2. Konflik

733 152 19
                                    

Dia berkhayal, tepat diantara kedipan mata dan tarikan nafas.
Di tempat tidur dia meringkuk dan kesepian.
Seakan dia dijaga prajurit bersenjata lengkap atau mungkin para preman.

Dia mendengar mereka seakan berkata, tuang anggurnya ke dalam gelas, kita akan berjaga dalam kesenangan.
Lalu suara meja dipukul dan suara sumpah serapah seperti, kamu kalah malam ini atau aku kaya!

Dia ingin terbangun tapi tak bisa.
Satu atau dua jam dia tertidur. Tapi dia mendengar suaranya bersama para prajurit. Dia tersedak anggur, mungkin.
Dia mendengar suaranya sedang ditemani beberapa wanita, dalam mabuk dia mulai meracau, nikmati anggurnya kemudian gadis itu.

Lalu pandangan berubah menjadi samar dan dia memandangi gadis itu, lalu dia berjalan mendekat, mulai menyentuh gadis itu, tapi tangannya tak bisa menyentuhnya. Seketika
Dia memundurkan langkahnya dia lari dan pemandangan berubah menjadi sebuah ujung jurang yang menyeramkam.

Dia melihat gadis itu lagi, menatapnya dengan tatapan kosong,ia berkata, aku adalah kekasihmu, tinggalkan aku dan temui aku sekarang juga ditempat yang berbeda.

Dia bingung, dia jelas tak mengerti, perlahan gadis itu mendekat sedikit mendorongnya.

"Apa yang kamu lakukan?"

Dia malah tertawa, Wajahnya mengerutkan tanda tanya.

"Apa yang lucu? Aku Yona, kekasihmu! Apa yang kamu lakukan?"

Gadis itu mengedikkan bahunya terus mendekat dan mendorong tubuh kecil yang mulai ketakutan. Ia lalu mencampakkannya dari atas saat tangannya terlepas dan dia terplosok kedalam jurang itu.

Pernah merasakan mimpi yang seakan nyata? Kalian bisa merasakan kalau kalian sedang bermimpi? Kalian sadar kalau kalian berada didalam mimpi? Itu yang sedang dia rasakan akhir-akhir ini, dia merasakan mimpinya sangat nyata. Bahkan dia bisa menangis merasakan basah pada pipinya.

Dia atur nafasnya sendiri yang terengah, peluh menetes di ujung pelipisnya, meluruh membasahi pajama berwarna biru kesayangannya, matanya kini berkeliling mencari sesuatu yang dia temui dimimpinya.

Ketakutan kini dia rasakan, bukan, dia bukan bermimpi bertemu dengan hantu atau hal yang menyeramkan lainnya, ini menurutnya jauh lebih menyeramkan dari apa yang ada didalam pikiran kalian.

Dia terjatuh terplosok kedalam sebuah jurang yang seakan tak berujung, tangannya terlepas dari gengaman seseorang, lebih tepatnya sengaja dilepaskan, dia tidak mengerti kenapa dia bisa melakukan itu terhadapnya.

Sudah satu minggu, dia merasakan ada yang aneh dari dirinya sendiri, perasaanya sering cepat berubah, kehadiran sosok imajinasinya pun akhir-akhir ini tak bisa dia jangkau lagi.

Sekalipun dia memaksa untuk menghadirkannya, tapi sosok imajinasinya tak pernah hadir lagi, dan didalam mimpinya, dia selalu terpisahkan oleh sosok itu, bahkan dia tak bisa menyentuhnya lagi walau hanya dalam mimpi sekalipun.

Percayalah ini lebih menyakitkan dari sekedar patah hati, dia jelas rindu akan kehadiran kekasih imajinasinya, kekasih yang sudah menemaninya dengan waktu yang lama, kini hilang begitu saja tanpa dia mengerti.

Lagi-lagi nafasnya dia hembuskan, waktu masih menunjukan pukul empat pagi, dia memutuskan untuk menenangkan dirinya dengan berdoa kepada tuhan, karna waktu sudah memasuki subuh.



..
.
.



Kini dia menatap dirinya dicermin, rambut panjangnya yang sudah dia keringkan, masih terasa lepek, tangannya kemudian menarik sebuah laci dimeja riasnya, dia mengambil sebuah gunting kecil.

Tangannya tergantung, sedangkan satunya memegangi ujung rambutnya, dan rambutnya pun terpotong.

Dia rasa dia butuh suasana baru, hatinya yang patah hati membuat dia cukup frustasi akan semua yang dia hadapi, bahkan urusan sekolahpun sedikit terbengkalai.

Tangannya terus menggunting rambutnya sendiri, rambut panjangnya kini hilang, dia selalu mengingat kalau kekasihnya sangat menyukai rambut panjangnya, tapi kini dia membenci rambut panjangnya, karna terasa percuma, kekasihnya tak pernah hadir lagi.

Seragam sekolahnya pun sudah dia pakai rapih, dia menarik nafasnya, melupakan segala sesuatu yang mengganggu pikirannya. Saat kakinya sudah berada dilantai bawah rumahnya, Diandra sudah menunggunya disana.

Diandra belum menyadari kehadirannya, Diandra sibuk menyalin sebuah tulisan kedalam bukunya.

"Belum dikerjain juga?" Kata Yona, yang kini ikut duduk didepan Diandra.

"Heem, gw sibuk, semalem."

Yona yang mendengar itu mengangkat sebelah alisnya, merasa Yona tak merespon ucapannya Diandra menegakan kepalanya.

"Semalam Nina sama temennya ngajak gw main game, jadi lupa gw sama tugas."

Sudah Yona duga, tak ada hal lain,yang membuat Diandra sibuk, selain game dan laki-laki. Yona memilih tak menjawab ucapan Diandra, dan Diandra yang kini sudah memasukan bukunya dia spontan berteriak dan menatap Yona.

"EhAnjir, potong rambut kapan?!"

Yona kaget mendengar suara Diandra, temannya itu baru sadar kalau rambutnya kini dipotong pendek.

"Barusan."

"Heh lo gak kesurupan kan?" Kata Diandra, membolak balikan tubuh Yona, dia hanya heran kenapa Yona memotong rambutnya, padahal Diandra tahu kalau Yona sangat menyukai rambut panjang.


"Apaan sih!" Yona menepis tangan Diandra yang berada dibahunya.

Yona sudah mengambil tasnya berjalan keluar, diikuti diandra yang seakan masih tak percaya kalau Yona memotong rambutnya.

"Kenapa coba dipotong?"

"Ya pengen aja,  biar ngirit shampo."

"Hilih Tai."

Mereka berdua kali ini pergi kesekolah menggunakan mobil, mobil milik Diandra, jam yang masih terlalu pagi membuat jalanan masih sepi dan membuat mereka sampai disekolah lebih cepat.

"Lo kekelas duluan aja Yon, gw mau ke bu Indri dulu ngasih tugas nih."

Yona yang mengerti hanya mengangguk, mereka terpisah, Diandra yang berjalan ke arah kiri sedangkan Yona berjalan kearah kanan.

Dia berjalan menlurusi tiap kelas yang dia lewati, ntah kenapa pikirannya masih saja mengingat kekasihnya, dia merindukannya.

Rasa rindu membuatnya harus menahan sakit yang hanya bisa dia pendam sendiri. Karna pikirannya yang kosong dia jadi melamun dan tak memperhatikan jalan.

Tubuhnya menabrak seseorang dari arah berlawanan, dia sontak tersadar saat sebuah buku jatuh menyentuh sepatunya.


"Eh.. maap maap, gw gak sengaja." Kata Yona yang kini mulai menyamai tubuhnya dengan seseorang yang baru saja dia tabrak.

"Gapapa, aku yang kurang hati-hati." Balas orang itu, mereka berdua sama-sama membereskan buku yang jatuh dalam diam.

Seakan tak asing dengan suaranya, Yona menegakan kepalanya, betapa terkejutnya dia, saat matanya melihat apa yang sedang dia rindukan.



"Kamu...."




















Bersambung.

#TeamVeNalID

Im back buat kalian yang masih mau baca crita ini, crita ini memang membosankan, perlu ketenangan buat bacanya, biar kalian ngerti apa yang gw tulis. Thx

IMAGINE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang