Sehun berjalan terpincang-pincang mengitari jalanan sepi Kota Seoul. Tidak ada orang lain selain dirinya disana —tentu saja, tidak ada orang waras yang sudi berjalan-jalan diluar sendirian di jam tiga pagi, apalagi dengan udara dingin bulan Desember. Sehun mendongakkan kepalanya, sinar bulan masih setia menemaninya. Sebenarnya ia tidak seharusnya lelah saat itu. Ia sudah terbiasa berjalan kaki sepanjang hari. Semenjak ia tidak punya rumah yang bisa ia tinggali, ia memang hidup di jalanan. Pondok-pondok terbengkalai sudah menjadi saksi kepiluan hidupnya yang harus hancur hanya karena keegoisan ibunya yang menggadaikan seluruh harta mereka. Sehun mengeratkan pelukannya kepada boneka beruang usang berwarna merah mudanya -Pinku. Hanya Pinku lah hartanya yang tertinggal.
Sehun meringis menahan sakit di pergelangan kakinya. Sudah dua tahun ia merasakan sakit dibagian kakinya setiap musim dingin, karena jalanan yang bersalju itu sangatlah licin, dan ia hanya memakai sepasang sandal usang yang tidak memberikannya perlindungan dari bahaya terpeleset di jalanan bersalju.
Disudut sebuah perumahan sepi itu ada sebuah pondok kecil. Sehun tersenyum lega, lalu ia berlari sedikit menuju pondok itu. Akhirnya ia bisa tidur nyenyak malam itu, batinnya. Baru saja Sehun hendak memejamkan matanya, seseorang menepuk pundaknya.
"Mmh, halo?" Kata orang itu sambil menepuk pundak Sehun berkali-kali. Sehun mendongakkan kepalanya, ia bertemu pandang dengan seorang pria berambut ikal yang sedang menatapnya.
"Ada apa?" Tanya Sehun dengan suara seraknya. Hari ini ia belum minum apapun bahkan hanya satu tetes pun. Mengeluarkan suara membuatnya harus menahan rasa sakit ditenggorokannya.
"Bukankah diluar sini sangat dingin? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya orang itu. Tangannya masih menempel di pundak Sehun.
Sehun meringis. Tidakkah ia melihat seperti apa rupanya? Wajahnya kotor, dan bajunya sangatlah usang. Dilihat dari sisi manapun orang-orang pasti akan langsung tahu bahwa ia adalah seorang gelandangan. Apakah orang ini bodoh?
"Aku terbiasa tidur diluar, Tuan." Kata Sehun dengan senyumannya. Ia tidak boleh menunjukkan ekspresi annoyednya -ia tidak boleh membuat masalah.
"Aku melihat perkiraan cuaca malam ini, akan ada badai salju terjadi nanti pagi. Bukankah berada di dalam rumah terdengar seperti ide yang bagus?"
Oh, itu memang ide yang bagus, seandainya Sehun memiliki rumah. Tetapi nyatanya, ia hanya memiliki cahaya moonlight. Seakan mengerti, orang itu mengulurkan tangannya ke arah Sehun sambil tersenyum manis.
"Menginaplah dirumahku. Kau bisa memakai kamar mandiku untuk mandi air hangat. Badanmu menggigil seperti ini, mati karena hipotermia terdengar sangat sia-sia, bukan?" Katanya sambil terus tersenyum.
Sehun tertegun. Selama ini orang-orang hanya menatapnya dengan tatapan jijik atau kasihan, tidak ada satu orang pun kecuali pria ini yang menatapnya seperti tatapan seorang..sahabat.
Sehun mengeratkan pelukannya kepada Pinku, lalu ia mengulurkan tangannya ragu-ragu, lalu orang itu langsung menariknya. Ternyata rumah orang itu berada tepat di depan pondok yang tadi sempat ingin Sehun jadikan rumah selama semalam.
*
"Pergilah ke kamar mandi. Aku akan mencuci bonekamu selama kau mandi." Kata pria itu sambil memasukkan Pinku kedalam mesin cuci.
Sehun mengunci kamar mandi. Kamar mandi pria ini sangatlah bersih dan luas, batin Sehun. Ada berbagai macam sabun mandi cair dengan aroma yang berbeda-beda, juga beberapa krim perawatan wajah yang Sehun sendiri saja tidak bisa membaca namanya dengan benar —sepertinya produk dari Perancis. Sehun menggosok seluruh badannya, rasanya menyenangkan sekali kembali menjadi bersih. Rasanya seperti seorang bayi yang baru keluar dari rahim ibunya. Sehun mengeringkan tubuhnya dengan handuk, lalu memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh pria berambut ikal itu. Sehun menahan tawanya. Rambut ikal pria itu mirip sekali seperti anjing miliknya dulu saat ia masih kecil —Vivi, si anjing Bichon. Hanya saja, rambut pria itu hitam, sedangkan Vivi adalah anjing berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clair de Lune (A Chanhun Fanfiction) (Oneshoot)
Fanfiction"Votre âme est un paysage choisi; Que vont charmant masques et bergamasques; Jouant du luth et dansant et quasi; Tristes sous leurs déguisements fantasques." -Paul Verlaine Terinspirasi dari puisi milik Paul Verlaine yang berjudul sama; Clair de Lun...