T/N : This is the best i can do for this chapter. I hope you guys like it T-T
* * *
"Diam." Ia bergumam dan tanganku berada rapat-rapat di tubuhku. Menarik napas dalam aku masih tidak bergerak dan menatap tepat ke arahnya.
Aku menduga anak ini akan menggelitikku atau menyentuhku di tempat yang tidak seharusnya supaya aku bergerak, tapi yang ada dia melangkah mundur dan berkata, "Aku mau cari makanan. Aku lapar."
"What The hell, Taehyung!" seruku dan di detik berikutnya aku sadar kalau aku kalah.
"Terlalu mudah." Ia tertawa, "Aku bahkan tidak perlu menyentuhmu."
"Itu tidak adil. Ayo lakukan lagi," pintaku. Aku tidak mau berakhir secepat ini, anak ini punya banyak cara dan trik. Ia mengangguk dan mengendikkan bahu sementara aku kembali menjadi patung untuk kedua kalinya.
Taehyung menatap mataku selama beberapa detik dan sebelum aku memikirkan apa yang ia rencanakan, ia membuat ekspresi wajah sangat lucu. Menjulurkan lidahnya, dan menyipitkan matanya, tampangnya terlihat begitu bodoh.
Kugigit bagian dalam pipiku agar aku tidak tersenyum. Ia terus mengubah ekspresinya dan menunjukan beberapa pose aneh sebelum berhenti.
Ia mendesah, "Kurasa aku harus melakukan sesuatu yang lain." Suara baritonnya mengirimkan sensasi ke seluruh tubuhku. Aku menahan diri dan mengedip.
Ia melangkah mendekat sampai ia sedekat yang ia bisa padaku. Hidungnya nyaris menyentuh hidungku di saat aku sedikit mengangkat kepalaku untuk menatapnya, aroma tubuh dan cologne miliknya menguar ke dalam hidungku. Ia tidak benar-benar menyentuhku, tangannya berada dalam saku celananya, dadanya berjarak beberapa inci dariku. Ia semakin mencondongkan tubuhnya, jadi bibirnya berada di kuping telingaku.
"Baby," gumamnya, satu kata itu membuatku memejamkan mata. Bagaimana mungkin dia punya pengaruh seperti ini terhadapku? Sial. Ia mengatupkan bibirnya rapat-rapat di dekat rahangku dan secara perlahan jemariku terkepal. Aku tidak boleh membiarkannya melihat pergerakan kecil itu, aku kalah jika dia melihatnya.
"You smell so nice," pujinya, suaranya semakin berat dari sebelumnya. Memangnya itu mungkin? Oh God. Ujung hidungnya bergerak di garis rahangku dan kukertakkan gigiku.
Napasku menjadi pendek di saat ia memosisikan diri di depanku, dengan bibirnya yang hanya berjarak beberapa inci dariku. "I wonder how nice you taste." Ia menyeringai, menjilat bibirnya. Aku menenggak, dan tenggorokanku terasa kering karena dia. Kurapatkan pahaku sementara jari-jari kakiku sudah tertekuk. Dia bahkan belum menyentuhku tapi aku sudah seperti ini. Ia menarik napas dalam dan mendekatkan bibir pink lembabnya pada bibirku yang kering dan pecah-pecah.
Kupejamkan mata, bibir lembut nan tipis miliknya nyaris menyentuh bibirku dan aku menginginkan lebih Aku ingin ia menciumku, aku ingin bibirnya bertemu dengan bibirku. Kutarik napas dalam-dalan sebelum menggerakkan tanganku dan mendorongnya.
"Brengsek!" Aku melangkah mundur sedangkan ia bertepuk tangan sembari tertawa keras.
"Loser." Ia duduk, memegangi perutnya.
Jemariku menyentuh bibirku, "Kau nyaris menciumku!"
"Iya, tapi tidak. Kau mau kucium?" Ia masih tertawa.
"Tidaklah, dasar mesum!" Aku menggeleng dan duduk di kursi beanbag di dekat kami. Aku ingin ia menciumku tapi-
"Aku menang." Ia mengangkat tangannya di udara kemudian menjatuhkan dirinya dengan posisi tangan dan kaki terbentang lebar.
"Terserah kau saja."
Ruangan diliputi keheningan selama beberapa saat, Taehyung berusaha menstabilkan napasnya sementara aku mencoba kembali pulih atas fakta bahwa kami hampir ciuman.
"Belum pernah ciuman?" Pertanyaannya membuatku terkejut.
"Apa? Tentu saja pernah." Kupalingkan wajahku darinya.
Ia terkekeh lagi, "Mencium pipi Ibumu tidak masuk hitungan."
"Aku tahu," timpalku.
"Kalau begitu katakan," Ia berguling hingga tubuhnya bertumpu pada sikunya, "siapa ciuman pertamamu?"
"A-Aku tidak ingat," sangkalku.
Sebelah alisnya naik, "Kau pikir aku akan percaya?"
Terdiam, tidak ada yang bisa kukatakan. Sebelumnya aku tidak pernah benar-benar berciuman dan entah kenapa untuk mengakui itu terasa aneh. Anak itu menatapku sementara aku menatap kakiku, sangat canggung.
Kusandarkan kepalaku dan menatap langit-langit sebelum memejamkan mata. Beristirahat sejenak meskipun kami tidak melakukan sesuatu yang sebenarnya butuh istirahat. Kubiarkan tubuhku rileks setelah hormon yang tadi tiba-tiba terpacu. Setelahya kuputuskan memandang Tae, kupikir ia terlelap tapi ternyata tidak. Ia menatapku seolah-olah aku adalah hal paling menarik yang pernah ia lihat.
"Aku lapar," kataku, berusaha memecah keadaan di antara kami.
"Sama." Ia menjawab dengan malas.
"Aku akan ambil sesuatu," jawabku, berdiri dan berjalan ke lantai bawah.
* * *
08 Agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours ➳ KTH
FanfictionTERJEMAHAN BAHASA INDONESIA | © SHOOKNAE Chaemin, gadis baik dan cerdas terjebak seharian di dalam sebuah mal bersama Taehyung, pemuda yang sangat ceroboh dan tak senonoh. Kebenciannya pada Taehyung begitu jelas, namun mampukah ia bertahan selama 2...