Prolog

128 22 22
                                    

Di bawah naungan bulan yang separuh termakan malam, ditambah cahaya remang dari lampu-lampu taman yang menghiasi hampir setiap sudut. Membuat suasana di taman ini tampak begitu romantis.

Aku, Rea Anastasha sedang tertawa melihat tingkah konyol sahabat-sahabatku. Di malam Minggu seperti ini, menjahili setiap pasangan muda-mudi yang lewat adalah aktivitas paling menarik. Namun, tidak ada satu pun pasangan yang lewat.

Sekarang, mereka sedang asik bernyanyi mengikuti alunan musik yang berasal dari permainan gitar Daniel. Setiap satu bait lagunya berganti itulah ciri khas kami.

Dengarlah bintang hatiku
Aku akan menjagamu
Dalam hidup dan matiku
Hanya kaulah yang kutuju

"Eh, bentar ... kok jadi melow sih lagunya?" potong Sita dengan ekspresi andalan. Kening berkerut, mata menyipit dan muka yang minta digampar begitulah penggambaran ekspresi Sita versi Daniel.

"Terserah saya, dong. Saya yang pegang gitar. Anda keberatan?" ujar Daniel yang senang sekali menyulut emosi memang.

"Anjayy. Ngajak fighting nih orang." Sita menarik lengan bajunya ke atas bersiap untuk bertarung.

Sedang di sebelahnya Viona mencoba menenangkan Sita sambil menahan tawa. Aku pun ikut tertawa melihat kedua orang itu, memang kocak.

Sandra dari tadi terdiam di sebelah Daniel, seperti ada yang dipikirkan. Sementara itu, Agam si jago makan tak terganggu sama sekali dia sedang menikmati mie ayam yang entah kapan dibelinya.

Di antara beribu bintang
Hanya kaulah yang paling terang
Di antara beribu cinta
Pilihanku hanya kau, sayang

Di tengah sibuknya kami tertawa melihat emosi Sita, Daniel melanjutkan nyanyinya dengan lagu yang berbeda. Namun, yang ini matanya menatap ke arahku. Dalam tawa, aku mengerutkan kening bertanya 'ada apa?' lewat ekspresi yang tentu saja Daniel mengerti.

Melihat aku dan Daniel saling pandang, Sita yang ngamuk pun terdiam. Hening beberapa detik.

"Ciak ... ciak ... ciak kayanya bakal ada kisah sahabat jadi cinta, nih, Genk. Daritadi mata si Daniel nyorot ke Rea mulu. " Sandra yang tadinya hening menjadi heboh seketika.

"Ya amsong. Jadi, daritadi lo diem aja Cuma merhatiin mata si Daniel, gituh?" Aku shok.

Sohibku yang satu ini memang agak-agak. Benar kata orang, cinta bisa membuat gila. Sandra cinta sama Daniel, tapi dia selalu menjodohkan Daniel denganku. Bagaimana jalan pikirannya, aku tak mengerti. Mungkin dia lelah atau itu caranya mencintai.

Sita dan Viona hanya tertawa remeh, mereka tak ada yang mau menimpali. Mereka tahu perasaan Sandra meski tak diberi tahu. Lagian kami para cewek bisa mengerti satu sama lain tanpa harus mendengar cerita.

Siapa yang tidak bisa menangkap ekspresi cinta Sandra jika sedang menatap Daniel? hanya Agam dan Daniel terhormat yang tidak tahu. Sepasang bakiak itu mana tahu tentang perasaan, yang mereka tahu hanya makan, cecan dan bogan.

"Kenapa si lo nggak nembak Rea aja?" tanya Sandra.

Aku yakin pertanyaannya itu adalah belati yang ia tancapkan pada diri sendiri. Kenapa sih Sandra enggak diam aja, daripada terus menyakiti diri sendiri hanya karena ingin bercanda dengan Daniel yang sebenarnya candaannya itu garing.

"Lo kayanya ngebet banget jodohin gue sama Rea. Ada apa?" Daniel balik bertanya kepada Sandra jelas dan membidik.

Sandra tertawa, dalam tawanya kuyakin dia tertampar oleh pertanyaan Daniel. Ia termakan umpan sendiri dan tak bisa menjawab.

Sita dan Viona pun hening mendengar pertanyaan Daniel, sepertinya Sita dan Viona tidak ingin ikut campur. Daniel sableng memang bisa-bisanya dia bertanya seperti itu. Apa dia benar-benar enggak naruh curiga sedikit pun?

"Males, ah, gue kalo udah bahas kek ginian. Bye. Gue mau pulang." Aku berdiri, tak bisa lebih lama lagi melihat sahabat karibku terluka dan aku menjadi bumbu lukanya.

"Dengerin gue. Kalo si Rea pergi itu tandanya dia salting dan beneran suka sama lo," ujar Agam menyenggol lengan Daniel. Si gembul baru angkat bicara kalo soal ginian.

"Diem lo. Urusin tuh makanan jangan urusin hati orang, wekk." Aku melemparkan benda yang dari tadi aku pegang ke mangkuk mie ayam Agam. Lalu, bergegas lari sebelum terjadi sesuatu.

Saat aku sudah jauh, Agam berteriak, "REAAA, BALIK SINI LO!"

Aku tertawa membayangkan betapa murkanya Agam ketika tahu ada botol bekas minyak hangat di makanannya.

Aku berjalan sendirian di taman, belum berniat pulang sebenarnya, hanya ingin menghindari kemungkinan yang Sandra katakan. "Tidak akan ada seseorang yang tahan jika terus-terusan dicomblang. Salah satunya pasti akan terbawa suasana." Begitu katanya.

Aneh, bukan? tahu resiko, tapi malah sengaja menantang menjadi Mak Comblang antara aku dan laki-laki yang dia sukai.

Aku bergidig ngeri membayangkan apa yang dilakukan orang untuk cinta. Selama ini aku belum pernah jatuh dalam cinta. Aku belum pernah menangis karena cinta dan aku paling ngeri jika ada perempuan yang menangis karena laki-laki ataupun sebaliknya. Bagiku itu seperti menabur garam di atas pasir, sama sekali tidak berguna.

Aku mencari kursi kosong yang bisa diduduki. Memang susah mencari kursi kosong di taman pada malam Minggu, semua terisi penuh oleh orang-orang yang sedang pacaran atau gerombolan muda-mudi yang menghabiskan malam Minggunya dengan teman seperti yang kami lakukan.

Aku terus mencari sampai ke ujung taman, mungkin di sana ada tempat kosong untuk melepas lelah dan mendinginkan otak.

Ternyata memang ada, tapi di sebelah laki-laki. Sepertinya dia lebih tua dariku, umurku 18 tahun. Ia memakai kaos hitam dan jaket berbahan jeans.

Setelah kuingat-ingat, dia adalah laki-laki yang duduk di kursi itu juga pada malam Minggu kemarin. Bedanya, Minggu kemarin ia memakai kemeja hitam polos sangat rapih dengan celana bahan seperti mau pergi ke acara.

Aku penasaran sebenarnya apa yang akan dia lakukan? Apakah dia sedang menunggu seseorang?

Aku mengintip di balik pohon besar, mataku tak lepas memperhatikan setiap gerak-gerik yang laki-laki itu lakukan. Entah sejak kapan aku menjadi seorang yang kepo dengan urusan orang lain, terlebih aku tak mengenalnya.

--------

Hayoo siapa laki-laki itu?

Bagaimana kelanjutan kisah cinta Sandra, Daniel dan Rea?

Baca terus keseruan persahabatan mereka, ya, cuss!

Air Mata ReaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang