" Do You Remember?"

14 12 5
                                    

Setelah menghabiskan hari liburan tiga hari bersama keluarga, Zeze harus kembali ke realita di Jakarta dan bekerja seperti biasanya. Kondisi kesehatan Zeze memang sudah mulai baikan,sudah tidak mual dan pucat lagi, namun suhu tubuh Zeze masih sering dinginketika malam hari atau sore hari.

      Sore itu, Zeze menaiki kreta tujuan Jakarta, berpisah dijalan bersama Naumi dan melanjutkan tujuannya sendiri. Gadis mungil itu berjalan sendirian dibawah gerimisnya langit Jakarta dengan ransel hitam dibelakang punggungnya dan masker yang menutupi setengah wajahnya. Zeze berjalan diantara kerumunan penumpang yang turun bersama dengannya di stasiun.

      Seorang pria dengan sweater dongker ditangan kirinya, dan helm di tangan kanannya, berdiri dan melambai serta tersenyum melihat kedatangan Zeze yang berjalan di lorong stasiun. Tentu saja dia "Putra".

      Zeze berjalan menuju Putra yang tengah menunggunya, Putra yang datang menjemput tanpa diminta, Putra yang menunggu tanpa protes lamanya Zeze. Putra,pria yang entah siapanya Zeze yang selalu ada disetiap susahnya dia, sekarang tengah berada di depan Zeze dan menunggunya dari tadi. Tangan Putra meraih tangan dingin Zeze, dan menyerahkan sweater di tangan kirinya dengan keadaan Sweater yang masih kering.

     "Aku gak apa-apa ko Putra, lo aja yang pake. Kan lo yang bawa motor,tenang gue bakal tertutupi ko sama tubuh lo" Zeze menyerahkan kembali Sweater Putra, tubuh Putra yang memiliki dada dan Punggung yang lebar tentu saja akan menutupi seutuhnya tubuh Zeze yang mungil dibelakangnya

    " Tangan kamu dingin neng, kamu gak bawa jacket kan? Pake!" Putra tidak banyak bicara dan mengembalikan Sweater itu.

      Zeze yang entah sejak kapan mulai menuruti perkataan Putra. Sweater itu telah dipake Zeze. Tubuh mungil itu tertutup seutuhnya dengan Sweater itu. Putra yang melihat Zeze tersenyum melihat tubuh Zeze yang tenggelam akan Sweaternya.

      Sore itu Zeze dan Putra harus bergabung dengan banyaknya penduduk Jakarta distasiun menunggu teduhnya gerimis. Putra membawa jas hujan, namun mengingat Zeze yang baru saja keluar rumah sakit Putra memutuskan menunggu dari pada harus membawa Zeze dibawah gerimisnya Jakarta. Tidak banyak yang Putra dan Zeze bicarakan, hanya berdiri berdampingan dan memandangi langit hitam Jakarta sore itu.

      Tangan Zeze yang terbalut Sweater dongker itu menarik tangan Putra dan berbisik "gue pusing Putra". Putra yang mendengar omongan Zeze kemudian melirik sekeliling, langit Jakarta yang masih mendung membuat Zeze dan Putra tidak bisa pergi sebelum hujan reda, terlebih saat ini stasiun kreta dikerumuni banyak orang yang menunggu redanya gerimis Jakarta sore itu.

      Tanpa banyak berfikir, Putra meraih tangan Zeze dan membawanya ke sudut ruangan yang jauh dari keramaian, meletakkan helm yang dari tadi dipegang Putra"Duduk Neng, bentar lagi kita pulang ko".

       Putra tetap berdiri, kemudian Zeze duduk di atas helm yang diberikan Putra. Putra yang berdiri menatap Zeze dan meraih tangannya "Sabar ya neng, coba aja gue punya mobil lo gak bakal susah kaya gini. Maaf ya" Putra kembali menatap langit Jakarta seolah berharap agar hujan reda, tanpa melepaskan genggam tangan Zeze dan berdiri disampingnya.

       Hujan memang telah reda, namun dinginnya udara sore itu masih dapat terasa. Entah Zeze yang memang gampang kedinginan atau memang udara sore itu memang terasa sangat dingin. Jakarta yang biasanya sangat panas, namun sore itu malah kebalikannya.

       Putra mengarungi jalan Jakarta dengan Zeze yang duduk dibelakangnya. Duduk Putra cukup berbeda dengan biasanya, posisi tubuh yang benar-benar tegak,dan motor mionya melaju dengan santai agar Zeze tidak merasakan dinginnya udara Jakarta yang dihalangi seutuhnya oleh tubuhnya Putra.

      Putra memang begini,selalu saja memperhatikan hal-hal kecil. Sedikit perasaan bersalah muncul dibenak Zeze sore itu. Pria ini, pria yang semenjak kemaren sudah jelas-jelas menyatakan perasaannya, pria yang selalu ada saat susahnya Zeze tanpa diminta,pria yang selalu memperhatikannya, namun tidak pernah sekalipun Putra membahas dan meminta Zeze untuk menjadi Pacarnya bahkan disaat Zeze sudah jelas-jelas bukan pacarnya Wahid lagi beberapa bulan ini.

"Putra terima Kasih" Zeze yang dari belakang Putra tiba-tiba berbisik dan menunduk tak ingin melihat Putra dari kaca spionnya.

"Apa neng?" Putra menatap kaca spion yang mengarah langsung ke wajah Zeze. Zeze yang tengah menunduk tidak menjawab dan terus menunduk tanpa menghiraukan pertanyaan Putra. Putra cukup mengerti dengan semua ekspresi yang ada diwajah Zeze. Putra menghentikan motornya karena lampu merah, kemudiantanpa banyak bicara meraih tangan Zeze dan mengelusnya dengan lembut. "Gakperlu berterima kasih Ze, ini kewajiban gue buat jagain lo di Jakarta"

"Bang!" tiba-tiba dua orang pemuda yang berada dibelakang Zeze dan Putra memanggilseolah benar-benar kenal.

"Woi, kenapa motor lu?" Putra menyauti dua orang pemuda yang tengahmendorong motornya dan berjalan di pinggir trotoar yang tepat berada disampingPutra dan Zeze saat ini.

"Biasa, Rusak bang" Salah satu pemuda menjawab singkat dan menunjukmotornya.

"Yaudah naik biar gue bantu" Putra sudah menempatkan kakinya dan siapmendorong.

"Makasih bang" kemudian tersenyum dan naik kemotornya dan menunggu lampumerah.

Putra dengan lincah dan sigapnya mendorong tanpa terlihat susahsedikitpun motor pemuda yang mengenalnya itu. "Mereka teman deket rumah gue Ze.Apa lo mau ke rumah mas Febri dulu? Dari kemaren dia bilang buat nagajak lo kerumahnya" Putra tersenyum dan menawarkan dengan santainya.

"Gak mau, mas Febri didepan lo dia baik, di dapur gue yang dicengin" Zezejelas-jelas menolak penawaran Putra yang sama sekali tidak menarik minatnyaitu.

Putra tertawa dan tetap melanjutkan mendorong motor temannya dengan kakikiri Putra. Tatapan teman-teman Putra sangat jelas mempertanyakan siapa wanitayang sekarang tengah ia boncengi. Setelah sampai di rumahnya, kedua pemuda itumengucapkan terima kasih, kemudian Putra dan Zeze berlalu meninggalkannya.

"Kenapa? Mereka natap lo aneh ya?" Putra

"Ia kenapa ya? Apa gue jelek banget ya?"

"Bukan, karena gue gak pernah bonceng atau bawa cewe Ze, terakhir ceweyang gw bawa cabe-cabean. Sekarang kamu yang pake kerudung begini hehe" Putratertawa ringan "Ingat gak waktu terakhir kita beli makan deket sini? Yang lohabis nangis waktu putus sama Wahid?" Putra melanjutkan percakapannya

"Ingat. Kenapa? Iya bener, bapak itu juga natap gue aneh"

"Dia bapaknya teman gue Ze, jelas saja dia kenal siapa saja cewe yangbiasa gue bawa. Sore itu dia bisikin ke gue 'Pinter lo cari cewe, cantik Put.Jaga baik-baik tu' tapi menurut gue ni, bapaknya salah. Dia gak bakal bilang locantik, kalau liat lo tidur di rumah sakit kemaren. Jelek!" Putra tertawamelihat ekspresi Zeze yang jelas-jelas marah dan memukul punggungnya kesel.

Putra tidak langsung mengantar Zeze pulang dulu, melainkan mengajak makandan memastikan bahwa Zeze telah makan dan meminum obatnya sebelum sampaidikosan. Tanpa sepengetahuan Zeze, Putra merekam Zeze yang tengah makandisampingnya, Perempuan mungil yang tengah duduk disampinya dengan memakai sweater dongker kegedean yang membalutseluruh tubuhnya, dan menjadikannya status di Whatsapp Putra.

Setelah selesai makan, Zeze dan Putra duduk dan mengobrol satu sama lain.Zeze meraih Handphonennya dan melihat status Putra. "lo bikin status Put?Apaan?" setelah melihat statusnya Zeze menatap Putra "kenapa harus bikin statuslagi?" terakhir kali saat tahun baru dan saat Zeze dan Putra jalan pertama kaliPutra juga melakukan hal yang sama dan ketika di rumah sakit Zeze menjadi topikbagiteman-temannya. Kali ini juga begitu, Putra melakukan hal yang sama "KenapaPut? Lo pengen pamer apa gimana?"

"Ya Allah, bukannya pamer Ze. Gue Cuma suka mengabadikan dan berbagi moment doang. Yaudah gue hapus deh" Putra meraih Handphonnya.

"Gak usah, udah banyak yang liat. Gue Cuma gak mau digosipin mulu dirumah sakit Putra. Sekarang terserah lo deh" Masalah status Putra selesai begitu saja. Putra mengantarkan Zeze ke kosan dan kemudian langsung pulang dan meninggalkan Zeze.

"Apa aku hanya bahan buat status, atau untuk kamu pamerin Putra?"

Semoga Tetap Setia sama ceritanya ya!!

Tolong di Vote, Comment dan beri saran juga yaa

Terima Kasih ^^

FootstepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang