06

1K 108 2
                                    

Jangan Lupa Vote n Comment dulu ya💨
"Jungkooknya ada di rumah ga, tan?," Jennie bertanya ramah dengan sosok di depannya. Ibu Jungkook.

"Ada, tapi dia lagi tidur, Jen.. Kayanya sih kecapean. Mau tante bangunin?," Beliau bertanya ramah.

"Ohh, ga usah tan.. Ini Jennie nitip ini aja.. Makasih ya Tan," Jennie melambaikan tangannya dan memberi bungkusan plastik yang berisi cokelat pada ibu Jungkook dan melangkahkan kakinya yang hanya 7 langkah sudah sampai ke rumahnya.

Jennie membuka pintu rumah pelan. Berharap tak ada kekacaun dan ketidak rukunan antara orang tuanya. Dengan pelan Jennie naik ke atas kamarnya.
"Jen," Gagal. Itu suara ibunya. Jennie membalikkan badannya melihat seorang wanita paruh baya menggunakan seragam formal kantor. Dia pasti baru pulang kerja.

"Iya——, kenapa ma?," mampus mampus. Entah mengapa sejak ayah ibunya sering sekali bertengkar, Jennie takut menatap mata ayah dan ibunya.

"Darimana aja kamu?,"
"Dari tempat latihan—,"
"Astaga?! Kamu belum keluar dari klub tinju ga jelas itu?!," Dia berbicara sambil menaikkan nadanya. Ya. Ibu Jennie tak suka Jennie bergabung di klub seperti itu.

Ibunya terus berkomentar, dan marah.
Jennie malas. Dia berlari ke atas, masuk ke kamarnya, membanting tasnya ke lantai dan mengunci diri.
"Hei! Mama belum selesai berbicara!," Tak peduli, Jennie tetap berlari ke kamarnya.

Harusnya mama tau, Jennie ikut klub tinju hanya untuk menghindari pertengkaran kalian. Jennie sudah cukup muak.

Jennie memejamkan matanya. Berkhayal seseorang membantunya mengatakan kalimat itu kepada sang ibu. Berkhayal seorang pahlawan superhero seperti Batman membantunya.

Tapi, itu hanya khayalannya.

                                   ●●●
"Dek! Bangun!," Seorang pria menyebalkan tidak lain dan tidak bukan, Jimin, kakak paling menyebalkan sedunia.

"Hm? Paan sih ah, gue ngantuk—," Jennie melihat ke arah Jimin dengan mata kantuk.

"Astaga Jen. Ini udah jam 9, lo masih pake seragam sekolah. Mata lo bengkak, baru nangis lo, kan?," Jimin duduk di kasur dekat Jennie.

Tak ada jawaban dari Jennie, Jimin anggap itu sebagai jawaban dari 'Iya, aku tadi menangis'.

"Hhh—, mereka ga bertengkar tadi. Tumben. Gue lihat papa duduk di ruang tv, mama di kamar main hp," Jimin menjelaskan.

"Serius lo?,"
"Iya,"
"Tadi mama marah lagi ke gue, karena gue masih ikut klub tinju,"
"Itu-itu aja dah masalah lo,"

Jennie diam lagi.
Jimin menepuk kepala adiknya itu.

"Mandi ganti baju. Lo bau,"
"Ya,"

Jennie memang tidak memiliki batman, atau pahlawan superhero, tapi Jennie setidaknya memiliki Jimin.

                                    ●●●
01.00 AM
"Duk!!,"
"Duk!!!,"
Batu kecil terlempar ke arah kamar Jennie yang ada Jennie yang sudah tertidur lelap di dalamnya.

"Ukh, Apaan sih malam malam lempar lempar jendela gue!!," Dengan malas dan perasaan ngantuk Jennie membuka jendelanya sedikit emosi.

"Hi," Jungkook tersenyum menyapa Jennie yang sedang emosi karena dibangunkan di pagi buta.

"Hi," Jungkook tersenyum menyapa Jennie yang sedang emosi karena dibangunkan di pagi buta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"

Apa," Jennie merapikan rambutnya dan duduk di dekat jendela kamarnya.

"Bosan gue. Gue udah tidur seharian, jadi ga ngantuk lagi," tanpa rasa bersalah Jungkook tersenyum.

"Gini, ya. Kalo lo bosan, main hp, nonton. Lo tau ga tadi gue lagi mimpi di rumahnya Ironman?!,"
"Dih mimpi lo, aneh aneh aja,"

"Au ah, gue mau balik lagi mimpi, besok sekolah. manatau ketemu Ironman lagi," Jennie beranjak dari duduknya.

Saat Jennie mau menutup jendelanya, "Makasih cokelatnya," Jungkook mengucapkan nya sambil memegang cokelat yang tadi Jennie kasih.

Tidak membalas dengan kata, Jennie hanya tersenyum. Lalu menutup jendelanya dan kembali ke kasurnya berharap bertemu sang Ironman.

Imagination ; (Jennie, Jungkook) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang