CHAMPAGNE SUPERNOVA

2.6K 163 9
                                    

CHAPTER 5
CHAMPAGNE SUPERNOVA


Sejak namanya melejit karena partisipasinya dalam pagelaran mode di New York Fashion Week, Ben jadi kerap mendapat undangan untuk hadir dalam acara bincang-bincang, baik di radio maupun televisi. Kesibukannya yang semula hanya berkutat dalam merancang busana, mengikuti pameran, juga mengurus butik kini jadi bertambah.

Sorotan media yang tertuju padanya membuat jenama serta desain pakaian buatan Ben jadi kian dikenal oleh lebih banyak orang. Publikasi dari media juga berefek pada makin meningkatnya jumlah penjualan produk yang dia tawarkan di butik selama sebulan belakangan. Dan untuk hal itu, tidak ada hal lain yang bisa Ben lakukan selain bersyukur.

Segala kesibukannya membuat laki-laki itu harus rela memangkas jam istirahatnya. Ben bahkan sulit menemukan waktu untuk menghabiskan waktu bersama Kara, meski mereka tinggal di bawah atap yang sama. Karena itu, begitu dia memiliki waktu luang seperti siang ini, Ben tidak berpikir dua kali untuk menghubungi Kara dan mengajaknya makan siang bersama.

Mereka berjanji untuk makan siang bersama di salah satu restoran Vietnam di Jakarta Barat, yang lokasinya berada tidak terlalu jauh dari butik milik Ben. Kara sudah terlebih dulu sampai di sana saat laki-laki itu tiba. Perempuan itu sudah duduk di depan salah satu meja. Sebuah kotak berwarna peach tergeletak di hadapannya.

"Hai, K," sapa Ben begitu dia sudah berada di depan meja yang Kara tempati, membuat perempuan itu seketika mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel yang ada dalam genggamannya. "Sorry. I got late."

"I'm not surprised," sahut Kara. "You've always been busy lately."

"Right. Makanya mumpung siang ini gue punya waktu luang, gue ngajak lo makan siang bareng," ujar Ben sambil menempatkan diri pada kursi yang ada di depan Kara. "Buat gue?" tanyanya kemudian sambil mengedikkan kepalanya pada kotak berwarna peach dengan logo Magnolia yang tergeletak dia atas meja.

Kara mengangguk. "Gue bawain cinnamon muffin kesukaan lo."

Ucapan Kara membuat Ben seketika menyunggingkan satu senyuman lebar. Segera dibukanya kotak berlogo Magnolia itu. Benar saja, di dalamnya terdapat tiga buah cinnamon muffin yang memang menjadi kegemaran laki-laki itu.

"Thanks, K. You're the best."

"Of course I am."

Selepas itu, mereka segera memesan makanan dan minuman. Sambil menunggu pesanan mereka jadi, mereka terlihat mengobrol ringan. Ben mengatakan bahwa setelah ini, dia akan mengadakan rapat dengan tim pemasaran butiknya. Sementara Kara bilang dia harus segera kembali ke tempat wedding exhibition yang dia ikuti.

Magnolia sering kali ikut serta dalam acara wedding exhibition, food tasting, hingga pameran kuliner. Menjadi partisipan dalam suatu pameran menjadi salah satu media promosi dan publikasi untuk Magnolia. Dengan begitu, makin banyak orang yang mengenal dan menjadi pelanggan toko roti yang Kara miliki.

Kara ingat betul saat awal-awal dia merintis usahanya. Tiap hari selama tiga bulan pertama, pengunjung yang datang ke Magnolia dapat dihitung dengan jari. Perempuan itu sempat ingin menyerah dan menutup usahanya. Namun Ben selalu menyemangatinya. Laki-laki itu bahkan membantu mempromosikan toko roti yang belum lama dibuka itu pada teman-teman maupun kenalannya. Ben pun tidak segan membagikan selebaran Magnolia pada setiap orang yang ditemuinya di mana saja.

WRAPPED AROUND YOUR FINGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang