1|| lembaran baru Kara

13 5 1
                                    

Seorang gadis sedang berbolak-balik di dalam kamarnya. Dari sisi yang satu ke sisi yang lain. Membereskan segala hal yang ia perlukan untuk hari pentingnya besok.

Iya. Besok adalah hari penting buat Kara. Karena setelah sekian lama dirinya menjalani home schooling, untuk pertama kalinya Kara akan menempuh pendidikan formalnya.

Sebenarnya, dulu Kara sempat menjalani pendidikan formal sewaktu kecil namun karena sesuatu hal dengan sangat terpaksa Kara harus berhenti dan melanjutkan pendidikannya melalui home schooling.

Kara mengecek sekali lagi perlengkapannya, mulai dari pakaian, sepatu, tas, alat tulis dan kawan-kawannya yang berhubungan dengan sekolah.

"Nona muda, apa anda sudah yakin dengan keputusan ini? Apa ini tidak terlalu cepat?"

Kara memutar bola motanya jengah. Sudah berapa kali dia mendengar pertanyaan ini. Namun terus diulang oleh asistennya yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri. Kara juga sudah lelah mengatakan hal yang sama untuk pertanyaan yang sama.

"Mbak, bisa gak sih gak usah tanya itu mulu? Kara capek dengernya. Dan satu lagi, bisa gak sih bahasanya gak usah terlalu formal, dan hentikan panggilan itu!"

Kara memang tidak menyukai panggilan 'nona muda' yang asisten itu berikan. Katanya serasa kayak orang penting banget gitu. Padahal kenyataannya memang seperti itu. Emang dasar, Kara..

Wanita yang tadi dipanggil Kara dengan sebutan mbak itu terkekeh kecil.

"Maaf, mbak gak maksud buat kamu gak nyaman. Tapi, mbak lupa Kara... . Sudah terbiasa dengan bahasa yang lama."

"Iya, Kara maafin. Tapi nanti gak usah kaku-kaku sama aku.. aku ini kan adek mbak Vina, anggep aja gitu. Karena mbak gak biasa, maka dari itu Kara biasain mbaaaakk..." Jelas Kara sambil memutar bola matanya. Gereget juga lama-lama sama asistennya ini.

Sementara itu Mbak Vina ~ asisten Kara tersenyum tipis mendengar ucapan bernada ketus dari Kara. Berbanding terbalik dengan isinya yang mencerminkan keramahan dan rendah hati seorang Ankara Gishelna.

"Eh mbak, berkas-berkas Kara udah lengkap semua kan?"

"Iya. Udah dikirim ke kepala sekolah juga kemarin."

"Yaudah, makasih ya mbak Vina. Kara mau tidur dulu."

Setelah membalas senyum dari Kara, mbak Vina pun keluar karena peka terhadap keinginan nona mudanya itu yang ingin beristirahat.

Sepeninggalnya mbak Vina dari kamarnya, perlahan-lahan senyum Kara luntur begitu saja. Ia berjalan malas ke spring bed king size-nya lalu segera melompat dan menggeliat malas diatasnya. Tak peduli dengan seprei nya yang sudah kusut bertambah kusut karena ulahnya itu.

Kara memejamkan matanya erat-erat sembari memikirkan ulang hal yang membuatnya bimbang akhir-akhir ini.

Aku ini udah siap gak sih?

Kara takut, bayang-bayang dari kenangan buruknya itu kembali datang dan kembali membuatnya depresi. Di satu sisi dia ingin tetap menjadi murid home schooling karena menurutnya itu lebih praktis dan karena alasan lain--dia tidak ingin masa lalunya menghancurkan pendidikan dan masa depannya.

Namun di sisi yang lain, Kara sungguh sangat ingin bersekolah formal seperti anak lainnya. Kara ingin bisa bersosialisasi dengan bebas. Kara juga kasian terhadap mbak Vina yang sudah kesulitan mengurus segala berkas dan tetek-bengeknya untuk bersekolah. Masa dia tega menyia-nyiakan usahanya? Ck!

Aaaakhh!! Mama, Kara pusing!!

Kara mengusap kasar wajahnya. Dia mau, tapi tidak yakin dia mampu. Astaga! Mau bersekolah ribet amat sih! Kara membuka tangannya dan memperlihatkan wajahnya yang langsung berubah antusias, seakan ada api dalam matanya Kara bersorak dalam hati.

Ayo Kara!! Kamu pasti bisa. Cuman sekolah aja sih gampang, gak usah mikir hal lain!

Kara tersenyum semangat.

Lembaran baru menunggumu.. Kara.

A/n

Selamat datang di chapter 1👏
Ayo gaes, ikuti perkembangan cerita ini

Petualangan Kara baru saja mau dimulai, belum keliatan *ehm ehm nya😆

Pendek? Memang! Namanya baru permulaan, chapter depan bakal panjang. Maybe 1000 or more? *Buahahaha😈

Jangan lupa vote & comment

See you💘

~ catlyxnn & raniazmlk

BLOODAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang