Tindakan Tanpa Pengakuan

121 6 0
                                    

Rika ..
Sebuah nama yang membuatku terpana
Seseorang yang slalu menghadirkan tawa
Senyumnya ..
Perhatianya ..
Dia ..
Entah apa yang membuatku jatuh cinta
Walau aku tau ini salah
Tapi aku tak bisa menyangkalnya

Aku menulis puisi pendek pada buku agendaku. Aku tak bisa menceritakan apa yang sedang aku rasakan ini pada siapapun karena aku pikir ini tak wajar dan mereka pasti menganggapku aneh. Jadi, kuputuskan mencurahkanya menjadi sebuah tulisan.

Saat aku memutuskan untuk mengikuti kata hatiku saat itu juga aku berharap Rika tahu dan membalas perasaan ini. Tapi, aku merasa semua itu tidak akan berjalan sesuai keinginanku. Jujur aku tak percaya pada diriku sendiri, melihat penampilanku yang tidak menarik ini mana mungkin dia akan menyukaiku. Setahuku penampilan para penyuka sesama jenis diluar sana jauh jika  dibandingkan denganku. Jadi Rika tak memiliki alasan untuk menyukaiku.
Ah, entahlah. Aku tak bisa berfikir jernih karena hati ini.

Sepulang kerja kulihat hp ku bergetar, ternyata ada pesan dari Rika.
' Km dmn Lun? '
' Lg drumah, napa? ' balasku.
Cukup lama kutunggu balasanya tapi tak ada satupun pesan yang masuk. Kuputuskan meninggalkan hp ku dan melanjutkan aktifitas ku beberes.

Jam dirumahku menunjukan pukul 9 malam. Rika datang menghampiriku dirumah. Kenapa malam sekali, pikirku.
"Ada apa koq malem-malem maen?" Tanyaku.
"Napa? Gak boleh? Ya udah aku pulang." Katanya.
"Aku kan cuma tanya. Yaudah duduk gih!"

Aku menyambutnya di teras depan rumahku. Suasana sudah cukup sepi karena malam telah datang. Tanpa berkata-kata Rika memberikanku sebuah bungkusan kecil.
"Apa ini?" Tanyaku.
"Buka ajah!"
Aku membuka bungkusan yang diberikan Rika padaku. Baju jersey Italy. Ya, memang sekarang sedang demam piala dunia dan aku mendukung Italy. Tapi maksutnya apa? Aku menatapnya bingung. Seakan tau apa isi hatiku, Rika membuka jaketnya sehingga memperlihatkan jersey yang sama seperti yang dia berikan padaku. Apa ini maksutnya? Baju couple?

Belum sempat aku menemukan jawaban dari pertanyaanku, tiba-tiba Rika mengeluarkan sebuah coklat yang sedari tadi dia simpan di dalam tasnya.
"Buat kamu."
"Oh, makasi." Jawabku bingung. "Tapi ini maksutnya apa ya? Aku kan gak lagi ulangtahun."
Rika tak menjawab. Dia hanya tersenyum dan aku semakin bingung sekaligus deg-deg an melihatnya seperti itu.

Perlahan Rika mendekatkan wajahnya kearahku. Debaran jantung ku semakin cepat saja. Apa yang akan dia lakukan? Tak terasa wajahnya telah berada tepat didepan wajahku dan bibirnya menyentuh bibirku. Apa dia mau menciumku? Oh tidak! Aku belum pernah berciuman sebelumnya. Apa yang harus aku lakukan?

Waktu seakan berhenti membuatku semakin berdebar saja. Dengan menutup matanya Rika melumat kedua bibirku sambil sesekali memasukan lidahnya kedalam mulutku. Aku yang tak tahu harus berbuat apa hanya diam saja sambil melihat wajahnya yang begitu dekat dengan wajahku.

Tak berapa lama dia melepaskan ciumanya.
"Masuk kedalem yuk! Disini dingin." Katanya dengan wajah datar sepertinya dia tak sadar dengan apa yang dilakukanya barusan. Aku yang seperti terhipnotis olehnya pun hanya bisa menuruti perkataanya saja.

Kubawa dia masuk kedalam ruang tamu rumahku. Tak berapa lama kami disana, kembali Rika mendekatkan wajahnya padaku. Dia pasti akan menciumku lagi. Tapi aku tak dapat berbuat banyak, seakan tubuh ini juga menginginkanya. Dan benar saja Rika menciumku kembali. Kali ini dia menarik tubuhku agar bisa lebih dekat dengan tubuhnya. Kurasakan hembusan nafasnya mengenai pipiku. Aku juga dapat mencium aroma tubuhnya. Tak pernah aku sedekat ini dengan seseorang apalagi berciuman.

Disatu sisi aku berharap Rika segera melepaskan ciumanya karena aku takut orang tuaku tiba-tiba keluar dan melihat kami. Tapi disisi lain aku tak ingin dia mengakhirinya secepat itu. Dan akhirnya Rika melepaskan bibirnya yang sedari tadi melekat pada bibirku. Dia menatap ku dan tersenyum kemudian mengusap kepalaku. Aku hanya bisa menatapnya, tak tahu harus berbuat apa. Aku malu. Aku bingung. Semoga dia tidak mengetahuinya.

"Aku pulang dulu ya, udah malem nich." Kata-katanya membuyarkanku.
"Ah, iya."
Aku mengantarnya keluar. Sebelum pergi dia kembali mengusap kepalaku sambil tersenyum padaku.
"Hati-hati." Kataku.
"Iya." Jawabnya sambil tersenyum.
Setelah kulihat dia pergi aku masuk kedalam rumah.

Diatas tempat tidurku aku kembali berfikir tentang apa yang dilakukan Rika padaku terutama tentang ciuman itu. Kenapa dia menciumku? Apa semudah itu dia mencium seseorang? Apa dia menyukaiku? Jika iya, kenapa tak mengatakanya? Banyak pertanyaan di benakku yang tak dapat aku tanyakan padanya.

Lamunanku buyar saat kulihat hp ku bergetar.
'Jangan lupa kumur-kumur kalo mau tidur'
Apaan sich, tiba-tiba dia mengirim pesan seperti itu. Sepertinya biasa saja setelah menciumku tadi. Apa karena dia sudah sering berciuman? Makanya dia dipanggil iblis, dasar tidak berperasaan.

Tapi aku memikirkan pesanya, apa iya setelah ciuman kita harus kumur-kumur.

Aku Kamu dan DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang