17. Berdamai Sendiri

12.2K 588 6
                                    

Jika ada yang bertanya kenapa aku tidak kabur saja dari rumah, jalan-jalan di pinggir pantai ala orang galau, jawabanku NO.

Aku bukan anak belasan tahun lagi. Aku tahu konsekuensiku menerima lamaran mamanya Rahyan dulu.

Aku juga paham aturan berumah tangga, lagipula kalaupun aku kabur, koneksi Rayhan di segala pelosok negeri akan dengan mudah menemukanku bukan?

Terus kalau aku pulang ke rumah tante Reina alasan logis apa yang akan aku katakan? 'diperkosa suamiku' cih itu sama sekali tidak logis. Di mata hukum pun sepertinya tidak terlalu kuat.

Sebaiknya aku tidur. Iya tidur. Berharap mentari besok pagi bisa menghapus segala jejak tubuhnya dariku.

***

Aku bangun lebih pagi kali ini, menyiapkan bekal dan sarapan. Asisten yang sudah bangun baru Bi Lisa. Dia menatapku khawatir. Aku menjelaskan bahwa tidak terjadi apa-apa padaku.

"Aku tidak masuk ICU Bi, jadi tolong berhenti khawatir padaku, aku baik," jawabku menghiburnya.

Hah, aku selalu melakukan hal keterbalikan. Aku yang sedih, justru aku yang menghibur orang. Lucu. Aku terkekeh sendiri.

"Bibi tolong siapkan sarapan seperti biasa, hari ini Jum'at dia akan makan siang di rumah, aku pergi dulu," ucapku kilat sembari mencangklong tas selempang dan memasukkan kotak bekalku.

Pagi buta begini belum ada coffee shop yang buka, aku mau menghilangkan suntuk ke pasar pagi. Membeli wedang jahe dan beberapa kue basah, aku duduk di warung kecil pinggir jalan. Agak jauh dari rumah, tapi ini nyaman. Aku menghabiskan waktu disitu hingga jam kerjaku tiba.

Duduk diam aku mencoba berdamai dengan diri sendiri dulu. Aku tak yakin untuk tidak memberi bogem mentah ke Rayhan. Kerjaan di klinik Feni rasanya berkali-kali lipat karena pikiranku yang belum jernih. Bah..

***

Aku pulang kerja agak cepat berhubung tidak ada jadwal konsultasi dengan Feni dan aku akan ke pesta pernikahan Nadya. Aku melangkah ringan melintasi jalanan kompleks.

"Pak Umar.." aku memanggil pak Umar yang memegang kunci gerbang depan.

Lama aku tak mendapatinya, aku berusaha mencongkel sendiri pintu pagar. Saat sedang bersusah payah, sebuah suara menginterupsiku.

"Kamu tau jalan pulang, eoh setelah pergi tanpa pamit?" tanyanya dingin.

Mati aku, dia tahu aku tidak di rumah pagi tadi. Lalu, kenapa dia di sini padahal masih sore? I don't know.

Aku memundurkan langkah, aku jijik menatap wajahnya, aku memilih jalan samping. Dia mengejarku dengan membuka pintu gerbang.

Aku berlari ke pintu samping dekat dapur. Rayhan yang menyadari kemana arah pergiku, langsung melesat lagi ke dalam.

Aku berburu dengan waktu untuk mencapai pintu itu sebelum Rayhan. Voila dengan tersengal aku tiba di dapur.

Dia bersedekap di depan kamarku, aku acuh saja. Ku terobos tubuh tingginya dan berhasil. Saat merajuk kekuatanku memang jadi lebih besar rupanya.

Dia mencekal tanganku dari belakang. Aku lantas berhenti, tanpa berbalik menatapnya. Aku malas, karena jika aku melihatnya aku akan kembali mengingat diriku yang dicampakkan menjadi seonggok sampah.

Aku meletakkan tasku di atas kasur, duduk disana dan melepas cekalannya lalu melepas kedua sepatuku. Menarik handuk kemudian masuk ke kamar mandi. Aku keluar dari kamar mandi dan Rayhan masih di posisinya. Aku acuh saja.

"Apa kamu akan tetap disitu? Aku akan berganti pakaian," tegurku.

"Kalau perlu aku akan mengganti pakaianmu.." celetuknya kecil.

"Toh, aku sudah melihat semuanya," lanjutnya sambil memberikan gestur tangan membentuk lingkaran besar.

"YAA..!! Mesum.."

Aku menatap nyalang padanya. Aku melihat kembali pakaian yang ku kenakan sekarang. Hanya bathrobe selutut. Ku buka lemari pakaian dan tidak mendapati satu pun kain di dalamnya. Aku menatapnya penuh selidik. Dia hanya mengangkat bahunya.

Rayhan berjalan keluar kamarku, menaiki tangga, dan suara bedebum pintu di kamarnya terdengar.

Aku bergeming di tempat untuk beberapa saat. Ku putuskan untuk menyusul Rayhan di kamarnya walau aku harus berjalan-jalan dengan hanya memakai bathrobe.

Aku mengetuk pintu itu dengan keras dan tak sabaran. Mungkin jika aku melakukannya beberapa bulan lalu, aku akan keluar tanpa memiliki jari. Tapi sekarang lain hal. Karena dialah yang menabuh genderang perang terhadapku.

TBC

---
Holahai manteman.. Uzy balik bawa part lanjutan yg kemaren.. dua part kemarrn kok berasa kejem banget ya.. gimana menurut kalian?? Komen di bawah ya.. jangan lupa vote♡♡

SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang