Radha berlari kencang menyusuri lorong rumah sakit. Tadi pagi dia mendapat kabar kalau teman sejawatnya, Hanum, masuk rumah sakit karena diserang diare.
Radha mengembuskan nafas beberapa kali karena kelelahan. Dari tempatnya berdiri, terlihat kerumunan beberapa perempuan dengan wajah yang familiar. Perempuan itu mendengus cukup kencang.
Dengan suaranya yang lantang, dia berteriak. “WOI!” Kerumunan itu menoleh. Satu-persatu wajah mereka menjadi pias.
“Mampus, ngamuk dia,” gumam salah satu dari kerumunan itu.
“Ini yang namanya teman. It’s okay, gua dah biasa kok,” mereka, kerumunan perempuan itu, menoleh satu sama lain. Merasa tak enak.
“Bukan gitu, Mi. Kita..tadi tu sebenarnya...” Wati, si pembicara, langsung terdiam melihat mimik wajah Radha.
“Apa?”
“Hm..gini, Mi. Kita tuh tadi sebenarnya udah otw ke rumah lo, cuma muter balik lagi,” diujung kalimat suara Rifa mengecil. Radha berdecak malas, teman-temannya ini memang seperti itu.
“Serah dah.” Katanya dan berlalu masuk ke ruang rawat Hanum.
“Umi...” gumam Eka.
“Lo sih ah, Madona.” Ujung-ujungnya Wati yang disalahkan.
“Gua aja terus yang salah, mentang-mentang gua yang punya mobil.”
Itulah Radha Annisa serta teman-teman seperjuangannya. Dan, disinilah semua kisahnya dimulai.
***
Prolognya dulu ya sahabat fillah. Inshaa allah part selanjutnya bakal dipublish secepatnya :)Salam ukhuwah Islamiyah,
Helmismuslim
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Khitbah
SpiritualJatuh cinta itu mudah, bisa dengan siapa saja. Tetapi, jatuh cinta pada orang yang tepat sekaligus karena Allah itu yang sulit. *** TOLONG DIPAHAMI KALAU CERITA INI BELUM REVISI SEPENUHNYA. JADI, KALAU ADA PENULISAN ATAU FAKTA2 YG KELIRU DI MAKLUMI...