Cita-Cita seorang Paskibra

316 14 2
                                    

"cita-citaku bukanlah cita-cita yang mudah, perlu perjuangan dan kerja keras. Mengibarkan Sang Merah Putih didepan Istana Negara sangatlah mulia. Walau bukan aku, tetapi Aku bangga dengan teman-teman perjuanganku yang mampu mencapai itu semua."

***

"argh!" desas tak enak hati yang terdengar dari barisan Pengibar Bendera kota Surakarta tahun 2018.

Siang yang cukup terik membuat semangat capaskot (Calon Paskibra Kota) Surakarta melemah. Matahari yang tepat berada diatas kepala merekapun membuat keringat bercucuran dengan banyak. Hari Kemerdekaan didepan mata.

"ayo! Kalau kalian kaya gini terus gimana bendera kalian mau berkibar? Mau pengibaran kalian gagal? Mau?!" marah pelatih Paskibra tersebut.

"tidak!" jawab pasukan dengan kompaknya.

***

Tisa berjalan menuju sekolahnya. Seperti biasa, dia terlihat sangatlah bersemangat untuk latihan Paski. Walaupun hari ini hari libur, namun semangat yang tinggi tak luput dari dirinya.

Rajin, Begitulah teman-teman Tisa menilainya. Semangat, mungkin itu adalah cahaya yang dipancarkan wanita berumur enam belas tahun ini.

Cita-citanya menjadi Pasukan Pengibar Bendera di Istana Negara menjadi semangatnya. Itu mengapa Tisa tidak pernah absen dari latihan disekolahnya. Terlebih, disaat mendekati pemilihan Pasukan Pengibar Bendera Kota Surakarta.

"pagi guys," sapa Tisa kepada beberapa temannya yang sudah datang.

Jam menunjukan pukul 07:15 WIB. Dan mereka akan berlatih pukul 7:30 WIB.

"pagi juga, Tisa."

Waktu berjalan cukup cepat. Tisa dan teman-temannya pun telah siap untuk berlatih. Setelah pemanasan, beberapa gerakan diberikan oleh sang pelatih, atau sering disebut Senior.

"siap grak! Maju jalan! Belok kanan jalan! Henti grak!"

"ayo lah dek, jangan malu-maluin SMA NEGERI 7 di pemilihan paskot besok senin!" marah Senior yang sejujurnya memberi semangat.

Ya, pemilihan Capaskot akan dilakukan besok Senin. Hal yang ditunggu-tunggu setiap orang yang mengikuti ekstra Paskibra disekolah mereka. Bersaing tentu, tetapi hanya yang terbaik yang akan terpilih. Termasuk disekolah Tisa.

"siap grak! Istirahat ditempat grak! Sambil istirahat minta perhatian."

"siap!"

Salah satu senior Tisa mulai berbicara.

"dek, kalian sudah siap buat seleksi besok senin?" tanya salah satu Senior yang ada didepan barisan.

"siap nggak siap, Kak," jawab salah satu orang yang ada dibarisan.

"emang kalau seleksi itu gimana sih, Kak?" tanya yang lain.

"ya, biasanya itu ada tes fisik. Misal bentuk tubuh dan normal pengelihatan kalian. Terus ada tes pengetahuan, bisa dari Bahasa Inggris kalian dan Agama kalian. Kemudian itu ada tes bakat. Kalian bisa nunjukin bakal kalian."

Beberapa teman Tisa pun saling mengobrol satu sama lain.

"Kakak dulu itu bakatnya apa?" tanya Tisa.

"kalau aku dulu itu nyanyi, tapi kalau temenku yang keterima paskot itu ada yang karate sama silat."

***

Hari Senin yang cukup cerah, Tisa telah siap untuk menuju tempat Seleksi paskot.

"yuk, udah siap?"tanya Papa Tisa.

"sudah, Pa."

"yaudah berangkat."

Sesampainya ditempat selesi tersebut jam ditangan kiri Tisa menunjukan pukul 06:25. Melihat kekanan dan kekiri, mencari dimana teman-teman Tisa berada tetapi tak kunjung ketemu.

"Tisa!" teriak salah satu teman Tisa dari arah belakang.

"eh, yang lain mana?" tanya Tisa penasaran.

"gatau nih, aku aja baru sampe"

"yaudah, chat grub," pinta Tisa.

Matahari telah berada di puncak kepala. Selesi yang sedari tadin berlangsung kini telah usai. Upacara penutupan pun akan segera dilaksanakan.

Beberapa nomor dada milik masing-masing peserta mulai disebutkan. Dan mereka adalah orang-orang yang akan menjadi Paskibraka Kota Surakarta tahun 2018.

Dan ini adalah waktunya bagi siswa-siswi dari beberapa sekolah yang belum terpilih untuk maju kedepan mendengar hasil siapa yang akan mewakili Kota Surakarta ke tingkat Provinsi. Tisa yang bernomor dada 52 pun tetap berdoa, memanjatkan do'a agar cita-citanya dapat terwujud.

"dan ... Yang akan mewakili kota Surakarta ke tingkat Provinsi ... Nomor ... 52!"

Raut kaget nampak di wajah Tisa. Teman-teman yang berada disekelilingnya pun melihat kearahnya dengan memberi tepuk tangan. Kini Tisa akan mewakili kotanya menuju Provinsi.

***

"bagaimana perasaanmu saat tidak lolos di tingakat Nasional?"

"sedih sih, tetapi aku tidak patah semangat. Cita-citaku untuk menjadi Paskibraka Nasional memang tidak terwujud, tetapi menjadi Paskibraka din kota kelahiran sendiri sangatlah membuatku bangga. Tidak hanya aku tetapi Kedua orang tuaku, keluarga besarku, teman-teman disekolahku, seniorku, dan juga orang-orang yang telah memberiku semangat."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cita-cita Seorang Paskibraka (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang