19

2.6K 467 98
                                    

Aku update tiga chapter! Jangan lupa cek chapter sebelumnya, ya!

-------

Jisoo membereskan buku-bukunya. Hari yang udah gelap dan ponselnya yang terus-terusan berbunyi ngebuat dia menyudahi ringkasannya yang belum selesai. Dia menuju mesin pinjam untuk meminjam buku sambil mengangkat telfon dari Bona.

"Iya, Bon?"

"Lo di mana, Jis? Kami di udah di depan tempat makannya ini."

"Bentar deh, gue masih di perpus ini. Masih jam setengah delapan, kan, ini? Kalian kecepetan itu."

Terdenger suara ketawa Bona dan ribut-ribut di sana.

"Ya kan udah lama juga nggak ngumpul gini jadi pacu dong."

"Lama apanya, baru sebulan juga." Jisoo udah memasuki mobilnya. "Eh udahan gue mau jalan ini."

"Kami masuk deluan ya, atas nama Nayeon."

"Siap."

Jisoo menutup pintu mobilnya, menaruh tas dan buku di kursi penumpang di sebelah. Sebelum menjalankan mobilnya, dia nggak lupa buat ngirim pesan ke Mino. Apa lagi kalo nggak minta jemput.

Soalnya Jisoo itu sering khilaf sampe mabuk berat padahal dia bawa mobil. Makanya Mino dan keluarganya selalu berpesan untuk ngabarin kalo Jisoo mau minum-minum. Lagian abangnya yang satu itu juga nggak tinggal lagi di apartemennya. Nggak betah, katanya.

Nggak sampai dua pulih menit Jisoo sampai di Restoran Kang. Sama kayak biasanya, tempat itu selalu ramai. Emang restoran ini tuh strategis banget tempatnya, dekat kampus mana pun. Udah gitu lumayan murah dan enak. Sesuailah sama kantong mahasiswa. Dan lagi juga punya ruangan privat gratis jadi kalo ngumpul pun gampang.

"Ruang Im Nayeon di mana ya, Mbak?" Jisoo langsung tanya ke mbak di kasir. Lagian dia juga males kalo harus nebak-nebak di antara ruangan privat itu.

"Oh, sebentar ya, Mbak. Jackson!" Seorang pelayan berwajah lumayan mendatangi. "Tolong anter mbak ini ke ruang private tiga, ya."

Cowok dengan nama Jackson itu ngangguk. "Mari, Mbak, saya antar." Dia berjalam duluan diikuti Jisoo.

Mereka berjalan sambil diem. Tapi melewati salah satu ruangan privat, Jisoo terdiam.

"Mbak?"

Jisoo mengedipkan mata, lalu tersenyum paksa. "Ayo."

Diam-diam dia gelengin kepalanya. Masalahnya tadi itu Jisoo ngedengerin suara Taeyong. Bertahun-tahun jadi sodara cowok itu tentunya nggak ngebuat Jisoo lupa.

Nggak mungkin. Dia, kan, di Jepang, batinnya.

"Ini, Mbak, ruangannya."

Jisoo mendongak, ruangan tiga  di depannya. Ia mengucapkan terima kasih pelan lalu memasuki ruangan itu.

"Uwooh Kim Jisoo! Akhirnya lo nyampe."

Jisoo langsung mengernyit ngeliat Nayeon yang menyapanya. "Kalian udah mulai minum, ya?!"

Keempatnya nyengir. "Ayo tutup pintunya. Terus kita makan daging."

Jisoo cuma gelengin kepala terus duduk di samping Seolhyun. "Kok lo telat banget?" tanya Seolhyun

"Nggak banget, cuma telat." Koreksi Jisoo. "Gue buat tugas ringkasan tadi," jelasnya atas pertanyaan Seolhyun.

"Rajin bener lo, Jis." Alis Seolhyun terangkat sebelah. Dia tau banget kalo Jisoo nggak mungkin serajin itu.

"Apanya yang rajin, itu hukuman dia, tau." Bona mengoreksi.

Seolhyun ketawa kenceng. "Gue kirain lo udah berubah jadi rajin, Jis. Nggak greget amat, sih."

(Not) Sibling | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang