Aroma roti bercampur dengan aroma kopi yang mengempul memenuhi ruko dua lantai itu. Beberapa orang berpakaian putih dan juga topi putih yang menutup kepala mereka terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka. Sebagian sedang bertarung dengan adonan, sebagian lagi berpanas-panas dengan oven. Beberapa orang juga terlihat menata roti yang masih hangat untuk dipajang di display.
Jam 6 tepat pintu ruko dua lantai itu dibuka dan Almira Bakery siap beroprasi. Almira Bakery bukan hanya sebuah toko roti biasa tapi juga merangkap menjadi cafe, tempat sarapan yang nyaman untuk orang-orang sibuk yang tidak sempat sarapan dirumah. Selain menjajakan roti dan berbagai jenis kue, mereka juga menyediakan kopi, coklat panas dan berbagai minuman milkshake.
Pagi yang sibuk untuk seluruh pegawai bakery dihari senin. Sepertinya banyak orang yang kesiangan untuk memulai hari sekolah dan kerja mereka hingga memilih roti sebagai sarapan praktis.
"Selamat datang di Almira Bakery..." sapaan ramah dari pegawai terus menggema bersahut-sahutan dengan suara pesanan roti yang diinginkan pelanggan.
Hanin ikut membantu melayani pembeli setelah dia selesai dengan urusan didapur. Point plus untuk toko roti miliknya itu adalah pelayan ramah dan cantik. Toko rotinya itu bukan hanya menarik perhatian ibu-ibu rumah tangga, tapi juga para pekerja kantoran yang mampir untuk sekedar menikmati secangkir kopi dan sepotong roti. Letak Almira Bakery yang berada didekat area sekolah dan tidak jauh dari area perkantoran juga memberikan keuntungan yang cukup besar.
Hanin memandang kesibukan di toko rotinya yang sudah berangsur-angsur berkurang dengan senyum lebar. Dia tidak menyesal melepaskan pekerjaan impiannya untuk membuka toko roti impian ibunya.
"Hah hari senin dan akhir pekan adalah hari terberat di toko." Keluh Sammy menghempaskan tubuhnya ke kursi.
"Hei meskipun hari terberat tapi semua tidak terasakan jika waktunya pemberian upah." Sindir Hanin yang mendengar keluhan pegawainya.
Sammy cemberut mendengar sindiran Hanin. Gadis berusia 20 tahunan itu sudah biasa dengan tabiat bosnya yang memang hobi nyinyir. Tapi bagi Sammy, Hanin tetaplah pahlawannya. Gadis bernama asli Shamanta Reed itu tidak mungkin lupa akan jasa Hanin yang sudah menyelamatkannya saat dia tersesat mencari alamat ibu kandungnya. Berkat Hanin dia bisa terbebas dari orang-orang yang akan menipunya dan juga berhasil bertemu kembali dengan ibu kandungnya.
"Selamat datang di Almira Bakery..." sapaan dari pegawai yang berjaga didepan menadakan jika pelanggan kembali datang.
"Good morning my sista..." sapaan centil dari pria setengah matang menarik perhatian Hanin.
"Good morning Jo." Sapa Hanin balik dengan senyum manisnya.
Dia Jonathan pemilik salon elit disamping toko rotinya. Seorang pria rupawan dengan wajah blesterannya yang sayangnya setengah matang. Dia lebih senang memperkenalkan dirinya sebagai Joseline atau nama pendeknya Jo dari pada memperkenalkan nama aslinya. Hanin mengenal Jo sejak 7 tahun lalu saat dia masih berkarier sebagai pramugari. Jo banyak membantunya saat-saat dia dimasa sulit terutama saat dia memutuskan untuk berhenti bekerja dan membangun usaha.Bisa dibilang Jo adalah pemeran penting dalam pembangunan bisnis toko rotinya.
"Cake pesanan gue udah jadi?" Tanya Jo.
"Sudah beres, bentar gue bungkus dulu." Jawab Hanin.
"No no no, biar si Sammy yang bungkus cakenya, gue mau ngomong sama lo sis penting alias urgent..." ucap Jo dengan delikan mata diakhir kalimatnya.
"Bungkus yang rapi yah bocah sama 20 cupcake juga sekalian." Ucap Jo pada Sammy sembari menarik Hanin untuk mengikutinya.
Hanin menghela napas menuruti maunya laki setengah matang itu. Dia tahu betul apa yang akan dibicarakan laki-laki yang mengkalim dirinya sebagai sistanya itu. Dan jujur saja Hanin paling malas untuk membahas hal itu dengan Jo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Hear Me?
Mystery / Thriller"Rintihan kesakitan itu terdengar nyata ditelingaku. Tatapan kosong dari anak perempuan yang meringkuk dalam ruangan itu benar-benar menghantui malam-malamku." Hanindiya Almira tidak tahu kenapa mimpinya akhir-akhir ini selalu sama. Parahnya mimpi b...