Melodi dan Rayhan sarapan dalam diam, mereka berjanji bersama akan memperbaiki hubungan secara bertahap di hadapan para asisten. Romantisme hanya sebatas di lantai dua dan kamar mereka. Melodi tersedak sendiri karena terlalu lama menahan tawa melihat ekspresi Rayhan yang tegas, padahal dia hanya manusia lemah yang bisa menangis.
“Tuan ada kiriman,” lapor pak Umar pada Rayhan.
Melodi masih melanjutkan makannya sedang Rayhan berjalan keluar menyambut sebuah ‘kiriman’.
“Kiriman apa Rayhan?” tanya Melodi setelah menyusul Rayhan ke depan. Disana ada orang yang sedang menurunkan sebuah motor matic dari mobil pick up.
“Kamu suka?” Melodi mengangguk ragu.
“Itu untukmu. Pakailah ke klinik Feni,” suruh Rayhan dan memancing pelototan Melodi.
“K..kau tahu?” tanya Melodi terbata.
Rayhan hanya tersenyum dan mengacak rambut Melodi gemas.
Rayhan tampak stylish dengan setelan jas dan bersiap berangkat keluar kota. Dia mengajak Melodi berboncengan dengan motor matic barunya mengambil mobil di rumah Kirana.
Melodi heran mobil laki-laki yang dipeluknya dari belakang ini masih dua biji di garasi, tapi memilih naik motor untuk mengambil mobil Audi-nya kemarin? Holang kayah mah bebas, betul ngga?
Mereka tiba di sebuah rumah minimalis. Sosok wanita yang notabenenya mertua Melodi berdiri di depan pintu sambil bersedekap. Dia tertawa geli melihat anak dan menantunya berboncengan mesra dengan motor matic sederhana.
“Mama..” gumam Melodi melihat mertuanya. Dengan sopan dia datang, memeluk, dan menyalaminya.
“Tumben kamu ajak istrimu ke rumah mama?” tanyanya menginterogasi Rayhan. Rayhan hanya tertawa.
“Ini cincin pemberian Rayhan ya? Pakai terus ya, jangan kau lepas,” perintah Kirana sambil menggegam telapak tangan Melodi.
“Ma, mobilku beres kan?” tanyanya sambil mengelilingi mobilnya.
Dijawab anggukan, Rayhan menarik Melodi untuk mencoba pengalaman mobil terbang. Melodi menurut saja karena memang dia juga penasaran. Setibanya di lapangan, Rayhan mengaktifkan mesin untuk memberi gaya angkat.
Melodi memucat tepat setelah ketinggian 10 meter dari tanah. Dia belum siap dengan gejolak perutnya.
"Rayhan.. aku.. hubb---" suara Melodi tercekat di tenggorokan.
Basah, bajunya basah dengan muntahannya. Mobil mahal itu tidak luput dari muntahannya.
Rayhan buru-buru menurunkan kembali mobilnya. Mencabut beberapa tissu, lalu membersihkan muntahan Melodi.
"Hiks.." tangis Melodi pecah.
“Hei.. kenapa kamu menangis emm?” tanyanya masih mengelap muntahan Melodi. Sedang yang ditanya masih sesenggukan karena tangis.
“Aku malu, aku bau, kotor, dan mobilmu, hiks,” ucapnya di tengah isakan.
Rayhan tersenyum, dia melajukan mobilnya kembali ke rumah mamanya. Menepuk puncak kepala Melodi, “Sekarang turunlah, mandi dan ganti baju, aku akan berangkat. Berhati-hatilah.”
Rayhan melajukan mobilnya setelah melihat Melodi masuk ke dalam rumah.
Melodi malu telah memberikan kesan yang buruk pada kunjungan pertamanya di rumah mertua. Dia hanya menunduk dalam saat Kirana menatapnya heran. Tepat pada langkah ketiga dia memasuki rumah mertuanya, Kirana mendekat memberikan sebuah handuk.
"Mandilah," perintah Kirana sambil menepuk-nepuk pundak Melodi tanpa rasa jijik sama sekali.
Setelah mandi, Melodi berjalan-jalan di sekitar taman depan rumah mengenakan baju milik Feni, karena bajunya sepenuhnya kotor.
"Ma, makasih banyak bajunya loh, tapi ini.." gumam Melodi sambil menarik-narik turun gaun yang hanya menutup setengah pahanya.
"Hahaha.. Melodi, kamu polos sekali.. ugh.." Kirana mendekat dan mencubit kedua pipi Melodi.
"Biar aku tebak, Rayhan pasti belum pernah membelikanmu gaun seperti ini ya kan? Huh, dia manusia paling konservatif tepat satu tingkat dibawah papanya,"
Kirana mengepalkam dua tangan di depan dada dan matanya menatap ke atap kaca di taman itu. Menerawang ke arah langut biru yang bersih tanpa awan putih.
"I..iya.. Ma," jawab Melodi sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Biar aku tebak, dia pasti selalu pakai gaya bercinta konvensional kan?"
"APAA??!!"
Melodi terpekik dengan celetukan mama mertuanya yang sangat diluar dugaan Melodi. Pipinya sudah resmi bersemu merah padam antara malu atau ingin menenggelamkan diri di balik selimut.
Jangan tanya darimana Melodi mendapatkan kaos dan celana jeans kesukaannya yang sekarang menempel tepat membalut kaki jenjangnya. Mertuanya gesit sekali memesankan baju sesuai keinginan Melodi, dan sejam kemudian paper bag berisi pakaian baru.
Setelahnya, Melodi memutuskan untuk kembali pulang. Melodi melajukan motornya membelah jalanan.
Perasaannya tidak enak, ditambah kepungan dua orang pengendara di depan dan belakangnya. Kedua kobil itu terus mengikut kemanapun Melodi melaju.
Entah bagaimana, yang ia tahu ketika sadar, Melodi sudah dalam keadaan kedua tangan dan kaki terikat tali tambang. Bibirnya disumpal kain.
Masih mengusir pening di kepalanya, Melodi melihat ke sekeliling. Dia berada di pinggir tebing yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
Matanya membelalak melihat Reina berdiri di pinggir tebing. Saat menyadari Melodi sudah bangun, dia berbalik menatap sambil tersenyum sinis.
“Sudah bangun kau pelacucr? Pelacur dari seorang pembunuh anakku,” desisnya dingin.
“Ucapkan selamat datang pada tempat yang akan menjadi pemakamanmu sayang,” ucap Reina merentangkan kedua tangannya.
Melodi dengan cepat membaca situasi lalu memanfaatkan cincin pemberian Rayhan untuk membuka ikatan tali tambang di tangannya. Dalam waktu semenit, tangan Melodi sudah bebas, dia melepas ikatan kaki dan sumpalan di mulut.
“Tunggu, aku tidak suka kekerasan, kita berunding saja. Bagaimana tante? Setuju?" tawar Melodi untuk mengulur waktu sampai Rayhan menemukan dirinya.
Mama mertuanya tadi sudah menanam GPS di pahanya hanya dengan sebuah suntikan. Melodi baru tahu mama mertuanya seorang penggila IT.
“Aku tidak mau membuang waktuku bicara denganmu pelacur,” Reina menatap jijik pada Melodi.
“Oh, hei, bukankah kau penjual para pelacur itu keluar negeri?” ucapan Melodi membuat Reina diam dan menatapnya heran.
Oh, Rayhan sudah menceritakan semuanya pagi tadi. Melodi tersenyum bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU BACK TO NORMAL [Completed]
Mystery / Thriller#1 thriller 27 September 2018 #1 regret 13 Desember 2018 #1 agen 5 Februari 2019 #1 lust 25 Februari 2019 #1 lose 14 April 2019 #1 marriage 30 April 2019 #1 angst 10 Mei 2019 Semua bermula dari suamiku yang memperlakukanku bak pembantu. Aku tidak b...