Holahaiii.. Uzy disini mau bawa cerita dari sudut pandang author.. kan kemaren Melodi POV mulu.. nah sekarang Author POV.. check this out
..
Author POV
Langkah pria itu mengagumkan, seolah tanah tergulung oleh pesonanya. Kelembutan dan ketegasan berpadu jadi satu, menciptakan kombinasi yang akan memukau tiap orang. Angin berhembus dari segala arah tapi pria itu tak peduli, dia menerobos melawan arah angin.
"Hentikan mereka Rayhan, aku membaca koordinat dan mendapati kau berada tak jauh dari mereka," suara seorang perempuan tua dari seberang.
Rayhan memantapkan posisi headset yang hanya sebesar biji kacang di dalam telinganya. Dia melangkah cepat melewati kerumunan tamu undangan. Dia meninggalkan Melodi yang sedang berswafoto dengan bunga sakura.
Akan berbahaya jika melibatkan Melodi lagi, dia memutuskan untuk bergerak sendiri, sudah cukup dia melibatkan Melodi selama ini sebagai pancingan.
Tuxedo yang dikenakannya sudah berganti dengan jaket kulit andalannya, ditambah topi dan masker, penyamarannya akan sempurna. Dia mengikuti perintah dari seberang sambungan, tibalah dia di sebuah taman dengan bunga berwarna ungu yang sangat mencolok sebab disekitarnya hanya ada bunga merah dan kuning. Rayhan membaca situasi, matanya melihat sebuah pot yang masih baru dan terlihat berbeda.
"Ma, mama, aku dapat pot dan bunga yang terlihat aneh, segera lapor jenderal Gi,"
Rayhan mengaktifkan kacamata pembaca yang bisa menampilkan ensiklopedia berbentuk hologram.
"Bagus Rayhan, sekarang kau menjauh dari sana, titik koordinat incaran kita bergerak arah jam tujuh dari posisi awal,"
Rayhan mengangguk paham, lalu mengambil pistol dari balik bajunya. Memang berbahaya melakukan tembakan di wilayah sipil. Tapi manusia laknat itulah yang memancing, dia dengan bodohnya memasang bom di taman sebuah hotel yang sedang ada resepsi pernikahan berlangsung.
Rayhan berjalan mundur dengan waspada. Mundur teratur.
"STOP Rayhan, dia tepat di balik semak itu, hati-hati simpan pistolmu dia memegang kendali bom jarak jauh," teriak mamanya dari seberang.
Dia berjalan seolah tidak ada apa-apa, dan mendapati Reina sedang memegang remot kontrol dibalik sebuah gazebo. Rayhan berjengit, dia tidak paham kegilaan wanita tua satu itu.
"Hei nyonya, kau sedang apa disana?" tanyanya mengalihkan perhatian.
"Jangan pura-pura bodoh, aku tahu siapa kamu, dan aku akan membalaskan dendamku, pancinganku berhasil, HAHAHA" ucapnya diakhiri tawa sumbang.
Rayhan mengatur ekspresinya serapi mungkin, dia seolah kaget padahal dia sudah tahu betul seluk beluk dendam seorang wanita tua seumuran mamanya itu.
Anak dari wanita itu, Tara adalah satu dari pimpinan gembong penjualan wanita untuk jadi pelacur kelas atas khusus BDSM. Dua tahun lalu, Rayhan lah yang bertugas menembak mati orang itu setelah jenderalnya menemukan bukti akurat.
"Aku akan membunuhmu dan wanita pelacur itu, seperti kau membunuh Tara!!" serunya.
Ya, dia hampir memencet tombol merah itu.
"Aku tidak merasa membunuh Tara, aku membunuh penjahat kau tahu? Dan hei, bukankah pelacur yang kau sebut itu hampir jadi menantumu?"
Rayhan terus saja melakukan rundingan untuk mengulur-ulur waktu sampai pihak penjinak bom tiba.
"Iya, dan dia dengan mudahnya beralih pelukan ke kamu, aku muak melihat dia yang kau sakiti, satu-satunya yang bisa menyakiti dan menjualnya hanya aku dan Tara..!!" rencana Rayhan berhasil, dia tersenyum miring.
"Sekarang katakan apa maumu? Menghidupkan Tara kembali?" cemooh Rayhan mengejek Reina habis-habisan.
"Tidak.. karena aku sudah mendapatkan umpan lain yang lebih menarik, Melodi.." ucapnya tersenyum melihat ke arah tepat di belakang Rayhan.
Rayhan bergerak gelisah hingga pekikan orang di seberang sambungan menyadarkannya, Mamanya menyuruh agar dia berhenti panik dan penyelamatan Melodi-lah sekarang yang jadi prioritas.
"Aku tahu, kamu telah melibatkan perasaan dalam trainingmu menjadikannya pelacur BDSM Rayhan," decih Reina memantapkan pegangannya pada remot kontrol itu.
"--dan dia sekarang jadi kelemahanmu" lanjutnya.
Melodi hampir menyentuh bunga beracun itu. Tapi Rayhan ingat, Melodi-nya tidak akan sebodoh itu sampai tidak mengenali spesies paling beracun di dunia.
Rayhan membalikkan badan kembali menatap Reina yg sedang tersenyum culas.
Reina gila, dia sudah memencet tombol merah, dan dalam hitungan kurang dari semenit bom itu akan meledak.
Rayhan berteriak kencang, "AWAAASS...!!".
Ditembusnya angin itu dengan langkah kaki yang cepat. Dia sepertinya akan memecahkan rekor pelari tercepat andai mendaftar jadi atlet.
Sepersekian detik, tubuhnya sudah menjangkau Melodi, memegangnya erat lalu mendorong tubuh ringkih itu berguling-guling di tanah. Membiarkan tubuhnya menjadi bantalan dan pelindung.
Dia membantu Melodi berdiri, dan shit, kaki Melodi sepertinya terkilir karena heels nista itu. Tapi ada yang lebih parah, kesadaran Melodi sekejap hilang, mata itu menatap ke depan dengan kosong. Rayhan memeluk dari belakang.
"Sadarlah, hei.."
Melodi sudah mengedip-ngedip bodoh. Rayhan terkekeh kecil melihatnya. Dia baru ingat ada yang lebih penting.
"Masuklah," suruhnya mengarahkan Melodi kembali memasuki ballroom hotel. Acara sepertinya akan segera berakhir. Jadi dia tak perlu susah-susah menghentikan rasa penasaran warga sipil.
---TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]
Mystery / Thriller#1 thriller 27 September 2018 #1 regret 13 Desember 2018 #1 agen 5 Februari 2019 #1 lust 25 Februari 2019 #1 lose 14 April 2019 #1 marriage 30 April 2019 #1 angst 10 Mei 2019 Semua bermula dari suamiku yang memperlakukanku bak pembantu. Aku tidak b...