3. Midnight Call

2.8K 224 9
                                    

Junu's POV at Munich.

"Ah. Kenapa noona tidak memberiku kabar belakangan ini? Apa ada masalah di sana." gemuruh pemikiranku terus berputar di otakku.

Sudah dua bulan Juan noona tidak memberiku kabar.

Ya, aku memanggilnya noona walaupun ia hanya lebih tua dariku meski hanya beberapa menit. Tapi aku masih punya sopan santun yang sudah diajarkan eomma dan appa.

"Drrt... Drrrt..."handphoneku berbunyi. Ternyata ada email.

From ; Juan Lee (juanadalwolf88@email.com

            Junu, bagaimana kabarmu? Baik bukan? Appa dan Jia sehatkan?

Baru aku memiikirkan noona,aku langsung mendapat email darinya.


Reply To ; Juan Lee (juanadalwolf88@email.com)

            Tentu saja. Bagaimana kabar eomma? Kenapa kau tidak mengabariku dua bulan ini? Apa ada masalah? Sekarang kau ada di mana? Dengan siapa? Tidak biasanya kau masih belum tidur jam segini?

Kuhujatkan beberapa pertanyaan padanya. Dan mungkin ia pusing menjawabnya satu persatu. Tapi biarkan, itulah balasannya karena dua bulan tidak memberi kabar padaku.

"Oppa. Aku pergi dulu ya?"pamit Jia adik kecilku yang masih berumur tujuh tahun.

"Mau kemana?"tanyaku dari ruang tengah.

Jia pun berjalan ke arahku sambil menunjukkan skateboard milik noona. Nampak adikku memakai kaos dan kemeja kebesaran yang membuat dia seperti anak laki-laki.

Astaga. Ia mewarisi kepribadian noona, kurasa.


Flashback

Sudah dua bulan eomma dan appa bertengkar. Dan sudah dua bulan pula Juan noona jarang di rumah.

Ia selalu punya alasan untuk tidak berada di rumah. Karena ia tahu, berada di rumah sama artinya harus melihat appa dan eomma bertengkar. Akhirnya aku juga ikut dengan noona yang ternyata sering menginap di rumah paman Adalwine.

Jia yang masih berumur 4 tahun pun kuikutsertakan bersamaku. Dan ternyata selama ia tidak di rumah, noona seperti memiliki kepribadian ganda.

Noona mulai berani membolos sekolah dan mewarnai rambutnya padahal ia masih kelas 9. Ia nampak berbeda dengan biasanya.

Setiap pulang sekolah ia tidak langsung pulang ke rumah. Ia malah menemui teman-temannya sambil membawa skateboard.

Aku sebenarnya ingin membuntutinya tapi karena teringat Jia yang di rumah paman sendirian, jadi aku harus segera kembali ke rumah paman.

"Eonni, aku ikut denganmu ya?"rengek Jia pada noona setiap minggu pagi. Jadi noona selalu mengajakku dan Jia ke taman untuk berlatih skateboard. Jia sepertinya juga tertarik ketika noona menawarkan Jia memakai skateboardnya

"Mau kuajari?"tanya noona. Jia mengangguk keras tanda ia ingin belajar skateboard.

Flashback Ends


"Oppa ikut ya ?"pintaku. Dengan gesit aku menyambar kamera SLR milikku, lalu ikut Jia ke tempat ia biasa berskate-ria. Sejak noona mengenalkan Jia pada skateboard, Jia jadi tidak bisa terpisahkan dengan papan skateboard.

Kini tidak ada orang di rumah, appa sedang ada luar kota. Sebenarnya aku juga ditawari noona untuk belajar bermain skateboard. Tapi ada hal lain yang lebih menarik dari skateboard.

Boyish Trainee «✔»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang