Sebelumnya:
"PERTANYAAN NOMOR SATU—"
Dan—Eren tidak suka dengan akhir penjelasan Connie yang membuatnya tidak bisa konsentrasi saat ini.
"—CARI JAWABAN, DIMULAI DARI SEKARANG!"
Ah, Eren kecolongan.
Dari sekian banyak murid yang sibuk berlomba membolak-balikkan halaman bukunya, cuma Eren yang mematung karena tidak tahu apa soalnya.
.
.
.
.
.
Live on Weirdos
Shingeki no Kyojin (c) Hajime Isayama
Rate T+
Warnings : AU, OOC beneran, Typo(s), non-baku, Parodi, RivaEren, Possibly harem!Eren
.
.
.
.
.
:Act 3 – Spinning Sensation:
Eren panik.
Alih-alih karena tidak tahu harus mencari apa—berhubung soalnya saja ia tidak dengar—maka dari itu Eren mencoba cara yang sedikit 'tidak terhormat'. ia melirik gurunya, sekedar memastikan bahwa ia sedang tidak berada di dalam pengawasan garang muka Amerika tersebut. Syukurlah, Irvin terlalu sibuk bermain dengan notebook kecilnya.
Heh. Sekolah ini tidak seketat yang Eren pikir rupanya.
Dengan hati-hati Eren melirik sampingnya. Sedikit demi sedikit—dan stop. Ia melihat Connie telah sampai pada halaman ke-45, sedang menyortir tulisan dengan jemarinya. Eren masih bersikap waspada dengan melirik Irvin sesekali, sampai pada akhirnya jemari Connie berhenti menyortir dan mulai menulis.
Eren tersenyum Titan.
Ia menyalin jawaban dengan hati riang gembira. Tanpa tahu bahwa Irvin tidak hanya memiliki sepasang mata saja.
Eren baru saja menghela napas saat tiba-tiba Connie mengangkat lembar jawabannya. Beberapa anak menyusul aksinya kemudian. Mungkin sebagai bukti bahwa mereka telah selesai menjawab kuis. Dan Eren pun mengikuti gerakan tersebut.
Cukup mengagetkan saat mereka tahu anak terakhir yang belum mengangkat kertas jawabannya adalah—Armin. Eren terbengong-bengong sendiri.
"Kenapa kertasmu masih kosong? Kau tidak mengerti dengan pertanyaanku?" sambar Irvin dingin.
Rupanya ia tidak menganakemaskan siapapun meski Armin notabene-nya peraih nilai tertinggi saat tes dua bulan yang lalu.
"Maaf sir, s-saya tidak mendengar pertanyaan anda."
Irvin bergumam.
"Armin Arlelt, Poinmu dikurangi 25."
Armin mengangguk. Dan kembali duduk di kursinya dengan tenang. Cih. Connie hanya mendecih dari tempatnya.
"Orang sepertinya sih, berkurang sepuluh-duapuluh poin bukan masalah besar."
Eren diam saja tidak menanggapi. Kertas jawaban kuis dikumpulkan dan pelajaran pun dimulai.
.
.
.
.