"Aku tau kita belum terlalu mengerti apa itu cinta, tapi aku yakin seratus persen, bahwa aku cinta padamu."
Caitlin terkikik.
"We're 12, Justin," katanya.
"I don't care," sergah Justin, lalu merangkul Caitlin.
"Ayolah, kita harus pergi. Aku tak ingin seseorang melihat kita berduaan." Caitlin menarik lengan Justin dengan lembut. Justin hanya mengangguk dan memgikuti pujaan hatinya itu.
Mentari telah terbit, menyinari alam semesta ini. Caitlin menggerutu, karena terkena silaunya mentari di pagi yang cerah itu.
"Caitlin! Wake up! We're going to L.A!" teriak Christian, sambil menggoyang-goyangkan tubuh kakak perempuannya itu.
Mendengar kata L.A., Caitlin terbangun. Itu adalah kota impiannya.
"Are you serious?!" tanyanya, sambil melototkan matanya.
Christian tertawa, lalu berkata. "Do you think I lied?"
Caitlin menggeleng, sambil beranjak dari tempat tidurnya.
Dia segera mandi, dan berpakaian.
Dia memakai cropped-tee bergambar infinity, dan hot pants. Tak lupa, dia memakaikan supra pinknya.
"Mom, Dad, are you forsure, we're going to L.A.?!" kata Caitlin menggebu-gebu.
"Yeah. But not today, sweetheart. Who told you today?" kata Mom.
Caitlin melirik kepada adik laki-lakinya yang masih berumur 9 tahun itu. Christian cekikikan.
"I hate Christian!" teriak Caitlin, melempar supranya lalu kembali ke kamarnya.
"I hate him! Argh! Why do I have a brother like him? I better don't have!" gerutunya.
Caitlin sudah tidak dapat menahan air matanya lagi.
Dia menangis meraung-raung, kesal akan kelakuan adiknya itu.
Knock Knock.
Seseorang mengetuk pintu kamar anak perempuan yang jelita ini.
"Who's that?" tanya Caitlin, masih menangis.
"Justin Bieber."
Mendengar nama itu, Caitlin segera menghapus air matanya dan tersenyum.
"Come in, Justin," katanya.
Seorang anak cowok pun masuk ke dalam kamar Caitlin.
"You okay?" tanyanya, sambil mengelus kepala Caitlin. Caitlin hanya tersenyum, lalu mengangguk.
"Just call me if you need me. I always be there for you," lanjut Justin.
"I don't think you do," kata Caitlin, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
'You have to believe. Because I love you," kata Justin,
Dia berusaha mencium Caitlin, tapi Caitlin menjauhkan tubuhnya.
"Hey!" teriaknya.
"I want to kiss you. Is that wrong?" tanya Justin.
"Completely wrong. We're too young, Justin," keluh Caitlin.
"They said we're too young for love. But I don't care. Ages are just numbers," kata Justin.
"Yeah, but we're too young to have first kiss, Idiot," kata Caitlin.
"But I can't wait any longer!" teriak Justin.
"Wait, okay."
Justin memutar bola matanya, lalu menidurkan dirinya di tempat tidur.
"Sometimes, I wonder who's my future wife," kata Justin sambil menerawang.
"Me too. I wonder who's my husband, children. I wonder how's my future life," kata Caitlin.
"I wonder, are you gonna be a part of my future life, or not?" tanya Justin, masih menerawang.
"I hope so. I love you so much," kata Caitlin, sambil menggenggam tangan Justin.
Justin tersenyum, lalu memeluk Caitlin.
"I love you too."
_______________________________________________________
This is the first part of Love. Hope you like it. :)