"Happy reading"
Bel pulang sudah berbunyi sekitar dua puluh lima menit yang lalu. Tasya yang baru selesai dengan ulangannya segera menyampirkan tasnya dibahu, lalu beranjak menuju meja guru. Meletakkan ulangannya dan langsung pamit pulang pada bu budi.
Bukan karena ada kepentingan, hingga membuatnya terburu buru seperti itu. Tasya sejak tadi menahan sesuatu. Keringat dingin mulai membasahi dahinya. Dengan cepat ia berjalan menuju lapangan utama. Niatnya hanya ingin segera tiba di rumah. Mengisi perutnya yang sudah borantak hingga membuatnya sampai gemetar menahan lapar.
Tiba didepan gerbang sekolah, tasya melirik sekitar, harap harap ada yang berniat mengantarnya pulang. Namun, harapan tinggalah harapan. Hari ini memang takdir tidak berpihak kepadanya. Tasya menghembuskan napas kasar.
Tidak ada pilihan lain, selain menunggu angkot di halte depan. Hari ini hana tidak bisa menjemputnya, lantaran masih ada urusan pekerjaan. Sebenarnya, hana sempat menawarkan salah seorang temannya untuk menjemput tasya, namun tasya menolak. Tasya tidak suka dijemput sembarangan orang.
Jadilah tasya disini. Didepan halte dengan wajah pucat yang sangat nampak diwajahnya. Tasya menyapukan tangannya pada baju seragam yang ia kenakan. Manik matanya memperhatika setiap kendaraan yang lewat.
Sebuah sedan hitam berhenti tepat didepan halte. Tasya melihat kesamping, hanya dia dan seorang wanita lain yang sepertinya juga sedang menunggu. Tasya mengira, mobil itu jemputan wanita yang disampingnya.
Tidak ingin ambil pusing. Tasya kembali menengok kekanan dan kekiri. Melihat angkot tak kinjung datang, membuat tasya ingin segera menangis sekencang kencangnya. Tasya mendongak keatas, melihat langit yang kini sudah berawan hitam. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan
Tasya sudah siap mengeluarkan air matanya ketika suara seseorang memanggil namanya membuat ia menoleh dengan cepat.
Tasya mengedipkan matanya menatap orang itu penuh haru. "Azka,"tasya berucap pelan. Azka yang melihat raut aneh dari wajah cewek itu menautkan sebelah alisnya.
"Lo ngapain disini?"tanya azka. Alisnya semakin terpaut melihat keringat yang membanjiri wajah cewek itu. Azka tanpa sadar mengusapnya pelan.
"Gue nunggu angkot."rengek tasya. Kedua tangannya ia satukan berusaha mencari kehangatan. Hawa dingin mulai menusuk kulitnya.
"Bareng gue, mau?"tasya menatap azka sebentar. Kemudian mengangguk pelan.
Tanpa banyak bicara, azka mengajaknya ke mobil. Mebuka pintu untuk tasya setelahnya mengitari mobil lalu masuk kebelakang kemudi. Sebelum menyalakan mesinnya, azka terlebih dahulu membuka jasnya, lalu memberikan kepada tasya.
"Pakai. Nanti lo masuk angin."ujar azka tanpa menoleh. Tasya tidak menolak. Ia langsung memakainya dengan tergesa gesa. Sudah sejak tadi ia merasa kedinginan. Tasya menyandarkan tubuhnya, menutup mata berusaha menenangkan diri.
Diperjalanan, azka dan tasya saling diam. Tidak ada yang membuka suara. Tasya yang sibuk dengan pikirannya. Dan azka yang fokus pada jalanan.
Uhuk uhuk
Azka melirik tasya yang terbatuk. Ia membuka dashboard lalu mengambil gelas mineral yang selalu ia simpan didalam situ. Azka menyodorkan air gelas itu, yang langsung diterima tasya dengan cepat.
"Ihh.. Belum kebuka."
"Gigit aja."
Tasya mengangguk lalu menggigit bagian atas air gelas itu. Setelah terdapat lobang akibat bekas gigitannya, tasya langsung meminumnya hingga tandas tak tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA
Teen FictionGanti judul. Flusso D'amor ➡ shaka Munafik jika tasya mengatakan tidak ada perasaan pada cowok itu. Nyatanya, setiap berada didekat cowok itu, tasya selalu berdebar. Menahan sesak ketika berhadapan langsung dengannya. Tasya tidak akan berbohong tent...