Take me away (y.m)

1.4K 125 9
                                    

Jimin tidak bisa berhenti menangis, meskipun kepalanya kini terasa berangsur-angsur memberat dan matanya terasa semakin memanas. Pemuda itu pun perlahan bangkit dari lantai kamar mandi, melangkahkan kakinya kearah wastafel sambil terus terisak; Jimin menatap refleksi wajahnya yg terlihat sayu. Air mata terus mengaliri pipinya.

Ia menatap matanya, dan ia menyadari bahwa semangat hidupnya telah lenyap dari sana.

"Yoongi..." Bisik Jimin kemudian perlahan, dan sebuah bayangan hitam pun terbentuk disudut ruangan. Jimin mematai tubuh yg terbentuk dari kabut itu melalui cermin. Perlahan wajah pucat yg rupawan dengan surai kelabu terlihat semakin nyata di netra Jimin, dengan mata tajam nan kelam serta sebentuk sayap hitam besar dipunggungnya.

Saat mata keduanya bersitatap, Jimin bisa merasakan tubuhnya bergetar dan tengkuknya terasa dingin. Rasa takut menghinggapi hatinya, tapi ia tidak akan goyah.

Pemuda itu sudah siap, keputusannya sudah bulat. Menarik nafas dalam, pemuda itu menatap Yoongi tepat dimatanya.

"Cium aku. Bawa aku bersamamu, Yoongi."

...

Semua kesedihan ini berawal ketika Jimin menyaksikan kematian ibunya tepat didepan matanya. Melihat saat-saat dimana ibunya meregang nyawa akibat overdosis narkotika merupakan satu hal yg tidak akan pernah bisa ia lupakan selamanya. Ia menangis meraung-raung saat itu, Jimin bahkan tidak bisa berhenti menangis saat jasad ibunya dikremasi; karena gereja menolak mengurus pemakaman ibunya yg—katanya-seorang pendosa.

Adapun sejak saat itu, konsekuensi mengerikan menimpanya. Jimin kini bisa melihat Yoongi atau Baba Yaga; Sang Malaikat Maut dari neraka paling dasar, karena ia menyaksikan seseorang mati bunuh diri tepat didepan matanya. Tubuh Jimin selalu bergetar tiap kali bertatapan dengan sosok itu; Yoongi selalu menguarkan aura dingin yg janggal. Saat itulah Jimin pertama kali berbicara dengan Sang Malaikat Maut.

Yoongi mengatakan bahwa ia bertugas membawa para jiwa tersesat, jiwa-jiwa yg menyalahi takdirnya, jauh ke dasar neraka. Mengantarkan mereka untuk dibakar; Jimin total merinding membayangkannya.

Maka setelah itu Jimin bertekad bahwa ia akan menjaga semua orang disekelilingnya, untuk tidak mengikuti langkah yg diambil ibunya. Saat itu akan menjadi pertama dan terakhir kalinya ia bertemu dengan Yoongi, Jimin fikir. Pemuda itu berusaha mencintai setiap orang disekelilingnya sebisanya, merangkul dan mendengarkan semua problem mereka sepenuh hatinya. 

Tapi takdir sepertinya malah mempermainkannya, karena sejak saat itu justru orang terkasihnya terus pergi meninggalkannya satu persatu. Ia menyaksikan Jungkook, adiknya, yg mati karena mengiris nadinya; Taehyung, sahabatnya, yg mati dengan cara menabrakkan tubuhnya ke mobil yg sedang melaju kencang. Membuatnya harus bertemu dengan Yoongi, lagi dan lagi.

Jimin merasa lemah dan tidak berdaya. Ia ingin mengutuk takdir, tapi ia tahu tidak ada yg bisa ia lakukan untuk mencegahnya.

Dan puncaknya adalah tadi pagi; saat ia menyaksikan Hoseok, kakaknya, yg melompat dari balkon apartemennya tepat didepan matanya. Dan bahkan pemuda itu tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan nyawa hyungnya.

Pemuda itu harus menerima kenyataan pahit; menyaksikan Yoongi membawa jiwa orang yg ia kasihi sekali lagi.

...

"Kau gila, huh?" Tanya Yoongi tajam. "Bukankah aku telah memberi tahumu konsekuensi apa yg akan kau terima bila kau tidak menjalani takdirmu?" Jimin hanya menatapnya kosong, pandangan tanpa pengharapan.

Ciuman dari seorang Baba Yaga akan menghantarkan seseorang pada kematiannya dengan cepat, Jimin tahu itu.

Juga, pemuda itu bukannya tidak tahu akan konsekuensinya; ia tahu bahwa orang yg membunuh dirinya sendiri akan terbakar selamanya di neraka. Dan bagi orang yg sudah melihat wujud Baba Yaga; setelah bunuh diri mereka akan menjadi salah satu dari para malaikat maut. Tapi, Jimin tidak lagi peduli akan hal itu.

Karena, jika ia tidak bersama orang-orang yg ia cintai—maka untuk apa ia hidup?

Ia hanya merasa muak pada dirinya sendiri yg masih saja hidup dan bernafas; sementara semua orang yg berarti di hidupnya tengah terbakar dan menderita di neraka.

Yoongi pun menghampiri pemuda itu, membalikkan tubuh ringkih Jimin dengan kasar; cekalan Yoongi pada tangannya terasa sangat menyakitkan. Tapi pemuda itu tidak sempat protes; fokusnya total terisap pada iris kelam Yoongi yg kini menatapnya tajam. "Jangan melakukan hal yg nantinya akan kau sesali, Jimin."

"Aku yakin dengan keputusanku, Yoongi. Kini aku sudah kehilangan alasanku untuk hidup." Jimin tertawa nanar, air mata kembali terkumpul di sudut matanya.

"Tolong aku, Yoongi. Ini semua sangat meyakitkan, hidup ini menyakitkan... bebaskan aku dari seluruh rasa sakit ini..." Melihat Jimin yg kembali terisak, Yoongi hanya mendengus kasar. Menyentak dagu pemuda itu, kini bibir keduanya hanya berjarak beberapa inci.

"Ini pilihanmu, jangan menyesalinya kelak." Jimin mengangguk kecil seraya menutup matanya perlahan; menyebabkan sebulir air mata menetes dari sudut netranya.

Yoongi menatapi wajah rupawan dihadapannya dalam diam, sejujurnya ia sedikit merasa iba atas pemuda itu. Tapi bila Jimin memilih untuk mengakhiri hidupnya Yoongi tidak bisa berbuat banyak.

"Kill me softly; gently take my soul, Yoongi."

Dan saat bibir tipis itu menyentuh bibirnya lembut dan melumatnya perlahan, Jimin benar-benar merasa terbuai. Ketika lidah itu menyusup kedalam mulutnya, Jimin dapat mencecap rasa anggur yg memabukkan disana. Mengulurkan tangannya, pemuda itu bahkan meremas surai Yoongi perlahan; total mencandu akan hisapan bibir Sang Malaikat Maut.

Akhirnya; ciuman Yoongi akan membawanya pada kematian manis yg ia damba, dan ia tidak akan pernah menyesal memilih jalan ini untuk menuju kematiannya.

Ia tidak akan menyesal memilih kematian; ia tidak akan menyesal memilih untuk menciun Baba Yaga; ia tidak akan menyesal memilih untuk terbakar di neraka.

Ya, karena setidaknya Jimin akan terbakar bersama orang-orang yg ia kasihi disana.


The end.


Baba yaga mengingatkanku pada John Wick.

Gosh, hot daddy af.

Regards,
Bung:)

Darkside series.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang