12

4.1K 85 2
                                    

Yuriva duduk menanti Lintang yang sama sekali tak ada kabar. Bagaimanapun Lintang juga sahabatnya, ia selalu mengkhawatirkan Lintang yang bahkan tak peduli lagi padanya apalagi setelah mengenal si brengsek itu.

"Masa iya gw harus ke apartnya si Brengsek!!"

Yuri berjalan meraih ponselnya lalu mengetik nama Anin disana.

"Kak?"

"Kenapa?"

"Nghh bisa bantu gak?"

"Apa? Aku lagi sama Bunda aku nih"

"Ah... Ini soal sahabat aku.. Lintang"

"Kenapa sahabat kamu?"

"Dia gak balik udah 2 hari. Terakhir dia di club yang sama kayak Kak Anin"

"Kak Aku kirim alamat Apart Fadly ya. Aku mau kesana. Nyari sahabat aku"

"Kamu kenal Fadly?"

"Dia kenalan aku.. Ah kenalan sahabat aku disini. Udah dulu Ka"

"Yur-"

Yuri memutuskan panggilannya dan berjalan meraih tas serta kunci mobilnya. Ia menghela napas pelan sebelum akhirnya melangkah menuju mobilnya.

*****

Anin baru saja selesai dengan telefonnya, ia kembali duduk di meja makan yang telah dipesan oleh ia dan teman liburannya.

Ia melihat Naomi, serta Shani dan Adik adiknya. "Devi mana?"

"Tuh di belakang"

Devi tampak menatap kesal ke Anin. Anin hanya diam berusaha menangkap apa yang Devi rasakan. "Dev?"

"Mending Kak Anin ketempat temen Kakak sekarang"

"Temen?" Timpal Naomi.

"Ah Bun.. Temen disini.."

"Kamu ada temen disini? Kenapa gak diajak liburan bareng?"

"Dia juga lagi liburan disini Bun"

"Tru-"

"Aku harus ketemu dia sekarang Bun, aku pergi dulu. Ci Shani.." Anin mengode Shani untuk ikut bersamanya. Shani mengangguk. "Aku pergi dulu juga. Titip Zara sama Kyla ya Bun"

"Kalian mau kemana?" Shani dan Anin tak menjawab. Mereka segera pergi. "Yuri dateng mau nemuin sahabatnya yang kejebak sama orang yang ngejebak aku kemaren. Katanya udah 2 hari gak balik. Dia ada di tempat yang sama kayak aku kemaren. Kayak yang Yuri bilang kalo sebenernya niat awalnya ke bar itu buat njemput sahabatnya tapi malah ketemunya aku"

*****

Yuri sudah berdiri di depan apartemen Fadly. Sesuai apa yang pernah Lintang bilang unit milik Fadly berada di lantai 4. Ia menghembuskan napas perlahan dan mulai melangkah masuk namun baru sebentar ia masuk ia sudah melihat Fadly. "Fad-" Yuri segera sadar dan menutup mulutnya. Bukankah lebih mudah mencari tau apakah lintang berada di unit Fadly tanpa ada Fadly di dalamnya?

Yuri segera naik ke lantai 4 dan mencari unit milik Fadly. "Kamar D" Yuri membuka pintu kamar itu. Terdengar desahan atau mungkin rintihan dari dalam unit itu. Yuri berjalan mengendap dan mengintip ke arah ruang tamu. "Apa gw salah kamar ya"

Ia memutuskan untuk kembali namun baru sempat ia berbalik seseorang sudah membuka pintu dari luar. "Yuri?"

Yuri terkejut.

"Wah wah ga nyangka tanpa perlu gw paksa lu udah sukarela ya dateng kesini"

"Dimana Lintang?"

"Loh bukannya udah ngintip ya? Lintang di dalem tuh"

"Ahhhh!!!! Yur bantuinn gwww"

"Nah itu dengerkan?"

"Lu apain Lintang?!!?"

YURIVA POV

Aku mendorong tubuh Fadly hingga menabrak pintu. Ia hanya tersenyum remeh. Aku segera memukul pipinya. "Lu apain Lintang hah!"

Aku kembali memukul pipinya namun ia dapat dengan mudah menepisnya dan memutar balikkan tubuhku. Hingga kini aku terkunci dengan tangannya melingkar di leherku.

"Argh"

"Lu tau? Gw sewain Lintang ke temen temen gw dan sekarang elu disini, yang artinya gw makin banyak dapet duit dari kalian berdua"

"Tapi sebelum itu. Gw harus nikmatin tubuh lu dulu, sayang banget kalo cuma buat temen temen gw"

Aku semakin memberontak namun tangannya yang melingkar di leherku semakin terasa mencekikku. Ia membawaku masuk dan aku melihat Lintang dalam kondisi yang tragis. Ia tengah dipakai oleh 3 orang sekaligus. Tubuhnya telah basah entah itu keringat atau sperma dari ketiga orang yang sedang memakainya.

"Bantuin gw"

Salah seorang dengan rambut pirang itu berdiri dan menghampiriku. Ia berusaha menyentuh pipiku. Tapi Fadly segera menyingkirkannya. "Ini bagian gw"

Dia membuka pintu kamar dan segera mendorongku untuk masuk. Tubuhku didorong hingga tubuhku jatuh di lantai. "Uhukk uhukkk"

Cklek..
Fadly baru saja mengunci pintu. Ia berjalan ke arahku dan menarik kaos yang kupakai hingga tubuhku terangkat. "Lu udah ngerusak rencana gw 2 hari lalu"

"Sekarang gw mau ngerusak masa depan lu"

Fadly mencium bibirku secara kasar. Aku berusaha sebisa mungkin untuk menutup rapat bibirku sambil terus meronta. Fadly yang kesal itu mulai mencekik leherku dengan kuat. Nafasku tercekat benar benar sesak. Tapi Fadly tak memperdulikanku. Pandanganku semakin buram dan akhirnya benar benar gelap.

*****

"Yur... Yurivaaaa"

Yuri tersadar dari pingsannya disampingnya sudah ada Anin berserta para petugas kesehatan yang menggotongnya turun menuju ambulance. "Kak Anin.."

"Aku disini.. Polisi udah berhasil ngamanin semuanya. Sahabat kamu juga udah diamanin"

Yuri dimasukkan ke dalam mobil ambulan diikuti Anin yang ikut masuk ke dalam. Anin mengenggam tangan Yuri erat. Yuri tersenyum. "Makasih Kak"

Anin yang semula sedang fokus pada jalanan kini menghadap Yuri yang menatapnya. Ia tersenyum sambil mengangguk. "Kak"

"Kenapa?"

"Aku boleh anggep Kak Anin kakak ku aja? Mungkin itu lebih baik"

"Trus kamu gimana?"

"Dengan adanya kasus ini... Aku bisa nutupin itu kok Kak"

"Jangan. Bilang apa adanya aja"

"Kak.. Dunia ini itu kejam Kak. Aku gamau Kakak kena kekejaman itu cuma karena aku"

Anin mengeratkan genggaman tangannya dan mengangguk. "Makasih"

"Kakak bisa lanjutin hidup tanpa terbebani aku lagi"

"Kamu bukan beban. Kamu adik aku"

"Makasih ya Kak" Anin mengangguk. "Kayaknya kamu harus kenalan sama keluarga ku deh Yur"

Yuri mengangguk setuju. "Aku telfon mereka dulu ya"

*****

Shani baru saja usai memberi beberapa keterangan kepada polisi mengenai masalah Fadly. Ia menghela napas kasar sambil berjalan keluar dari kantor polisi disana. "Liburan cuma tinggal 2 hari lagi"

"3 hari ini terasa sia sia. Semua gara gara masalah itu. Ah. Mungkin salah kalo aku kira ini sia sia"

"Shani?"

"Loh? Kamu?"

Tbc.

Trip 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang