninya dijepit ke samping karena kepanjangan berlari ke arah kami sambil membawa buku PR geografi. Aku mengenalnya. Namanya Theo, salah satu sahabat baik orang yang kusukai.

Lalu sesaat pandanganku dan Theo beradu. "Eh ada Mia ya.
Yo, Mia!" Theo menyapaku sembari mengangkat satu tangannya.

"Iya," aku membalas sapaannya agak kaku.

"Btw Rik, aku pinjam PR kimiamu dong! Please nah....." Theo membuat pose memohon dengan kedua tangannya. Dengan sekuat tenaga Theo memohon pada dia.

Dia menatap sebal Theo yang sudah siaga dengan buku PR ditangannya, sedangkan aku hanya mengunci mulut di samping Theo.

"Sudah berapa kali kamu
minjam PR-ku hah, Theo?! Kamu ini! makanya jangan main game terus!!" Dia menggebrak majalah di tangannya dengan marah ke atas meja, membuatku dan Theo bergidik, walaupun kami tahu kalau dia tidak serius.

"Please lah, Rik! kau kan sahabatku! masa' kau pelit sama sahabatmu sendiri??" Theo memohon.

"Nggak! biarin kamu dipukulin pakai mistar keramatnya pak botak aja, sana!"

Dan terjadilah perdebatan hebat antara dua orang keras kepala. Aku segera saja menjauh dari tempat itu. Membiarkan mereka beradu mulut sepuasnya.

Let Me Love You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang