Act 5: Chemistry Class

857 102 18
                                    

:Sebelumnya:

"Jadi uhm—namamu kalau tidak salah, Armin?"

"Armin Arlelt. Salam kenal."

Sebuah cengiran keluar dari wajah kalem Armin. Mau tak mau Eren membalasnya dengan cengiran yang sama.

"Ya, salam kenal."

Teman baru? boleh juga. Pikir Eren.

.

.

.

.

.

Live on Weirdos

Shingeki no Kyojin (c) Hajime Isayama

Rate T+

Warnings : AU, OOC beneran, Typo(s), non-baku, Parodi, RivaEren, Possibly harem!Eren

.

.

.

.

.

:Act 5 – Chemistry Class:

"Aku tidak tahu kalau ternyata kita sekamar!"

Eren menjerit senang dari lubuk hatinya yang paling dalam seraya menjatuhkan tubuhnya dengan sukacita ke ranjang baru. Home sweet home, Eren—gumamnya. ia terpantul, membal. Ranjangnya sangat empuk—meski sekolahnya mirip penjara. Ia melirik ke sekeliling kamar dan menemukan beberapa tumpuk pakaian dan koper besar yang sudah tersusun rapi di sudut dekat lemari. Eren tersenyum lebar. Dibalik kesengsaraan hari ini, rupanya ia masih mendapatkan sari buah yang manis.

Yeah, Eren berusaha untuk berpikir positif. Setidaknya—hari ini, ia tidak perlu berberes karena kopernya sudah berada di tempat yang benar. ia bisa langsung tidur nyenyak—bermanja-manja dengan bantal dan gulingnya.

Oh, tentu saja ia bisa melakukan itu semua setelah berbasa-basi sedikit dengan Armin yang notabenenya roommate Eren. Kalau bisa sih, Eren ingin kesan pertamanya di depan Armin terlihat baik—minimal ia menganggap Eren orang yang menyenangkan—tidak seperti kesan pertama Connie terhadapnya. Ataupun kesan pertama Eren terhadap Jean yang begundal.

"Jadi—eh, yang lain mana?" Eren bertanya pelan.

Armin tidak menatapnya—ia sibuk mengganti pakaian di pojok lemari.

"...tidak ada yang lain."

Eren mengangkat alisnya sebelah.

"Maksudku, teman sekamar kita yang lain." Eren menjelaskan lebih detail.

Armin mulai meraih kancing-kancing pakaiannya untuk di kaitkan. Piyama lengan panjang berwarna putih polos dengan bahan jatuh terlihat cocok ditubuh rampingnya.

"Saat kubilang tidak ada, yang kumaksud memang teman sekamar kita."

Armin menoleh pada Eren yang menatapnya dengan bingung.

"...penghuni kamar ini cuma—kita berdua."

"Kau serius?"

"Uhm," Armin mengangguk, "Karena kita berdua sama-sama anak pindahan. Aku sudah tahu bahwa kita pasti akan sekamar. Sebelum kau ada, aku tinggal sendiri disini."

"Oh. Enaknya."

Eren menginterupsi tanpa memerhatikan mimik wajah Armin samasekali. Ia peluk bantalnya erat.

Live on WeirdosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang