Tara Azura itu cantik. Setidaknya, saat pertama kali Abrian melihat Tara dari barisan panitia acara kampus, itu yang Abrian pikirkan. Tara memang bukan gadis dengan kecantikan di atas rata-rata yang membuat orang lain menoleh kedua kalinya. Tidak, Tara hanya gadis pendiam dengan tatapan datar nyaris bosan. Senyumnya hanya akan tersemat tipis. Tak banyak yang cukup punya keberanian untuk menyapa sang gadis. Tapi hari itu, pagi itu, Tara memberi senyum paling manis untuk Abrian.
"Origin banget? Berat ya bacaan lo."
Pertanyaan yang menjadi sapaan pertama Abrian untuk Tara. Dilatari bunyi hujan yang berderu, Tara duduk menyendiri sambil membaca novel tebal yang ia bawa. Abrian sendiri telah menanti momen ini cukup lama. Saat ia dapat menyapa Tara dengan leluasa.
"Ini?" Tara mengangkat buku terbukanya. "Iya sih, tapi seru."
"Wah, suka Dan Brown ya? Kalo gue belom bisa move on sih, dari Inferno." Abrian kembali berusaha melanjutkan obrolan. Ia mendudukkan diri di hadapan sang gadis. Bersiap untuk mendapat jawaban singkat atau malah, diusir pergi.
"Loh, kakak suka juga? Saya suka banget sih. Seru parah gila. Emang ya, Inferno itu paling keren plot twist-nya!"
Tak disangka, jawaban itu diberikan oleh Tara. Dengan mata berbinar dan senyum lebar selagi berbicara tentang hal yang Ia sukai. Tentu saja ini bukan cinta pada pandangan pertama. Hanya sebuah ketertarikan dan rasa penasaran pada gadis itu. Sejak saat itu, Abrian tau bahwa ia telah jatuh ke dalam senyum langka seorang Tara Azura.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi
RomanceTara dan Abrian, mungkin bukan pasangan yang paling serasi di dunia. Abrian yang pendiam dan cuek, tapi selalu didekati oleh banyak gadis mungkin-hanya mungkin-seharusnya mendapatkan pasangan yang sedikit manja dan pencemburu agar tidak bermain kem...