Bab 3 Siapa Dia?

3.2K 49 9
                                    

Violet

Part 3

SIAPA DIA?

Oleh : Triana Kumalasari

Violet memindahkan pegangan tangan kanannya ke atas, dan mencoba mengangkat tubuhnya. Ternyata berat sekali untuk memanjat. Ia tak sanggup. Tangannya pun mulai terasa kebas. Bahkan keringat telah mengalir. Kakinya gemetar dan sesekali terpeleset.

"Halo, yang di atas! Bila kau tak keberatan, aku ingin bertanya. Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan di situ?"

Violet hampir saja jatuh. Suara yang tiba-tiba itu benar-benar mengagetkannya. Buru-buru dipereratnya cengkeramannya pada kain seprai. Ia memandang ke bawah. Seorang remaja laki-laki tampak berdiri di sana. Mendongak memandangnya.

Ya ampun! Ia ketahuan!
Jantung Violet serasa melompat dari tempatnya.

Violet melotot pada cowok itu. Panik dan takut. Tangannya seakan sudah tak kuat lagi berpegangan pada seprai. Kakinya juga lelah dan terpeleset-peleset di dinding.

Cowok itu berdiri dengan santai. Matanya yang berwarna gelap balas menatap.

Kaki kanan Violet terpeleset, lepas dari pijakannya di dinding. Tubuhnya oleng dan terayun ke arah dinding. Bahu kirinya membentur dinding cukup keras. Aw! Sakit. Susah payah Violet berusaha bertahan agar tidak jatuh.

"Kau butuh bantuan?" tanya cowok yang di bawah.

"I-iya. Tolong..." Violet sendiri heran dengan suaranya yang terdengar mengiba. Mungkin pengaruh dari telapak tangannya yang kini terasa sakit. Sakit sekali.

"Oke. Tunggu, ya," ucap cowok itu, lalu berlalu menuju bagian belakang rumah. Menghilang ke balik dinding.

Ke mana dia? Kenapa dia pergi? Kok dia tidak menolongku? Violet ingin menjerit.

Mungkinkah dia memanggil orang kampung? Apakah dia mengira aku maling? Pikiran Violet terus menganalisis dalam kepanikan.

Setelah lima menit yang terasa bagaikan lima minggu bagi Violet, cowok itu muncul dari belakang rumah, memanggul sebuah tangga bambu di bahunya.

Dengan hati-hati, ia menyandarkan tangga itu di dinding. Sedemikian rupa hingga Violet mudah memegangnya.

Perlahan, Violet memindahkan pegangannya dari seprai ke tangga, juga kakinya, lalu turun setapak demi setapak. Cowok asing yang di bawah memegang bagian bawah tangga agar tidak bergeser.

Saat menjejak tanah, kakinya terasa lemas. Kombinasi antara rasa lelah dan takut yang baru saja dialaminya, menerbangkan kekuatannya. Namun, Violet memaksakan diri untuk tetap berdiri tegak, menatap cowok yang barusan menolongnya.

Violet merasa agak lega saat melihat cowok itu ternyata juga masih anak-anak. Remaja, tepatnya. Sama seperti Violet. Berapakah usianya? Violet mencoba menaksir. Enam belas? Tujuh belas?

"Terima kasih," ucap Violet lugas.

"Sama-sama," jawab cowok asing itu. "Jadi, apa yang sedang kau lakukan tadi di atas situ?" lanjutnya, sambil menggerakkan kepala ke atas.

Violet menoleh ke arah pintu depan. Takut pintu terbuka dan ada yang keluar. Ia harus segera pergi.

"Maaf, aku harus pergi," ucap Violet pada cowok di depannya.

"Tanpa menjawab pertanyaanku? Setelah aku menolongmu? Ish, sungguh tidak sopan."

Violet mendesah. "Aku ...." Violet ragu, berhenti bicara dan berpikir. "Emm, aku tidak bisa mengatakan padamu sedang apa aku di atas tadi. Soalnya ... ceritanya panjang. Panjang sekali."

VIOLET (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang