19. Bom Peringatan

11.4K 546 3
                                    

“Rayhan, kamu dimana?"

Aku berjalan mengelilingi ballroom. Aku sampai menyibak beberapa kain penutup tembok. Mencari pintu-pintu yang mungkin tersembunyi di balik tembok seperti di film.

Aku mendapatkan sebuah pintu, tapi itu adalah pintu keluar. Aku melewatinya, agak takut sih, tapi rasa penasaranku lebih besar. Aku keluar dan mendapati taman dengan bunga yang sedang bermekaran.

Diantara bunga berwarna cerah seperti kuning dan merah, ada satu yang warnanya cukup menarik perhatianku. Bunga itu berwarna ungu.

Aku hampir menyentuh bunga itu, hingga sebuah ingatanku melintas. Wolfsbane.

Aku kontan menjauhi bunga berwarna ungu itu. Aku baru ingat kalau bunga itu adalah bunga yang mengandung racun aconite. Racun yang bisa melumpuhkan sistem saraf manusia.

Tapi, masa iya di hotel bintang lima ada bunga beracun seperti ini? Apa jangan-jangan ada orang yang berniat jahat disini.

“Rayhan..” teriakku berusaha mencarinya lagi.

“Rayhan..”

Teriakanku tertahan ketika ku rasakan ujung kakiku menyentuh benda keras berwujud pot bunga. Membuatnya bergeser beberapa centimeter. Aku menunduk sedikit, berniat menggeser pot itu ke tempatnya semula, tapi..

“AWAAASS..!!”

Aku mendengar teriakan seseorang dari jauh. Aku yang sudah membungkuk 90 derajat menoleh, tapi tidak ada orang satupun. Entahlah.

Aku menggeser pot itu, dan---

‘DUAGH’

Aku merasa tubuhku terguling ke samping dan tubuh seseorang menimpa tubuhku. Kakiku sepertinya terkilir karena high heels yang cukup tinggi dan tidak siap untuk memijak dengan satu kaki. Sial sakit sekali.

'WUSSHH..'

‘BAAAM’

Suara itu bedebum rendah tapi berhasil menggetarkan tanah tempatku terbaring.

Pot bunga yang tenyata bom itu meledak dengan daya ledak rendah sepertinya. Aku merinding, baru pertama kali aku melihat ledakan bom tepat di depan mataku.

Seumur-umur aku hanya biasa melihat berita pengeboman di berita. Aku masih terguncang, pandanganku kosong.

“Sadarlah, hei..”

Seseorang yang memelukku dari belakang membisikkan itu, aku mengedipkan kedua mataku. Ketika kesadaranku mulai terkumpul lagi, aku merasakan dorongan dari belakang.

“Masuklah..”

Lanjut pria berpakaian serba gelap dan bertopi serta bermasker. Aku cengo di tempat. Kaki-kaki jenjangku berjalan sesuai perintahnya. Entah, seolah-olah aku sudah terlatih untuk patuh padanya, padahal aku tidak tahu siapa dia.

“Rayhan.. kamu dimana?”

Aku masih menggumamkan kalimat itu, karena sejatinya aku memang belum mendapatkan Rayhan. Acara sudah akan selesai dan dia belum muncul juga.

Egoku menyuruh untuk pulang saja duluan, lupakan Rayhan yang hilang. Aku agak setuju karena memang ini sudah malam sekali. Aku menghubungi pak Umar untuk menjemputku.

Sambil menunggu, aku enggan lagi berkeliling. Banyak hal aneh di hotel ini. Tadi aku mendapati bom, anehnya tidak ada pihak berwajib yang mendatangi tempat kejadian.

Aku mengecek portal berita di internet, dan semuanya bersih seolah tak terjadi apa-apa.
Aku tidak halusinasi, bahkan getaran tanah masih terasa di kakiku yang terkilir.

Aku menunggu beberapa menit, hingga sebuah mobil yang sangat ku hapal tiba dengan sosok pak Umar. Aku memasuki mobil itu.

“Makasih pak sudah jemput saya. Sekarang pulang ya pak,” ucapku.

“Baik,” jawabnya.

Dia tidak penasaran dimana Rayhan ya? Padahal beliau tahu aku pergi bersama Rayhan. Tapi saat aku pulang tanpanya, beliau diam tanpa komentar apapun. Aku ambil positifnya saja, beliau tidak ingin ikut campur.

Aku menghela napas panjang menenangkan diri.

---TBC

Holahaii manteman.. dua hari Uzy gak kambek kasih update.. pada kangen gak? Kangen dong ya.. wkwkwk

Gambar di mulmed itu gambar bunga yg Melodi maksud, Wolfsbane. Temen temen ati2 ya kalau lihat bunga kaya gitu, jauhin gih.

Vote & komen jangan lupa ya.. ppaippai

SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang