《11》 Delicate (A)

5.3K 760 496
                                    

A/n: hm ternyata aku kelewat ngegas lagi pas ngetik chapter ini sampe jadi panjang banget. Semoga kalian ga bosen ( ; ^ ; )

Btw chapter ini aku bagi 2 part yaa ♡

⚠️: NSFJ. Not safe for jomblo :*

"Sometimes, I wonder when you sleep, are you ever dreaming of me?"—T. Swift, Delicate

𝖗𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

Cahaya matahari yang menyusup masuk melalui celah gorden yang terbuka perlahan mengusik tidur seorang pria manis dengan surai kecokelatan yang masih asyik bergelung dengan selimutnya.

Pria itu—Jihoon, mengerjapkan matanya perlahan, menyesuaikan retina matanya dengan cahaya yang masuk, dan mendapati Guanlin yang masih tertidur di sebelahnya, dan memeluknya erat.

Guanlin terlihat tampan, seperti biasanya—mungkin ini bawaan bayi, seperti yang Sungwoon katakan, tapi akhir-akhir ini, Jihoon seperti baru menyadari ketampanan seorang Lai Guanlin.

Semalam, Guanlin mengatakan tentang betapa Jihoon selalu terlihat sangat cantik setiap pagi dengan cahaya matahari yang menyinarinya dari kaca jendela besar di belakangnya.

Tapi sepertinya Guanlin sendiri tidak sadar kalau Ia juga terlihat sangat sangat sangat tampan dengan cahaya matahari pagi yang menyinari wajahnya dari kaca jendela besar di hadapannya.

Guanlin itu tampan, dengan kulit putih yang terkadang membuatnya terlihat sedikit pucat, hidung mancung, sebuah lesung pipi yang terdapat di pipi sebelah kiri pria itu—yang hanya muncul jika pria itu sedang tertawa, menambahkan kesan manis pada senyum pria itu.

Oh, dan apa Jihoon sudah mengatakan tentang matanya?

Guanlin selalu mengatakan mata Jihoon itu cantik, tapi sesungguhnya, menurut Jihoon, mata Guanlin jauh terlihat lebih indah. Terkadang, dalam pencahayaan yang baik, kornea mata pria itu akan terlihat berwarna cokelat terang, menambahkan kesan yang membuat wajahnya terlihat berbeda dari segudang pria tampan lainnya di industri ini, namun, ketika pencahayaannya sedang gelap, kornea mata pria itu terlihat seperti berwarna hitam kelam, membuat Jihoon kadang merasa Ia akan tenggelam jika terlalu lama melakukan kontak mata dengan pria itu.

Tanpa sadar, sebuah senyum terulas di bibir kemerahan Jihoon. Ia masih sulit mempercayai fakta bahwa mereka baru saja menyatakan perasaan mereka terhadap satu sama lain.

Bahwa pria di hadapannya saat ini sudah benar-benar menjadi miliknya.

Rasanya, reputasi Jihoon tidak pernah lebih buruk dari akhir-akhir ini. Ia dianggap sebagai perebut suami sahabatnya sendiri, dan bahkan hamil di luar ikatan pernikahan—setidaknya, itulah yang dikatakan orang.

Di saat semua orang berbalik membencinya, di saat inilah Guanlin malah memilih untuk menyukainya sekarang.

Rasanya fakta itu malah membuat Jihoon lega—setidaknya itu berarti Guanlin menyukainya sebagai dirinya sendiri. Sebagai seorang Park Jihoon yang Ia ketahui sifat aslinya, bukan si nation's sweetheart.

Jihoon dapat merasakan pipinya memanas diiringi dengan semburat merah yang mulai mewarnai kedua pipi chubby-nya itu. Berbagai kilas balik dari apa yang terjadi semalam segera memenuhi pemikirannya.

Tentang dia yang dengan bodohnya bisa tidak menyadari keberadaan Guanlin di belakangnya selama hampir 1 jam, membiarkan pria itu mendengarnya mengatakan hal-hal bodoh dan bahkan menangis seperti orang gila.

"Jihoon, aku— menyukaimu. Entah sejak kapan"

Sebaris kalimat yang diucapkan oleh Guanlin semalam itu sukses membuat wajah Jihoon bahkan semakin merona sekarang.

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang