Di sebuah kafe mewah terlihat beberapa meja kayu kotak dan bundar memenuhi ruangan. Aroma kopi begitu semerbak berterbangan. Atmosfer di dalam begitu hangat dan sejuk berbanding terbalik dengan di luar. Terlihat ada 5 dan 6 tamu berjas rapi yang mayoritas adalah bapak-bapak.
srek
Suara pintu utama di buka terdengar beberapa pelayan berkemeja abu-abu menyapa tamu yang datang. Bukan jas atau kemeja bermerek yang muncul di ambang pintu. Melainkan seragam kucel berwarna merah yang di ketahui sebagai seragam karyawan jasa antar barang.
Wanita berseragam merah itu melangkah masuk dengan percaya diri yang tak biasa. Tak ada rasa minder atau pun malu karena seragam yang dikenakannya di tengah kafe mewah itu. Rambut kuncirnya bergerak-gerak mengikuti arah kepalanya yang celingak-celinguk mencari sebuah sosok di dalam kafe.
Setelah menemukan targetnya ia melangkah masuk dengan mantap disapanya pelan pelanggannya itu lalu kardus di tangannya di letakkannya di atas meja. Ia segera balik badan dan undur diri.
Saat itulah ia melihat seorang bapak berjas rapi bangkit dari kursinya dan berdiri meninggalkan meja itu. Tanpa sadar jika ia meninggalkan dompetnya di meja.
Tak perlu waktu lama ia sudah menganalisa jika bapak itu lupa akan dompetnya. Merasa masih sempat untuk memberi tau ia berniat melangkah sebelum akhirnya terhenti oleh sebuah nada dering lagu Kpop diraihnya saku celana jeans dan melirik ke layar ponsel jadulnya ternyata hanya telpon iseng.
Saat ia mengalihkan pandangannya dari layar ponsel ke sosok bapak yang di depannya tadi ternyata bapak itu sudah menghilang dan dompet itu masih di sana.
Ia sempat berniat agar pelayan kafe ini saja yang kembalikan tapi kafe mendadak rame segera diraihnya dompet itu dan keluar dari kafe.
Begitu keluar dari pintu utama matanya mengeryit akibat sinar matahari setelahnya ada parkiran penuh mobil yang menyambutnya. Diliriknya dompet kulit di tangannya. Hati kecilnya seolah berkata, "Kau harus mencarinya siapa tau isinya penting. Jangan Hiraukan terik matahari yang menyengat ini."Dihembuskannya napas yang panjang dan segera melangkah. Di trotoar yang sepi mudah bagi wanita itu untuk mendeteksi kehadiran bapak pemilik dompet.
"Maaf bapak," bapak yang di maksud segera menengok ke belakang, menurunkan gadget yang menempel di daun telinganya dan mendapati seorang wanita muda berseragam merah. Raut wajah bapak itu seakan bertanya "ada apa"
Wanita itu segera menjelaskan niatnya, "Ini dompet anda ketinggalan di kafe," ia berucap dengan sopan karena menurut perkiraannya bapak ini berusia setengah abad.
Bapak itu tampak terkejut sesaat dan mengulurkan tangan mengambil dompet itu, "Terima kasih. Wah repot nih urusannya kalo sampai hilang."
Ia membuka dompet memeriksa sebentar dan mengeluarkan uang seratus ribuah dari ketebalannya mungkinada sekitar Rp.700.000. Ia sodorkan dengan santai ke arah wanita muda itu.
Wanita itu tersenyum dan berkata dengan tulus, " Tidak terima kasih pak, saya membantu bapak karena itu sudah kewajiban saya sebagai sesama manusia. Bisa membantu bapak saja sudah sangat besyukur."
Terperangah bapak itu berucap, "Sudah tidak usah sungkan, anggap aja ini kebaikan dari saya karena saya menghargai kejujuran anda sikap yang mengagumkan." Bapak itu berucap dengan yakin.
Wanita muda itu tertawa kecil matanya melirik ke arah bapak yang berbadan gempal itu. Ia berkata dengan perlahan seakan menekan setiap kata yang keluar di bibirnya, "Bagi saya jujur itu kebutuhan bukan suatu sifat mengagumkan. Semua orang perlu jujur dengan begitu kebutuhan kita terpenuhi.Seperti kebutuhan bapak akan orang yang bisa mengembalikan dompet bapak. Sama halnya dengan mandi yang merupakan kebutuhan malah menjadi sebuah sifat yang memunculkan kekaguman, maka akan banyak sekali orang yang pura-pura mandi dan merasa jika itu bukan masalah serius dan sama sekali tidak terganggu saat dirinya merugikan orang lain saat ia tidak mandi."
Wanita itu menelan salivanya dengan tenang setelah berucap panjang lebar mengingat udara yang kering dan panas ini cukup melelahkan berargumen sepanjang itu. Matanya terlihat teduh dan sayu namun entah mengapa ada sinar berkilat dari matanya.
"Pak.. pak.."Seorang pria mengibas-ibasakan tangannya di depan pria bertubuh gempal berbaju kemeja putih yang tengah duduk di bangku kayu coklah dihadapannya berdiri sebuah mic .
Tiba-tiba bapak gempal itu tersadar dari pikiran yang membawanya ke ingatan masa lalu. Bapak itu melihat ke sekitarnya mencoba memahami situasi. Ia sedang duduk di kursi kayu sederhana yang terasa agak dingin karena sudah lama terpapar AC pandangannya beralih ke hadapannya ada meja kayu jati besar yang lebih tinggi dari dirinya dan terlihat ada ukiran-ukiran kayu jati di dinding lengkap dengan lambang negara. Di balik meja terlihat 3 dan 4 pria tua memakai pakaian hitam serta warna merah yang seimbang di kiri dan kanannya.
Seketika ada rasa ngilu semacam amarah bercampur penyesalan merayapi dirinya nyaris menyesakkan dada.
"Baik sidang di lanjut," ucap bapak berpakaian hitam di hadapannya
"Setya Novanto--,"
-------------------------------------------------------------------------------------------
hallo guys! jadi aku lagi ikut lomba di sweek indonesiabagi yang berkenan silahkan berkunjung dan jangan lupa ketik tombol like ya makasih
https://sweek.com/s/BgZsBA4DCgIDAQoNAG8CBA==/penulisrandom/INTEGRITAS-SweetFanFic
Samarinda, 01 agustus 2018