Aku masih saja kesal kalo ingat kejadian kemarin. Udah enggak ada kesempatan dong buat deket sama Renjun.
Ini semua gara gara Mark sama Haechan pokoknya. Semalaman aku nggak bisa tidur gara gara mikirin Renjun.
"Oi cemberut aja, itu muka udah kayak baju nggak disetrika deh. Kusut. Masih pagi juga. Senyum dong nih kayak Echan" Haechan yang baru berangkat, langsung menyapaku sambil tersenyum lebar. Entah itu bisa disebut sapaan atau bukan, karena dia sama sekali tidak mengucapkan kata 'hai' atau 'halo' melainkan 'oi'.
Senyum lebar Haechan mungkin tidak bisa digolongankan kedalam kata kerja 'senyum' melainkan lebih tepatnya masuk ke golongan 'meringis' menurutku, saking lebarnya dia menyunggingkan bibirnya.
Aku berdeham. Yang buat mukaku kusut kan kamu sama Mark. Dasar!
Haechan duduk disebelah ku. Dia memang teman sebangku-ku. Sumpah deh semoga saja kelas 11 besok aku enggak sekelas lagi sama Haechan, berisik banget dia anaknya. Kalaupun sekelas lagi, aku nggak akan mau jadi teman sebangkunya.
Beruntung deh si ulet buntet alias Mark Lee. Dia enggak bakal bisa ngerasain berisiknya duduk sebangku sama si Haechan. Dia kan udah kelas 12.
Yah, bilangnya sih gitu, berisik enggak pengin bareng, inilah, itulah, tapi faktanya kalau sehari aja enggak bareng sama mereka berdua, rasanya dunia ini sepi banget.
Enggak tahu deh mereka pakai pelet apa buat membelenggu aku supaya terikat sama mereka, tapi yang jelas aku bener bener nggak bisa jauh jauh dari dua kadal buntung itu.
"Nanti siang aku ada dispen, nggak usah kangen" Haechan mengangkat alisnya berniat menggodaku.
Haechan adalah salah satu pianis terbaik yang dimiliki Candrakumara International School (Cakra), sekolah ku atau mungkin bahkan yang dimiliki Indonesia. Yah meskipun secara teknis dia kelahiran Korea, tapi sekarang dia sudah jadi orang Indonesia kan. Toh dia juga sekolahnya di Indonesia.
Dia sering kali memenangkan perlombaan untuk mewakili sekolah. Haechan memang hidup dengan latar belakang keluarga pemusik. Asal kalian tahu, ayah Haechan adalah seorang komposer.
Kakak Haechan juga enggak kalah melegenda. Seorang violinis yang juga alumni dari Cakra, namanya Yoora Lee. Sama sama monster medal kayak Haechan, udah enggak kebayang deh, berapa banyak penghargaan yang dimiliki keluarga mereka. Ratusan mungkin?
Kak Yoora dua tahun lalu baru saja lulus. Tambahan info, dia mantan pacarnya Mark Lee. Iya, Mark Lee si kutu kera itu.
Wah udah gila kayaknya dunia ini waktu itu. Coba saja kalian bayangkan! Kak Yoora itu kalemnya Masya Allah kayak putri solo, sedangkan Mark itu petakilannya sampai ke DNA alias banyak tingkah. Kan gila banget.
Aku juga bingung, kenapa Haechan bisa liar banget sedangkan kak Yoora itu arggghh sabarnya kayak nafas sambil nelan ludah. Luar biasa cuy.
Sifat kak Yoora dan Haechan itu benar benar bertolak belakang. Kayak langit dan bumi. Surga dan neraka. Jauh men.
Mungkin itu kali ya, kenapa kak Yoora bisa pacaran sama Mark, ya iyalah udah pengalaman dia ngehadapin orang modelan tapir buluk kayak gitu. Haechan maksudnya.
Jadi tentu saja, dari latar belakang Haechan aku enggak heran kalau dia jago banget main musik. Terutama piano.
Aku udah enggak meragukan kemampuannya lagi kalau masalah musik. Tiga bulan ke depan saja, Haechan bakal go international. Persiapannya sudah dimulai dari sekarang.
Dia akan mengadakan konser tunggal di Amerika. Aku ikut senang kalau Haechan bisa sukses di bidang yang dia suka.
Bangga juga sih, lumayan kan bisa buat pamer ke orang lewat, kalau aku itu teman seorang pianis terkenal. Sekali kali boleh lah si buntelan sapi ini buat aku bangga, enggak bikin malu mulu kerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
endless
FanfictionIni hanya cerita klise tentang 'persahabatan' And this is about life and death. About destiny, and a little bit sprinkles of a miracle. -endless ©Bughunter1901_2019