Bab 1

343 49 16
                                    

It's not the city, it's you

あの場所は大切ではなく、君がいるから大切

Kalengjelek

Bagian I

"Pemberhentian selanjutnya, Kokusaitenjijo-mae. Pintu kereta sebelah kanan akan terbuka."

Sejenak ketika pengumuman tersebut diumumkan, semua manusia yang sedari tadi menahan diri untuk tidak saling bergencetan itu siap siaga. Tangan-tangan mereka menggenggam erat kartu elektronik yang siap disentuhkan di pintu keluar stasiun. Sayangnya, Kakihara berada di posisi yang tidak menguntungkan. Ia berada di bagian paling tengah yang sesak dan paling jauh dari pintu keluar. Tampaknya sekarang saingan Kakihara hanyalah orang-orang di dalam gerbongnya itu saja, tapi begitu menghambur keluar, maka akan terlihat betapa kalahnya posisi dia sekarang. Jika terlambat keluar pintu, maka akan terlambat pula menaiki tangga, terlambat juga keluar dari stasiun. Sudah kalah oleh mereka yang datang lebih pagi menggunakan taksi atau mobil pribadi, kalah pula oleh mereka yang di kereta.

Pintu kereta akhirnya terbuka, Otaku-otaku yang kebanyakan pria itu melesat keluar lebih gesit daripada angin musim panas. Stereotip Otaku yang tidak punya kebugaran tubuh itu hanyalah halusinasi. Di saat seperti ini mendadak semuanya berubah menjadi atlet lari dan lompat jauh. "360 sekian hari orang-orang ini berdiam diri di dalam ruangan ternyata bukan karena malas, tapi untuk menabung kekuatan....," gumam Kakihara yang sayangnya tetap lemas dalam dingin.

Meskipun banyak orang yang lebih menyukai Comiket musim dingin karena cuacanya yang relatif lebih bisa ditoleransi, tapi menurutnya pergi pada musim panas lebih memudahkannya untuk bergerak. Pakaian yang tebal dan tas bawaan yang berat oleh termos, stiker penghangat dan makanan pengisi perut membuatnya jadi semakin lambat. Masih lebih baik kalau datangnya pukul 10 pagi saat acara dimulai, kalau datang sepagi pukul setengah 6 begini kan harus mempersiapkan lebih matang.

Kakihara hanya bisa berharap setidaknya yang memiliki tujuan antrian yang sama dengannya di kereta paling pagi ini tidak sampai sepersepuluhnya.

"Demi megami-sama aku tidak akan gentar!" jeritnya dalam hati sambil menerobos punggung-punggung manusia. Badan Kakihara yang besar membuat beberapa orang menghindar. Ia pun berhasil melangkah dengan mulus sampai ke dekat pintu keluar, di mana semua petugas kereta sudah berjaga, mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan dari lautan manusia yang tidak masuk akal ini.

Tapi kebiasaan sering bengong memang tidak mudah diberantas dalam sehari. Kakihara lupa di mana ia meletakkan kartu elektroniknya. Ia hanya berhenti sejenak untuk membuka tasnya dan langsung diteriaki oleh orang-orang di belakang. Terjerat rasa panik ditunggui, ia pun melangkah terus tanpa berhasil sukses menemukan kartunya. Tepat ketika kakinya berada di depan mesin kartu, tangan kanannya berhasil menemukan benda yang dicarinya di dalam ransel. Tapi antrian sudah keburu macet hanya karena penundaan sepersekian detik itu.

Alhasil, tubuh Kakihara sudah lebih maju dari tangannya yang masih di belakang menyentuhkan kartunya pada mesin pembaca. Ketika pintu terbuka, sudah dapat dipastikan ia kehilangan keseimbangan. Pria malang itu pun terjatuh dengan indah. Pada situasi biasa tentu saja akan ada yang membantunya berdiri, tapi ketika di Tokyo, semua orang menjadi seperti orang Tokyo di pagi hari—dingin dan egois. Jangan pernah berharap belas kasihan saat Rush Hour di kota besar, apapun konteks situasinya.

Tanpa ampun Kakihara yang masih dalam keadaan tengkurap terlindas oleh kaki-kaki orang yang tidak ia kenal. Ia bahkan tak sempat meminta tolong karena sibuk merangkak minggir ke tempat yang... yah, sebenarnya tidak ada tempat yang aman. Hanya ada lapangan para pelari dan penonton (para artis media sosial itu) di pinggir yang terlalu sibuk memalingkan perhatian mereka.

It's Not the City, It's You [BL]Where stories live. Discover now