17 The Story of Bromo

66 2 0
                                    

Selamat membaca

     "Dalam hatiku, sudah terdapat luka yang dalam dan sejuta kekecewaan yang kupendam, apa mungkin bisa aku bertahan?"

                  "It's hurts"

☆Mirabella Anastasia Putri☆

*****

     Seperti yang terencana dalam pikirannya, Mirabella memutuskan untuk kabur dari rumahnya. Sudah sangat jelas kemana ia akan pergi, sepertinya usul yang diberi Juliana kemarin adalah tempat yang paling tepat untuk ia menenangkan diri. Untuk saat ini ia belum bisa melupakan semuanya, secara diam-diam dari subuh hari ia kabur dan tak berpamitan sama sekali kepada keluarganya, hanya sebuah surat yang ia tulis di kertas lalu menaruhnya di nakas yang menjadi saksi bisu atas kepergiannya.

*****

     Sementara itu hari sudah menunjukan pukul 06:01 pagi, semua orang sudah membuka matanya namun sepertinya tidak ada yang tahu satu pun atas kepergian Mirabella. Termasuk Juliana ia bangun dari tidurnya dengan perasaan yang bersalah, matanya melirik ke samping namun ia tak mendapati Mirabella. Ia meyangka mungkin Mirabella sudah di lantai bawah dan menyiapkan sarapan bersama mamanya, ia bersegera untuk mandi kemudian setelah ia selesai, ia langsung turun ke bawah.

     Namun saat di lantai bawah, ia tetap tak mendapati Mirabella. Yang dilihatnya hanya ada tante Alina yang sedang menyiapkan sarapan, ia cukup kebingungan tetapi mungkin ia berpikir bertanya adalah solusinya.

      "Tante? Mirabella mana, tadi pas Juli bangun dia udah nggak ada," Tegur Juliana kepada Alina.

     "Tante kira, dia masih di kamar sama kamu, kamu udah periksa di sekitar kamar," Jawab Alina yang nampak kebingungan dan balik bertanya.

     "Udah, malah juli kira dia udah di bawah," Seka Juli yang ikut kebingungan.

     Tak berselang lama Fahril dan Dastan pun ikut bergabung. Melihat ekpresi dari istrinya yang seperti orang bingung, Fahril pun bertanya.

     "Kenapa ma?" Sela Fahril yang kemudian langsung duduk di kursi.

     "Papa lihat mirabella nggak? tadi kata juli pas dia bangun, mira udah nggak ada di tempat tidurnya," Jelas Alina kepada suaminya itu.

     "Nggak, papa belum lihat, nggak tau kalau Dastan," Jawab Fahril yang lalu ikut menyeret putranya dalam obrolan.

    "Paling lagi olahraga pagi pa!" Jawab Dastan menimpali yang ternyata ia juga sudah duduk di kursi.

     Namun Alina merasa ada yang aneh, ia merasakan firasat yang tidak enak dalam batinnya. Ia pun berinisiatif untuk memeriksa di kamar Mirabella.

     "Ya udah, mama periksa di kamarnya lagi ya," Sela Alina yang lalu berpamitan kepada Fahril, Dastan sekaligus Juli.

*****

     Saat di kamar milik Mirabella, Alina kembali memeriksa dengan seksama. Diperiksanya satu persatu ruangan yang ada di kamar itu, maklum kamar itu cukup luas, tentunya dengan memiliki balkon yang luas juga tapi tidak sulit bagi Alina untuk mengitarinya.

     Tapi hasilnya nihil ia tak menemukan Mirabella sama sekali. Namun sepertinya rasa telepati seorang ibu kepada putrinya memang tidak bisa diremehkan, Alina kembali merasa ada yang aneh, perasaannya berkecamuk tidak karuan, ada sesuatu yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya.

     Ia kembali memeriksa ruangan kamar itu, namun kali ini yang diperiksanya jauh berbeda dari yang tadi. Ia seperti refleks seperti memeriksa lemari, handphone atau barang-barang milik Mirabella, benar saja sesuai yang ia duga. Hatinya kini seperti bergetar kuat, ada firasat yang semakin buruk dalam pikirannya, tubuhnya terhempas ke kasur, secara tak sengaja air matanya mengalir. Setelah ia melihat dan mengetahui dengan jelas barang-barang seperti pakaian, laptop,hp dan barang milik Mirabella yang lainnya tidak ia temukan.

Mirabella√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang