chapter 13

8.3K 398 6
                                    

Happy reading!

Petra pov

Sorotan cahaya matahari yang menyilaukan menerobos masuk melalui sela-sela jendela kamar, memaksaku membuka kedua kelopak mata yang masih terasa berat. Aku melirik jam digital di atas nakas yang angkanya berwarna merah, waktu telah menunjukan pukul tujuh pagi lewat sepuluh menit.

Aku mencoba beralih duduk setelah mengingat sisa makan malamku dan Dimas yang belum dibersihkan karena kedatangan Ibu Dimas yang tiba-tiba. Namun niatku batal ketika merasakan sesuatu yang berat melingkar di perut. Aku pun menoleh, melihat apa sebenarnya benda asing yang menahan pergerakanku.

Kedua mataku terbelalak sempurna menemukan Dimas yang masih tertidur pulas, ia memelukku erat dari belakang. Tangan nakal itu bahkan nyaris saja menyentuh dadaku.

Dengan penuh hati-hati aku menjauhkannya dari tubuhku, kemudian turun dari kasur dan berjalan cepat menuju kamar mandi setelah mengambil pakaian santai berupa hot pants dan kaos oversize berwarna putih.

Di depan pintu langkahku sempat melambat begitu mendengar erangan yang berasal dari Dimas, aku khawatir ia terjaga karena tidurnya yang terganggu. Aku lalu menyambung gerakan kakiku sampai ke kamar mandi pasca melirik Dimas yang rupanya tetap terpejam.

Dimas belum terlepas dari alam mimpinya hingga aku selesai mengganti pakaian, aku meneruskan niatku untuk membersihkan dapur yang kotor setelah ditinggal semalaman.

Ketika mulai membersihkan meja aku sejenak terbayang Ayah, ia tidak pernah menghubungiku sekarang. Ada apa dengannya? Juga Jevin, Aku sangat merindukannya.

Setelah semuanya aku rapikan, aku memutuskan untuk mengirimkan Jevin panggilan telepon, sayangnya ia tidak menerimanya.

Aku berupaya berpikir positive, mungkin Jevin sudah mulai bekerja di kelab malam itu. Perbedaan waktu sejauh lima belas jam kadang membuatku melupakannya, seperti sekarang Jakarta telah memasuki waktu pukul delapan pagi, sementara San Diego baru pukul lima sore.

Selepas meletakkan kembali ponselku di atas meja aku berjalan menuju kulkas, aku berusaha memperbaiki mood-ku yang rusak dengan mengambil sepotong ice cream berwarna pink yang kemarin ku beli sebelum duduk di depan tv.

Tak berselang lama decitan pintu kamar terdengar di telingaku, refleks aku menengok ke sumber suara, Dimas yang sudah berpenampilan rapi muncul dengan kemeja berwarna biru dongker di balik tubuh atletisnya.

"Kau ingin pergi ke mana?" Tanyaku menghentikan santapanku, kening mengernyit memandang Dimas yang ingin bepergian.

"Aku akan pergi ke kantor sebentar, ada beberapa berkas yang harus aku periksa dan di tanda tangani, aku juga harus bertemu dengan client-ku di luar, kau tunggu saja di sini."

"Kapan kau akan pulang?"

"Aku tidak tahu, tidak akan lama Petra, lagi pula aku harus kembali ke sini untuk menjemputmu." Jawab Dimas sibuk melilitkan jam bertali kulit di tangan kanannya.

"Menjemputku? Untuk apa?"

"Kita akan pergi ke Rumah Sakit hari ini, kesehatan ayahku kemarin malam menurun sampai perlu dirawat di Rumah Sakit, istrinya baru saja menghubungiku sekarang, kudengar mereka juga ingin bertemu denganmu." Jelasnya membuatku semakin bingung.

Pervert HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang